Eleven

2.3K 319 173
                                    

"Satu..Dua..Tiga..."

Ia melompat ke atas mobil sebelum mobil menghantam tubuhnya, berguling di atas mobil dan mendarat dengan sempurna di aspal.

Ia menghampiri mobil yang berhenti seketika setelah menabraknya, menarik keluar seorang pria yang membuka pintu mobil dengan wajah pucat.

"Brengsek, beraninya kau menabrakku." Katanya.

"Ya--!!"

"Bugh!

Bogem mentah mendarat tepat di hidung pria itu, sangat keras hingga darah segar merembes keluar dari hidungnya yang kini bengkok, patah. Pria itu mengerang tapi tidak sampai di situ saja, ia masih belum puas menghajarnya.

Tendangan di perut ia lancarkan, pria itu berguling dua kali di aspal. Ia masih tidak melepaskannya, di jambaknya rambut pria itu, hingga ia melihat ketakutan di mata pria itu. Bola matanya bergetar saat menatap mata musang dinginnya.

Ia  menyinggungkan senyum tipis sinis, tangan kirinya mengepal. Memukuli wajah pria itu berkali-kali hingga darah keluar dari mulutnya. Gigi depan pria itu terlontar keluar dari mulutnya yang menerima pukulan beberapa kali. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu tidak berani melakukan apa pun. Mereka semua ketakutan.

Pria itu mengerang, memegangi kaki kanannya, ia mengayunkan kakinya hingga pria itu kembali terlontar ke atas aspal.

Kaki kirinya terangkat dan menginjak telapak tangan pria itu dengan sepatu. 

Semakin menekannya saat pria itu mengerang meminta ampun padanya. Ia sangat menyukainya, sorot mata tak berdaya, darah dan keputus asaan, meminta pengampunan.

Bau anyir darah yang menempel di tangannya, seperti heroin yang membuatnya makin bersemangat untuk melihat lebih banyak darah. Ia memginginkan lebih banyak darah melumuri tangannya. Ia senang, setelah terkurung akhirnya ia bisa keluar dan mendapatkan sesuatu yang bisa menjadi sarana pelampiasan kesenangannya. Ia ingin memberikan siksaan yang pantas sebagai perwujudan rasa terima kasihnya pada pria itu.

"Bukankah tangan ini yang menyetir?" Tanyanya dingin.

"Duak"

Ia menginjak tangan itu sekali lagi, lebih keras lalu melayangkan tendangan di wajah pria itu. Ia kembali terpental hingga ke trotoar dan beberapa orang mundur saat pria itu mencapai kaki mereka. Todak ada yang berani menolongnya meski ia memohon.

"Yunho-ssi!!" Seru Nara dari tepi jalan dan berlari menghampirinya.

Ia menoleh, membasahi bibir bawah dengan lidah. Mengamati sosok gadis berbadan mungil yang berlari menuju ke arahnya. Yang ia perhatikan pertama kali dari gadis itu adalah wajah, turun ke dua buah dadanya yang bergoyang saat Nara berlari.  Merasa memiliki kesempatan pria yang ia hajar pun segera merangkak, berlari tersaruk masuk ke dalam mobil, melarikan diri.

Ia mendecakkan lidahnya, kesal. Ia belum puas melampiaskan kemarahannya. 

"Harusnya ku habisi dia!" Gumamnya.

Nara meraih bahu Yunho,memutarnya secara paksa hingga ia bisa melihat wajah Yunho, mengalihkan pandangan mata Yunho dari mobil yang bergerak menjauh darinya.

"Ada apa denganmu? Kau tak apa?" Tanya Nara khawatir.

Pandangan mereka bersiborok, aneh rasanya bagi Nara saat melihat mata Yunho. Sorot mata yang tidak biasa, mata yang membuatnya merasa ketakutan, tidak berani memandang mata itu terlalu lama. Nara mengalihkan pandangan,menyeret Yunho menepi ke trotoar.

Shadow (Yunjae / END )Where stories live. Discover now