Kelopak mata itu mulai bergerak pelan lalu terbuka, menampilkan sepasang galaxy indah di baliknya.
Mengerjap pelan berusaha membiaskan cahaya minim yang ada, dan perlahan sosok indah itu bangkit dari tidurnya, duduk di atas ranjang besar itu, tubuhnya lemas sangat, seperti habis di lindas truk.
Memegang kepalanya yang sedikit pening, Jihoon mulai memandang sekitarnya.
Kamar itu cukup luas, cahaya remang dari lampu tidur itu cukup membuatnya melihat seisi kamar tempatnya saat ini berada.
Berusaha mengingat apa yang terjadi, Jihoon sadar bahwa dia berada di tempat yang asing, pakaiannya bahkan telah terganti dan entah milik siapa yang dia pakai.
Dengan cepat Jihoon bangkit dari kasur, bajunya telah terganti otomatis dia tidak memiliki ponsel, dia harus segera keluar dan mencari tau di mana dia berada saat ini.
Dia mendekati pintu dan langsung membukanya, untung saja pintu itu tidak di kunci dan sepertinya tak ada yang menjaga pintu itu.
Dengan mengendap-endap pemuda manis itu keluar dari kamar dengan langkah tenang tanpa suara namun pandangannya mengawas ke sekitar.
Jika di lihat dari cahaya bulan yang masuk melalui jendela besar di lorong itu sudah pasti Jihoon berada di sini cukup lama.
Terakhir yang dia ingat adalah dia pingsan dan tiba-tiba bangun di tempat asing, bukan di kamarnya bukan pula milik Jinyoung.
Dan saat Jihoon melihat beberapa bayangan di ujung belokan dia langsung bersembunyi.
"Kurasa dia harusnya sudah bangun sekarang, sejak kemarin dia tidak sadarkan diri, boss sudah sangat memanjakan tawanannya."
"Kau benar, sepertinya boss menyukai mainan yang satu ini."
Setelah keduanya berlalu, Jihoon langsung keluar dari tempat persembunyiannya di balik kain gorden itu, dia tau betul siapa yang dua orang itu bahas barusan, mereka pasti sedang membahas dirinya.
"Enak saja mainan, ketika aku tau siapa yang membawaku ke sini, akan ku putar lehernya."
Jihoon kembali mengendap-endap, sekarang dia harus keluar terlebih dahulu, dia tidak tau berapa jumlah musuhnya dan dia tidak tau siapa yang sedang berurusan dengannya.
"Mansion ini besar sekali." Gumamnya lagi, sudah sekitar berapa menit dia berjalan dan dia belum menemukan jalan keluar.
Dan akhirnya dia menemukan sebuah tangga, kembali bersembunyi di balik kendi keramik raksasa di sana, Jihoon mengecek keadaan sekitar.
Bukan kah ini aneh? Dia sedang di culik tapi tidak ada pengawas yang menjaganya, apakah penculiknya itu menganggap remeh dirinya? Menganggap Jihoon tak mampu melawan? Pemuda manis itu berdecak kesal.
Mendekati tangga yang dia yakini adalah tangga utama itu, Jihoon turun dengan perlahan, saat di rasa aman oleh sekitar matanya langsung tertuju pada sebuah pintu besar dengan dua daun pintu yang tertutup, dia sangat yakin pintu itu adalah jalan keluarnya.
Dia berjalan nyaris setengah berlari mendekati pintu itu, lalu tangannya mencoba untuk membuka pintu tersebut namun tak ada hasil.
Tau kalau pintu itu terkunci akhirnya Jihoon berbalik, dan seketika tubuhnya menegang.
Puluhan orang berjas hitam itu menatapnya dengan remeh.
"Well, kau ingin kemana Jihoon-ah?"
Jihoon memandang sosok itu, dia seperti terasa familiar sama wajah pria itu, mencoba mengingat ingat.
"Kau-"
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
FanfictionTentang sebuah kisah sepasang remaja biasa yang terlibat sebuah kisah yang telah di buat secara apik oleh Tuhan. Bagaimna mereka menjalaninya? 17-06-18 #Rank 1 In Winkdeep 2019/06/01 #Rank 1 In DeepWink 2020/06/03 #Rank 1 in DeepWink 2020/06/27