Cerita ini terinspirasi dari drama Korea "Hello Monster" Tapi mempunyai alur yang berbeda dan remake dari FF saya yang berjudul "WE".
Cerita ini bakal mengandung kekerasaan, darah dan bahasa kasar dan adegan dewasa. Jadi untuk yang di bawah umur se...
Yunho membuka pintu ruangan itu , tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Menjulurkan kepalanya masuk untuk melihat orang yag dicarinya. Senyumnya mengembang saat melihat sosok wanita yang berdiri membelakangi meja kerja kecil, menghadap ke rak buku coklat besar.
"Assistenmu di depan tidak menyukaiku."
Seorang wanita dengan tinggi sedang berdiri membelakanginya sedang merapikan bukunya yang berada di rak. Begitu Yunho menutup pintu ruangan itu bau harum aromaterapi menyerupai wangi jasmine menusuk indra menciumannya. Rasa segar yang nyaman setiap ia memasuki ruangan wanita itu. Yunho pernah menanyakan aroma terapi yang dipakai wanita itu untuk pengharum ruangannya dan ia membelinya hanya saja menganti wanginya menjadi strawberry, favoritnya. Persis sama tapi saat ia menggunakan rasanya sangat berbeda, tidak sewangi dan senyaman di ruangan itu.
Ruangan itu tampak seperti ditata dengan sederhana. Dibuat menyerupai suasana rumah daripada ruang praktik seorang dokter. Tapi itu jauh lebih nyaman, kecuali sebuah meja kecil yang digunakan Boa untuk bekerja--formalitas.
Wanita itu menoleh, senyuman yang manis dan lembut menghiasi wajahnya yang cantik. Rambut coklat panjang bergelombangnya dibiarkan terurai, membingkai wajahnya yang cantik dengan sangat sempurna. Ia terkesan sangat santai atau memang pakaiannya yang sederhana membuatnya terlihat santai. Kemeja longgar warna putih bergaris pink kusam dengan rentang jarak yang lebar di padu dengan celana jeans putih kebiruan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Dia bukannya tidak menyukaimu tapi masih patah hati karena kau menolaknya dua minggu lalu." Jawabnya dengan suara lembut nan merdunya.
Bibir Yunho membentuk bulatan kecil , ia menarik kursi di depan meja kerja Boa dan duduk menyamankan pantatnya.
"Aku sudah lupa tentang kejadian itu tapi ia masih mengingatnya. Hebat." Kata Yunho.
"Itulah uniknya wanita." Jawab Boa. "Ada apa datang kemari?"
"Aku tidak boleh kemari lagi?"
"Kau tahu bukan itu yang aku maksud."
Yunho tersenyum lebar. Boa, wanita cerdas dengan pembawaan lembut, menyenangkan diajak bicara seperti seorang teman. Tapi memang pekerjaan Boa adalah menjadi teman bagi setiap pasiennya. Ia sadar tapi ia lebih suka jika menganggap Boa melakukannya karena memang mereka berteman bukan karena pekerjaan.