Jinyoung keluar dari kamar ibunya dengan lesu, wajahnya nampak guratan lelah dan sedih di sana.
Kondisi ibunya memburuk lagi.
Entah apa yang terjadi Jinyoung juga tak bisa paham betul apa yang dokter Seo katakan padanya seberapa keras pun dia mencoba mengerti keadaan ibunya.
Tungkai panjangnya yang di tutupi celana sekolahnya berjalan lemas menuruni tangga, mengabaikan semua tatapan pelayan yang melihatnya dengan prihatin, wajah nya terlihat sangat datar dan dingin.
Niatan awalnya ingin bersekolah pun tidak jadi, padahal sudah 3 hari ini dia absen karena memantau ibunya.
Dia memilih kembali menuju kamarnya sebelum melihat siluet tubuh dari kamar ibu tirinya.
Dia bisa melihat wanita itu dari cela pintu kamar yang tak tertutup rapat. Wanita berusia 45tahun yang masih terlihat cantik dan elegant, mencoba beberapa perhiasan yang dia yakin adalah hadiah dari ayahnya.
Kedua tangan Jinyoung terkepal, di saat ibunya sedang menderita, wanita itu bahkan terlihat senang, ayahnya bahkan tidak peduli saat dia panik seorang diri.
Jinyoung muak, dia ingin sekali pergi dari tempat terkutuk itu, tapi dia masih sadar diri.
Dia masih sadar bahwa dia hanya anak lelaki biasa yang belum bisa memberikan sesuatu, dia juga belum menemukan kakaknya, ibunya masihlah sangat membutuhkan perawatan yang tentunya sangat mahal.
Jadi yang bisa Jinyoung lakukan saat ini hanyalah menggeram rendah dengan pandangan setajam belati menatap SoRa yang masih asik dengan perhiasannya.
Merasa hal yang dia lakukan tak penting, Jinyoung kembali menuju kamarnya, mengganti pakaiannya lalu meraih kunci motornya, mungkin dia butuh udara segar.
Rival
Bae Jinyoung
Park Jihoon
Winkdeep
Another
Rate T-M(Muanis)
Setelah selesai makan, Jinyoung dan Jihoon kembali ke posisi mereka duduk saling berdampingan dengan tangan masih terkait dengan sebuah borgol.
Kesunyian lagi-lagi tercipta di antara keduanya, jam sudah menunjukan pukul stengah tiga pagi dan Jihoon terlihat sangat mengantuk.
Jinyoung sudah memejamkan matanya sejak tadi, kepalanya bersandar pada dinding sel tapi masih dalam keadaan sadar.
Dia sama sekali tak bisa tidur beberapa hari ini.
Sedangkan Jihoon, sejak tadi pria manis itu terlihat menahan kantuknya. Sesekali menguap dia lalu menggosok kedua matanya agar tetap terjaga, namun lama kelamaan akan tertutup rapat dan tiba-tiba dia akan membuka matanya cepat, seperti itu terus menerus.
Jihoon butuh bantalnya, setidaknya selimut, karena jujur saja tangannya saat ini sangat dingin, bahkan jaket yang dia gunakan tidak juga cukup untuk menghalau hawa dingin jeruji itu.
Kepala Jihoon sesekali terhuyung-huyung ke depan atau ke samping dengan mata terpejam lalu dia akan tersentak kembali.
Jinyoung tidak bodoh merasakan pergerakan orang di sampingnya itu, hanya saja dia mencoba tak terlalu peduli.
Tapi lama kelamaan dia akhirnya membuka matanya saat merasakan sesuatu menimpa bahunya.
Jinyoung menoleh ke samping dan menemukan rambut Jihoon menggelitik pipi kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL
FanfictionTentang sebuah kisah sepasang remaja biasa yang terlibat sebuah kisah yang telah di buat secara apik oleh Tuhan. Bagaimna mereka menjalaninya? 17-06-18 #Rank 1 In Winkdeep 2019/06/01 #Rank 1 In DeepWink 2020/06/03 #Rank 1 in DeepWink 2020/06/27