Sembilan

4K 595 102
                                    

Suara kotak musik klasik yang di putar terdengar mengalun, Jinyoung menatap datar kotak musik itu, namun ada pandangan sendu terselip di sana.

"Maaf Jinyoung-ah tapi benda ini tak bisa di perbaiki, jika kau mau tempatnya bisa di ganti dengan yang lain dan mesin di dalamnya masih sama hanya saja ada beberapa yang harus di ganti karena bengkok dan patah, suku cadangnya berasal dari Swiss dan ini sangat langka, siapa yang membuatnya ini seperti ini?" seorang pria tua memperbaiki letak kacamatanya lalu mengembalikan kotak musik Jinyoung yang hancur ke tangan pemiliknya.

"Aku akan bayar berapapun Paman Shin, ku mohon perbaiki benda itu. Bagaimana pun caranya, aku akan membayar sebanyak yang kau minta, bahkan motorku akan ku berikan." ujar Jinyoung sedikit memelas.

Pemilik toko musik antik itupun menghela napas lalu melihat wajah serius Jinyoung, "baiklah aku akan memesan mesinnya langsung dari Swiss, puas? Kau harus membayar mahal untuk ini" Jinyoung tak bisa menahan senyum leganya.

"Tentu saja paman aku akan membayarnya berapa yang paman inginkan?"

"Jaga saja ibumu untukku, dia itu sudah seperti anakku kau tau." dan pandangan Jinyoung menyendu mendengar penuturan itu, semua orang menyayangi ibunya tapi kenapa ayahnya tidak? Dan itu semua karena wanita bernama Jung SoRa itu.

"Terimakasih paman."

Jinyoung berjalan keluar dari toko musik dengan menghela napas lega, meski harus menunggu sedikit lama setidaknya kotak musik ibunya akan di perbaiki.

Dia lalu menaiki motornya, sekarang dia tak punya tujuan lain selain pulang, dia ingin mengistirahatkan kepalanya yang pusing dan juga meminta maaf pada ibunya.

.
.
.
.
.
.

Daniel tak pernah segugup ini sebelumnya, tangannya sejak tadi sibuk memutar-mutar kunci motornya menunggu seseorang yang sudah dia minta untuk menemuinya.

Dan saat orang yang dia tunggu tiba dengan senyum di wajahnya, seluruh perkataan yang tadi dia siapkan hilang entah kemana.

"Ada apa menyuruhku kemari?" pertanyaan itu di lontarkan tanpa beban oleh si penanya. Sedangkan Daniel harus berperang dengan jantungnya yang berdegup tak karuan di dalam sana, dia ini seperti remaja labil yang baru jatuh cinta saja. Hei, dia ini Kang Daniel sekali saja dia menggerakkan jarinya maka wanita yang dia inginkan akan berada dalam dekapannya, begitu mudah tapi sekarang masalahnya yang di hadapannya ini adalah..

"Hei kau mendengarku?" Ong Seongwoo, Daniel tersentak kecil di tempatnya lalu tersenyum kikuk padahal dia hanya ingin bertanya.

'Mau pergi menonton bioskop bersama?' kau payah Daniel, gerutunya dalam hati.

"Hmm aku.. Ak-"

"Baiklah aku mau." ucapan Daniel lebih dulu terpotong oleh Seongwoo.

"Ha?" dan kali ini Daniel memasang wajah bodohnya.

"Besok sore jam 5 di Sungai Han kita bertemu, aku yang teraktir popcorn, bagaimana?"

"Ha?" lagi-lagi otak Daniel terlalu lama memproses situasi yang terjadi saat ini.

"Kau akan mengajakku keluar menonton filmkan?" tanya Seongwoo dan di balas anggukan cepat oleh Daniel dan itu terlihat lucu di mata Seongwoo.

"Bagus, sampai jumpa besok. Hmm jangan terlalu kaku padaku, aku jadi terlalu mudah membaca kau menyukaiku. Sampai bertemu nanti Kang Daniel."

Setelah mengucapkan itu, Seongwoo pergi begitu saja meninggalkan Daniel dengan wajah bodohnya bahkan dia tidak sadar menjatuhkan kunci motor di tanganya.

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang