Fifteen

2.4K 347 176
                                        

.
.
.
.
.

Seperti semak berduri yang tumbuh subur. Dari sebuah tunas kecil tak berdaya menjadi benteng tinggi tak terlampaui, itulah luka.

Menjerat, membelenggu. Tidak membiarkan apa saja yang ada di dalamnya bisa terbebas dan keluar tanpa luka-luka baru dengan aliran darah dan erangan tak berdaya. 

Ketakutan.
Ketakutan akan luka baru yang lebih menyakitkan meninggikan benteng semak berduri, menyimpan jiwa yang lemah dalam kungkungannya.

.
.
.
.
.

Yunho berbaring di samping Jaejoong, bertumpu pada satu siku, memandangi Jaejoong yang tertidur lelap. Mereka menghabiskan hampir sepanjang malam untuk bercinta, hingga akhirnya Yunho harus merelakan kekasihnya itu tidur dan beristirahat karena kelelahan.

Matanya coklat gelapnya memandangi Jaejoong lekat, sayang dan berbagai perasaan lain yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia tidak bisa memejamkan matanya barang sedetik saja. Ia takut jika ia harus kehilangan kesadarannya dan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti Jaejoong lagi.

Meski ia sudah menjelaskan keadaan terburuknya pada Jaejoong, tetapi ia tidak bisa tenang. Tidak pernah ia merasa setidak tenang ini di dalam hidupnya.

Yunho merasakan pertanda itu datang, dengingan nyaring di dalam kepala dan rasa nyeri tak tertahan. Ia menutup matanya erat, mengibaskan kepalanya.

Yunho dapat mendengar suara-suara asing di kepalanya tapi ia tidak dapat menangkap kata-katanya. Ia mendengar tangisan, tetapi tidak menemukan sumbernya. Imajinasi -Yunho menyebutnya seperti itu- di kepalanya, merefleksikan tempat dingin, pengap, lembab dengan bau busuk menyengat, tempat yang selalu ia kunjungi setiap kehilangan kesadaran.

Tempat itu sangat nyata, seperti labirin membinggungkan tanpa jalan keluar, setiap pintunya tertutup dan terkunci atau memang tidak pernah ada kunci yang bisa membukanya.

Ia tahu ada sesuatu di dalam kegelapan, siap menyerangnya kapan saja, setiap saat tanpa ia sadari. Seluruh tubuhnya gemerar hebat, menggigil.

Ia harus bertahan dan menyerang tetapi ia tidak bisa bergerak, badannya membatu dan sangat berat. Ia melihat sosok anak kecil dengan pakaian kotor compang-camping berlari. Tangan kirinya memegangi bahu kanannya yang basah karena darah. Ia berlari dengan kaki kecilnya, sekuat tenaga. Di kaki kirinya berbalut selembar kaus kaki yang telah dipenuhi lumpur sementara kaki kanannya tidak mengenakan alas sama sekali. Terdapat luka-luka kecil di kakinya berdarah dan kotor.

Wajahnya sangat pucat dengan bibir membiru, tidak berdaya sampai akhirnya bocah itu jatuh tak sadarkan diri. Ia memerintahkan dirinya untuk berlari menghampiri bocah itu, menolongnya tapi tidak bisa. Berteriak pun tidak bisa ia lakukan, suaranya tidak mau keluar sama sekali.

Bayangan hitam bergerak mendekati bocah yang telah pingsan, semakin lama semakin dekat.

"AWAS!!"
"LARI!!"
"JANGAN BERHENTI!!"

Mahluk itu kian mendekat, siap menerkam bocah tak berdaya itu. Tetapi tidak. Mahluk itu melewati bocah itu, seperti telah menemukan sasaran yang lebih menarik daripada bocah yang sudah tidak bisa melawan. Ia mendekati Yunho, semakin dekat.

Shadow (Yunjae / END )Where stories live. Discover now