Part 15

22K 1K 7
                                    

Prilly sangat senang akhirnya Ali mau mengantarnya pergi membeli bubur yang sebenarnya sejak lama ia inginkan. Walaupun Ali tak mau turun membelikan bubur ayam dan meminta Prilly untuk membungkusnya agar bisa dimakan dirumah.

"Lho neng Illy. Udah lama gak keliatan, neng."

Prilly hanya tersenyum senang menampakan deretan gigi putihnya."Mang, pesen 2 ya mang bungkus aja."

"Oke neng! Kok gak pernah keliatan si neng? Emang eneng udah gak kerja ya di perusaan sebelah?"

"Udah gak mang, udah cuti."

Ketika sedang asik mengobrol tiba-tiba Prilly dikagetkan dengan sebuah tangan kokoh yang menyentuh bahunya dan kemudian memeluknya dengan tiba-tiba. Prilly hanya bisa diam mematung dengan kejadian yang sangat tiba-tiba ini. Otak Prilly tiba-tiba berhenti tak dapat berfikir apapun dan siapa yang tiba-tiba berani memeluknya erat ini.

"Pendek! Lo kemana aja?!" Suara itu, suara milik Maxim sahabat Prilly yang sudah lama tak pernah ia hubungi, semenjak dia menikah dengan Ali.

"Max."cicit Prilly pelan.

Max kemudian memutar tubuh Prilly agar menghadap padanya. "Lo kemana aja? Kenapa tiba-tiba resign? Trus Lo ngilang gitu aja tanpa ngabarin gue! Gue itu sahabat elo bukan si Ly?!"

Bukannya takut, Prilly malah terkekeh geli mendengar Maxim marah-marah padanya. Karena Prilly merasa jika raut wajah Maxim yang marah itu malah terkesan lucu bagi Prilly, bagaimana tidak Maxim marah-marah sambil memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

"Kok elo malah ketawa si pendek!"

"Makanya inget umur kalo marah-marah jangan sok kegantengan gitu! Gak pantes." Prilly semakin tertawa lebar melihat rau wajah Maxim yang semakin imut baginya.

"Oke-oke gue jawab, pertama kabar gue baik-baik aja. Kedua gue gak ngabarin karena hp gue ilang dan lo tau kan kalau gue gak bisa menginat nomor telvon, nomor sendiri aja gue gak tau. Dan kenapa gue resign karena gue udah bosen kerja bareng elo." Prilly kembali terkikik geli karena dia berhasil melihat wajah kesal Maxim sahabat sekaligus mantan bosnya ini.

Tanpa mereka sadari sedari tadi ada seorang pria yang sedang memandang mereka dengan tatapan lasernya. Entah kenapa Ali merasa sangat tak rela melihat senyum tulus Prilly dilihat oleh pria lain. Hanya dirinyalah yang boleh melihat dan membuat Prilly tertawa seperti itu dan bukan pria itu ataupun yang lainnya.

Dengan air muka yang menampakkan rasa kesal, Ali membuka pintu mobilnya dan melangkah cepat menghampiri istrinya itu.

Prilly tersentak kaget merasakan tiba-tiba tubuhnya ditarik dengan paksa. Dia hafal tangan kokoh milik seorang pria yang sangat dicintainya ini. Dapat Prilly lihat bahwa prianya ini sedang menahan amarah yang begitu ketara. Belum sempat Prilly melayangkan protes tubuhnya sudah disentakan Ali masuk kedalam mobil. Ali masuk kedalam mobil dengan nafas memburu dan menutup pintunya dengan keras.

"Ali apa-apaan sih! Bubur Ayam aku ketinggalan!" protes Prilly.

Ali hanya diam menormalkan emosinya. Entah kenapa saat melihat Prilly tertawa dengan pria yang entah siapa itu membuat emosinya memuncak apalagi sebelumnya Ali sempat melihat pria itu tampak memeluk istrinya. Setelah menormalkan kembali emosi yang sempat menguasainya kini Ali melirik Prilly sekilas yang sedari tadi tiba-tiba diam. Ali tampak membuang nafasnya, dapat dia lihat dengan jelas bahwa Prilly sedang menahan isak tangisnya terbukti dengan pipi cubby itu yang terlihat basah.

Ali menepikan mobilnya, melepaskan seatbel yang membelit tubuh atletisnya agar mudah menggapai tubuh istrinya itu. Tangan besar itu tampak mengelus pipi cubby istrinya dengan sayang.

"Hey jangan nangis sayang, maaf ya maaf udah kasar sama kamu." Ali mencium pucuk kepala Prilly, meresapi aroma strowberry yang sangat segar dan menetramkan hatinya itu. Prilly masih tak mau bicara dan malah memalingkan wajahnya melihat keluar jendela. Entah kenapa dia menjadi seorang wanita egois sekarang mungkin karena hormon kehamilannya.

"Jangan diemin aku dong sayang. Aku tau aku salah aku udah bikin acara ngidam kamu berantakan, karena.." Tiba-tiba entah kenapa dia merasa sangat malu mengakui alasan kenapa dia tiba-tiba menarik Prilly menjauh dari sosok pria yang entah siapa itu.

"Karena apa?!" ujar Prilly ketus dan penuh dengan penekanan. Karena melihat Ali tak kunjung mau menjawab pertanyaannya Prilly menghembuskan nafas jengah. Sebuah pikiran buruk tiba-tiba menghantuinya yang seketika membuat mungil itu mengeluarkan isak tangisnya.

"Hiks aku tau kalau pernikahan ini hanya bentuk tanggung jawabmu pada anak ini. Aku juga gk seharusnya berharap lebih pada pernikahan ini, gak seharusnya aku meminta hal sepele yang bisa aku lakukan sendiri. Aku tau Ali, kalau kamu hanya ingin memper...."

Belum sempat Prilly melanjutkan ucapannya kini bibirnya telah disumpal dengan bibir Ali. Awalnya ciuman itu hanya sekedar menempel tapi entah kenapa tiba-tiba Ali memulai melumat dalam bibir Prilly. Apakah Ali sudah mulai jatuh cinta atau itu hanya sebuah refleks dari Ali yang hanya ingin membuat Prilly diam???

hehe kayanya panjang amat, awalnya mau bikin romantis-romantisan eh entah kenapa malah bikinnya kaya gini... maapkan sifat labil sayah teman-teman 

happy reading^^

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang