Limabelas

3.3K 501 182
                                    

[PLAY MULMED YAH]

Jihoon langsung bangkit dari tempat tidurnya, tangannya menyambar jaket kulit miliknya, dia juga tak lupa mengganti celana santai yang dia pakai dengan celana Jins yang sobek di bagian paha dan lututnya, lalu meraih kunci mobilnya.

Langkahnya setengah berlari menuruni tangga, lalu menuju bagasi mobilnya.

Ponselnya bergetar di dalam saku jaketnya, tanpa melihat siapa yang menelpon Jihoon langsung mengangkatnya, "Jihoon, Seongwoo hyung kritis hiks."

"What? bagaimana bisa!? Seingatku mereka bahkan bukan apa-apa untuk Seonho."

"Kita harus membalas mereka Jihoon-ah aku tidak mau tau mereka harus kita buat keritis juga."

"Tunggulah, aku akan ke sana kita atur waktu untuk melakukan serangan balasan."

Jihoon mematikan telpon itu sepihak lalu meremat stir mobilnya, kakinya menginjak gas dengan tidak santai, wajahnya terlihat kesal dan juga khawatir di sana.

"Mereka membuatku marah."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jihoon setengah berlari masuk ke dalam rumah sakit, tidak peduli bara orang yang dia tabrak, dia hanya akan berlalu mengabaikan umpatan kesal untuknya.

Dia langsung mendatangi meja resepsionis menanyakan keberadaan Seonho dan juga Seongwoo, setelah mendapat yang dia butuhkan Jihoon tak membuang-buang waktunya langsung menuju kamar rawat kedua sahabatnya itu.

Jihoon menaiki lift menuju lantai 2 rumah sakit, terlihat jelas guratan kesal dan khawatir di wajahnya saat ini.

Saat pintu lift terbuka dia langsung saja kembali berlari mencari kamar rawat Seonho dan Seongwoo yang bersebelahan.

Koridor itu terlihat sepi, Jihoon berjalan cepat sesekali melihat nomer yang tertera di setiap pintu yang dia lewati.

Sedikit berdecak kesal karena tak menemukan kamar tujuannya, matanya tak sengaja menangkap keberadaan Woojin yang terlihat membawa sebuah kantong plastik di tangannya.

"Woojin-ah!"

Merasa namanya di sebut, Woojin menolehkan pandangnya dan melihat berlari ke arahnya.

"Jihoon kau datang juga akhirnya."

"Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaiaman bisa Seonho dan Seongwoo hyung habis di tangan mereka?" tanya Jihoon setelah sampai di hadapan Woojin

Woojin menghela napas lalu menggeleng, "Aku juga tidak tau, saat itu aku dan Hyungseob hanya berjalan-jalan dan tak sengaja melihat mereka sedang bertarung di jalan bawah tanah."

"Sial." Jihoon mengumpat.

"Ku rasa mereka tak main-main kali ini, dendam mereka pada kelompokmu mulai mereka balaskan." kali ini Woojin menatap Jihoon serius.

"Bagaimana keadaan mereka sekarang?"

Woojin menghela napas berat,"Hyungseob baru bisa menenangkan dirinya, Seonho belum sadar tapi dia baik-baik saja, sedangkan Seongwoo hyung seperti yang kau tau, dia kritis." Jihoon diam saja mendengar penjelasan Woojin dia tengah merancang penyerangan balasan di kepalanya, dia tidak bisa diam saja.

"Kita temui Hyungseob dulu sejak tadi siang dia belum makan apapun." ujar Woojin.

"Baiklah."

Woojin berjalan lebih dulu dan Jihoon hanya mengekorinya, setelah dua kali berbelok ke arah kiri akhrinya mereka menemukan Hyungseob yang hanya terduduk di kursi tunggu di dekat pintu kamar rawat Seonho.

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang