Empatbelas

4K 615 374
                                    

Siang itu Jihoon sedang berada di perpustakaan karena jam kosong, dan kali ini dengan niatan baik tentu saja belajar, sebentar lagi dia akan ujian penaikan kelas dan entah inisiatif dari mana dia memilih untuk belajar lebih dari biasanya. Walaupun berandalan, dia juga tidak ingin ayahnya kecewa dengan nilai akademiknya.

Jihoon tengah duduk bersandar pada jendela kaca besar yang berada paling belakang perpustakaan, tempat yang jarang orang-orang datangi karena terlalu jauh. Lagi pula buku-buku di bagian sana adalah buku tua dan usang, namun jika kalian berada di sana, suasana sunyi dan sepi yang menenangkan akan membuat kalian betah berlama-lama di tambah jendela besar yang hampir memenuhi satu dinding full memperlihatkan pemandangan indah Taman belakang sekolah yang asri dan menjadi penenarang alami.

Mata bulat kecoklatan Jihoon menyusuri setiap kata yang ada di buku, tangan kanannya dia gunakan untuk memegang buku sedangkan tangan kirinya sibuk mengelus surai coklat seseorang yang sedang tertidur di pahanya.

Sosok itu nampak memejamkan matanya menikmati usapan-usapan lembut pada surainya, telinganya di tutupi sebuah Headphone berwarna orange tua, melantunkan alunan musik lembut kesukaannya membuatnya dengan mudah jatuh terlelap.

Keduanya menikmati kebersamaan mereka dalam ketenangan yang tercipta, sejak kejadian beberapa minggu lalu mereka sudah seperti ini, saling mencintai tanpa status lebih di antara mereka, baik Jinyoung maupun Jihoon tak pernah mengeluarkan kata keramat 'Aku mencintaimu' padahal sudah sangat jelas mereka tengah di landa perasaan itu. tak ada yang tau kedekatan mereka, jika teman-teman Jihoon melihat moment ini di pastikan mereka akan berteriak heboh apalagi Hyungseob dan Seonho langsung membombardirnya dengan ribuan pertanyaan.

Jinyoung akhirnya terbangun dari tidurnya, pemuda itu seharusnya berada di kelas karena ada kelas Bahasa dan kimia, tapi dia malah berada di perpustakaan bersama pemuda manis yang bisa membuatnya berdebar hebat.

Matanya mengerjap pelan, membiasakan netranya yang sedikit mengabur hingga pandangannya menjadi jelas.

Di tatapnya pahatan wajah sempurna di atasnya, bahkan dari bawah seperti ini saja Jihoon terlihat sempurna di mata Jinyoung, sudut bibirnya terangkat sedikit.

Bagiaman bisa Jinyoung jatuh dalam pesona pemuda manis itu? Mungkin pepatah ada benarnya juga, jangan terlalu membenci seseorang kika tidak ingin mencintainya, jangan juga mencintai seseorang terlalu besar jika tidak ingin terluka nantinya.

Merasa di perhatikan, akhirnya Jihoon mengalihkan pandangannya dari buku dan menunduk lalu tatapan mereka bertemu.

Alis Jihoon terangkat heran, "ada apa?"

"Tidak ada." singkat Jinyoung, tapi tatapannya tak juga lepas dari manik bundar Jihoon.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Jihoon jujur saja dia sedikit risih di tatap seperti itu oleh Jinyoung karena berakibat buruk oleh keadaan jantungnya.

"Kau cantik dari sudut ini."

Gigi Jihoon bergelumut kesal, "Kau ingin makan buku ini?! Aku ini tampan." ujarnya kesal.

Bukanya takut, Jinyoung malah tersenyum kecil, "kau lebih seperti imut daripada tampan di mataku."

Blush

Tak bisa di hentikan, wajah Jihoon berubah warna dengan cepat, telinganya bahkan terlihat memerah.

"Terserahmu." pemuda Park itu melempar kembali tatapan pada deretan kalimat pada buku berharap detakan jantungnya dapat kembali normal.

Suara kekehan yang anehnya terdengar menyenangkan di telinga Jihoon membuatnya sedikit hilang fokus, "Kkkk aku melihat pipimu bersemu."

"Diamlah aku sedang ingin fokus."

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang