Sebelas

4.2K 591 253
                                    

Jihoon tidak bisa menahan kegugupannya saat pintu mahogani di hadapannya terbuka, Jinyoung masuk lebih dulu ke dalam ruangan itu dan Jihoon masih mematung di ambang pintu masuk.

Sedikit ragu dan takut terbesit di hatinya, dia akan bertemu langsung dengan ibu Jinyoung dan entah kenapa itu membuatnya gugup setengah mati.

"Apa yang kau tunggu? Masuk."

Jihoon tersentak setelah mendengar suara Jinyoung, dan dengan ragu kedua tungkainya melangkah masuk ke dalam ruangan bernuansa putih bersih itu, kamar yang cukup besar dan terlihat kosong.

Manik hitam Jihoon sedikit melebar saat melihat sebuah tempat tidur Queen size berada di tengah ruangan, yang membuatnya terkejut adalah melihat seorang wanita terbaring di atas tempat tidur itu dengan beberapa alat medis di sekelilingnya yang tak di ketahui apa fungsinya oleh Jihoon.

Dia sudah berdiri di samping Jinyoung yang berada tepat di samping tempat tidur seorang wanita yang Jihoon duga adalah ibu Jinyoung.

Tak ada suara setelah mereka masuk, hanya suara kecil dari mesin medis yang sedang bekerja menjadi suara satu-satunya saat itu.

Jinyoung membungkuk memberi tanda hormat pada ibunya, Jihoon mengikuti dengan badan sedikit kaku, dia tak pernah melakukan ini sejak beberapa tahun yang lalu dan sekarang tiba-tiba dia melakukannya membuat tulang belakangnya seakan berderit.

"Selamat pagi ibu, maaf tadi malam tidak menemani ibu di sini." Jinyoung tersenyum samar, Jihoon di sampingnya hanya terdiam bingung, dia tidak tau situasi apa ini sekarang. Begitu terkejut mengetahui ibu Jinyoung tengah terbaring dengan wajah damai di tempat tidurnya.

"Aku membawa seorang tersangka yang merusak kotak musik ibu."

Mendengar penuturan Jinyoung, pemuda Park itu refleks menoleh pada Jinyoung dan menatapnya kesal.

"Dia akan meminta maaf pada ibu langsung." Jinyoung menoleh ke arah Jihoon yang juga tengah menatapnya.

Alis Jihoon terangkat tanda tak mengerti, Jinyoung memberi kode melalui matanya seolah berkata 'cepat minta maaf.'

Jihoon akhirnya mengalah, toh dia memang salah. Jadi, Jihoon membungkuk sekali lagi lalu tersenyum kikuk, entah kenapa dia semakin gugup sekarang.

"Umm A-ku meminta maaf atas kesalahanku, waktu itu aku benar-benar tidak tau benda itu- ma-maksudku Kotak musik anda ada di dalam tas Jinyoung, sekali lagi maafkan aku." Jinyoung menahan tawanya melihat Jihoon yang terlihat ketakuta dan ekspresi gugup Jihoon membuatnya terlihat lucu di mata Jinyoung.

Jihoon menggaruk pipinya yang tiba-tiba saja terasa sedikit gatal, dia lalu menoleh ke arah Jinyoung yang masih menahan tawanya, Jihoon mendelik tajam padanya.

Pemuda Bae itu berdehem pelan, lalu bibirnya melengkung membuat sebuah senyuman

"Baikah Bu, kami pamit dulu lain waktu aku akan mengenalkannya dengan lebih baik, ku harap ibu dalam ke adaan lebih baik."

Jihoon melihat senyuman sedih itu, dia hanya terdiam saat Jinyoung membungkuk demi mengecup kening ibunya sayang, dalam hati dia ikut merasa iba dan penasaran apa yang terjadi pada ibu Jinyoung tapi dia berpikir mereka berdua tidak cukup dekat sehingga Jihoon bisa peduli dan menanyakan masalah pribadi Jinyoung.

"Ayo kita pergi, ibuku butuh istirahat." Jihoon sedikit tersentak namun dengan cepat dia mengangguk lalu mengikuti langkah Jinyoung setelah memberi hormat pada Ibu Jinyoung.

.
.
.
.
.
.

BRAK!

Suara pintu yang di tutup kasar terdengar dari lantai dua mansion Park.

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang