[Play mulmed di atas yah]
Tubuh Jihoon tertarik ke arah belakang dengan kasar, seseorang langsung berdiri di hadapan Jihoon dan erangan tertahan itu terdengar jelas di telinga Jihoon.
Semua terasa lambat, tubuh di depannya mundur selangkah membuatnya menabrak punggung itu, di lihatnya Jinwoo yang memasang wajah terkejutnya.
Semua langsung hening, Jihoon tak bisa mendengar suara apapun selain deru napas berat dari sosok di depannya.
Dan tubuh di hadapannya jatuh terbaring di atas lantai berwarna hitam yang berdebu.
Jihoon langsung berlutut di sebelah tubuh yang ternyata adalah milik Jinyoung itu.
Tangannya tidak sengaja menyentuh perut Jinyoung yang di tutupi jaket Hoodie hitam, menyenyentuh sebuah benda yang terlihat menancap di perut Jinyoung.
Mata Jihoon menangkap ekspresi menahan sakit dari Jinyoung, tangan Jihoon bergetar hebat, di pegangnya gagang belati itu dan sekali tarikan melepasnya dari perut Jinyoung di iringi teriakan pilu dari Jinyoung, darah langsung merembes keluar setelah Jihoon menarik belati itu.
Darah
Jinyoung berdarah
Belatih berlumuran darah di tangan Jihoon jatuh begitu saja, mata Jihoon memanas tanpa di minta, wajah Jinyoung berubah pucat di hadapannya.
"Ji-jinyoung..K-kau-"
Suara Jihoon tercekat di tenggorokannya, cairan bening dari pelupuk matanya langsung berjatuhan tanpa komando.
Jinyoung menatapnya lemah, "Kau.. begi-tu.. cero-bohh..Ji-hoon." kelopak mata itu lantas menutup.
Jihoon membeku di tempatnya, tangannya dengan panik menutup luka di perut Jinyoung, tidak peduli tangannya yang berubah merah karena darah Jinyoung yang terus keluar dari sana.
"Jin-young!YAK JI-JINYOUNG!!" Jihoon berteriak memanggil Jinyoung namun pemuda Bae itu tak kunjung membuka maniknya.
Jihoon menggeleng keras, dia mengangkat kedua tangannya dan menatap nanar tangannya yang di selimuti darah, bahkan dia bisa melihat darah ikut membasahi lantai berdebu itu, bibir Jinyoung kian memucat.
"JINYOUNG!! BANGUN!! YAK KAU JANGAN BECANDA PADAKU!!"
kristal-keristal bening itu berjatuhan dari mata Jihoon, rasa takut dan kalut itu langsung menyelimutinya.
Tidak
Jinyoung tidak boleh mati seperti ini!
Tidak boleh!
"BAE JINYOUNG!!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.Kedua tangan itu saling bertautan, getaran halus tak juga berhenti, tangan yang masih di selimuti warna merah yang terasa lengket dan berbau.
Jihoon menunduk dalam, suasana sepi koridor rumah sakit semakin membuatnya kalut, sesekali pandangannya terarah pada pintu Ruang oprasi yang masih tertutup rapat.
Lagi air mata itu jatuh dari pelupuk matanya, tangannya saling meremat satu sama lain.
Takut.
Jihoon ketakutan sekarang, tangannya terus bergetar hebat.
Namun sebuah tepukan ringan di bahunya membuatnya mengangkat kepalanya dan melihat Woojin dengan luka yang sudah di obati menatapnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
FanficTentang sebuah kisah sepasang remaja biasa yang terlibat sebuah kisah yang telah di buat secara apik oleh Tuhan. Bagaimna mereka menjalaninya? 17-06-18 #Rank 1 In Winkdeep 2019/06/01 #Rank 1 In DeepWink 2020/06/03 #Rank 1 in DeepWink 2020/06/27