Cerita ini terinspirasi dari drama Korea "Hello Monster" Tapi mempunyai alur yang berbeda dan remake dari FF saya yang berjudul "WE".
Cerita ini bakal mengandung kekerasaan, darah dan bahasa kasar dan adegan dewasa. Jadi untuk yang di bawah umur se...
Pria itu menari di dalam kegelapan yang luas. Tawanya yang nyaring akan memberi kesan takut untuk siapa pun yang mendengarkannya.
Tidak alunan musik yang mengiringi namun ia bisa menari dengan lincah berirama. Ia seperti tokoh utama dalam drama musikal di atas panggung, satu-satunya tokoh utama yang menerima semua lampu sorot di atas panggung dan semua perhatian.
Dari sisi lain panggung yang gelap sesosok tubuh dengan lekuk yang menggoda masuk, membungkuk pada pria itu, menemani sang tokoh utama berdansa.
"Duniaku. Kau duniaku." Kata sang pria.
"Kau juga duniaku. Penguasaku." Katanya sambil mengangkat wajahnya.
Wajah yang tadinya tidak terlihat perlahan tampak di bawah sorot lampu panggung. Wajah yang sangat cantik.
"Aku menantikan pertemuan kita, penyatuan kita. Aku akan menjadikannya sebagai hari terindah, malam oaling istimewa. Untuk kita." Katanya dengan senyuman tipis memikat.
"Aku menantikannya."
. . . . .
Yunho mendapatkan ketenangannya lagi ketika ia melakukan pekerjaannya di kantor. Sebisa mungkin ia mengkunci rapat persoalan pribadi, mengesampingkannya dan akan membukanya ketika ka sendirian. Ketika ia sudah siap atau ketika ia harus siap meski sebetulnya ia tidak siap. Meskipun sadar menenggelamkan diri dalam pekerjaan bukan gayanya tapi ia tetap melakukannya, membiarkan dirinya tenggelam di dalamnya.
Yunho menggosokkan tangannya keras-keras ke kedua matanya yang lelah. Menatap layar komputer tanpa jeda, menyakiti matanya.
"Hyung, sudah jam makan siang. Kau harus minum dan makan sesuatu." Kata Changmin berkomentar. "Matamu juga sudah lelah."
"Yeah. Yeah." Jawabnya malas tanpa mengindahkan kekhawatiran Changmin.
"Anggap saja aku sudah tersadar dari kebiasaan nakalku dan mencoba untuk menjadi lebih serius. Bukankah itu bagus."
"Kau menyiksa dirimu, hyung."
Ya, Yunho sadar dan tahu betul kalau yang ia lakukan saat ini memang menyiksanya. Tali memangnya apa lagi yang bisa ia lakukan saat ini, pikirnya. Ia sedang berada di titik kebinggungan yang oaling dalam yang pernah ia temui. Ia memiliki kepribadian ganda,itu jawabannya. Namun itu juga yang membuatnya kebinggungan. Mengakui dirinya mengalami gangguan kejiwaan dan gila agaknya lebih mudah dari pada harus menerima kenyataan kalau ada jiwa lain di dalam tubuhnya.
Dia gila itu saja. Dan dengan bekerja membuktikan kalau dirinya tidak sepenuhnya gila.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.