Tatapan kedua lelaki itu beradu tajam, salah satu di antara mereka yang berkepala lebih kecil dengan aura gelapnya menatap layaknya akan melubangi biji mata lawannya, sedangkan yang di tatap pun tak ingin kalah, mengeluarkan tatapan tak kalah mematikan.
"Kali ini kau akan kalah Bae."
Suara kekehan terdengar dari yang lebih muda, "Kau mengatakan itu beberapa menit yang lalu dan lihat selalu aku yang di atas dan akan seterusnya seperti itu Bae Jihoon, aku akan selalu berada di atasmu Cutie."
Napas keduanya masih sedikit terengah, pergulatan mereka berdua benar-benar menguras tenaga, bahkan ranjang Queen size di kamar milik Jihoon itu sudah tidak berbentuk lagi.
Yang lebih tua Berdecak malas, "Aku hanya melemah padamu tadi, kau ini terlalu percaya diri, dan hei! Seharusnya margamu yang berubah bukan aku Park Jinyoung."
Sekali lagi seringaian meremehnkan itu terparit di wajah mini Jinyoung yang di basahi sedikit peluhnya sendiri.
"Kau mengatakan itu setelah kegiatan kita? Baik kita akhiri ronde ke-7 ini, kau sudah siap menerima kekalahan dan menjerit lagi kan sayang."
"Kali ini kau yang akan menjerit Bae!"
Keduanya kembali memulai pergulatan panas mereka.Jihoon dengan semangat menggerakan ibu jarinya agar menekan ibu jari Jinyoung dan membuatnya kalah, namun Jinyoung tak ingin kalah, dengan lihai ibu jarinya itu menghindari milik Jihoon agar tidak berhasil membuat ibu jarinya berada di bawah.
Yah mereka berdua sudah memulai permainan itu sejak jam dua siang, permainan kekanankan yang di sebut gulat ibu jari/?
Mata Jihoon terlihat serius, cengkraman tangannya pada tangan Jinyoung mengerat takkala ibu jarinya yang sedikit pendek dan berisi itu hampir menekan milik Jinyoung agar dia bisa berada di atasnya.
"Belum mau menyerah cutie??"
Lelaki bermarga Park itu menatap kesal ke arah Jinyoung yang terlihat menyeringai ke arahnya dan ibu jari yang masih gencar mengincar ibu jari milik Jihoon.
"Oh dalam mimpimu Baeby."
Yang lebih muda tak bisa menahan senyumnya, melihat bagaimana wajah Jihoon yang di basahi peluh karena bermain bersamanya sejak tadi dan betapa Jihoon sangat terobsesi mengalahkannya dalam gulat ibu jari ini, wajahnya terlihat menggemaskan ketika sedang serius, dengan pipi gembil yang memerah kesal.
Kembali menyeringai Jinyoung langsung menggerakan ibu jarinya, mencari titik celah dan menunggu Jihoon lengah sedikit agar dapat mengalahkannya lagi, seperti di ronde-ronde sebelumnya.
Dan tak lama kemudian desahan kesal keluar dari mulut Jihoon dan jangan lupakan tatapan tajamnya pada Jinyoung yang membuatnya malah terlihat menggemaskan daripada menakutkan.
"Nah sudah ku bilang kan kau akan selalu di bawahku sayang."
"Kau curang!!"
Jinyoung membulatkan matanya tidak percaya, dia curang?? Padahal dia tidak melakukan apapun tadi.
"Aku? Curang? Hei aku paling anti berbuat seperti itu, lagipula aku curang apa? Aku tidak melakukan apapun selain menatapmu." ucap Jinyoung tidak terima, sedangkan sang kekasih langsung menunjuk dengan telunjuk kanannya tepat di depan wajah Jinyoung.
"Nah! Itu dia! Kau menatap ku terus, membuat ku tidak bisa konsentrasi dan terganggu! Aku risih kau tau!"
Jinyoung tidak bisa menahan kekehan renyahnya, bagaimana sosok di hadapannya begitu manis ketika sedang mengoceh? Jinyoung gemas jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
FanfictionTentang sebuah kisah sepasang remaja biasa yang terlibat sebuah kisah yang telah di buat secara apik oleh Tuhan. Bagaimna mereka menjalaninya? 17-06-18 #Rank 1 In Winkdeep 2019/06/01 #Rank 1 In DeepWink 2020/06/03 #Rank 1 in DeepWink 2020/06/27