Sedari tadi Ali gusar karena tak dapat sekalipun menghubungi Prilly ataupun Kevin. Ali memang tak mengejar Prilly dan itu adalah hal terbodoh yang pernah dia lakukan. Tapi, karena kebodohannya itu dia berhasil mengungkapkan semuanya kepada Gina tanpa kebohongan sedikitpun. Yang tentu saja membuat Gina sangat syok dan menangis tentunya. Tapi Gina juga sadar akan kesalahannya, jika dia tidak meninggalkan Ali demi meraih impiannya waktu itu bisa saja kejadiannya ini tidak akan terjadi. Dengan isak tangis tanpa penyesalan terdalamnya, Gina merelakan Ali bahagia walaupun bukan dengannya. Gina tak ingin Ali menjadi orang brengsek yang tidak mempertanggungjawabkan kesalahannya. Walaupun sebenarnya hatinya sangat sakit tapi Gina berusaha untuk berlapang dada. Gina juga sempat menyalahkan Ali, kenapa Ali hanya diam tak jujur akan kejadian sebesar ini. Gina juga bertekat jika dia bisa bertemu dengan istri sah Ali itu dia akan meminta maaf padanya.
Setelah Gina berlalu pergi Ali berusaha menghubungi Prilly yang tidak mendapatkan respon, kemudian dia juga berusaha menghubungi Kevin yang juga tidak direspon. Ali benar-benar khawatir, jika sesuatu terjadi pada Prilly dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Tapi pertama-tama dia ingin bertemu Prilly dan meminta maaf padanya, Ali tau dia memang salah sudah membohongi Prilly. Jika perlu Ali akan bersujud dikaki Prilly jika hal tersebut dibutuhkan.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dengan secepat kilat Ali mengankatnya. Tiba-tiba ponsel yang digenggamnya telah terjatuh dilantai yang menimbulkan dentuman keras. Air mata yang tak pernah dia keluarkan kini dengan lancangnya mengalr begitu deras dari mata tajam itu. Secepat kilat Ali berlari keluar dari kantornya.
-----
"Aku mohon pada kalian." Prilly berujar pelan, memohon pada kedua orang yang sedang berada disampingnya. Keduanya bungkam tak tau harus menjawab seperti apa dan berbuat seperti apa. Tapi permintaan Prilly membuat satu diantara dua orang itu tidak setuju. Orang itu adalah Kevin tentu saja kevin tak setuju jika harus menyembunyikan jika Prilly masih hamil salah satu anak dari Ali. Entah apa alasan Prilly, tapi Kevin benar-benar tidak setuju jika harus menyakiti hati sahabatnya itu.
Tiba-tiba pintu kamar rawat Prilly terbuka dengan sangat keras, menampilkan sosok Ali dengan tampang sangat berantakan. Prilly membuang mukanya tak ingin melihat wajah Ali sekarang. Dia butuh waktu untuk sendiri.
Seakan tau jika sepasang suami istri itu butuh bicara, Kevin dan Jessika keluar dari ruangan yang berselimut duka itu tanpa suara. Jessika menatap tajam Ali, sedangkan Kevin terlihat menepuk bahu Ali pelan memberikan kekuatan pada sahabatnya itu.
Setelah memiliki akses penuh ruangan berukuran 3x4 meter itu, Ali bergerak mendekati ranjang istrinya dengan tenang walaupun sebenarnya hatinya sangat kalut saat ini.
Suara ranjang yang berdecit tak membuat Prilly memalingkan pandangannya. Ali sekarang sudah duduk di samping ranjang Prilly. Seketika hati Ali seperti di tikam oleh beribu-ribu jarum yang tak kasat mata, ketika melihat air mata di pipi mulus Prilly. Tangan panjang Ali berusaha merengkuh bahu kecil itu agar bersandar di pelukannya.
"Pergi." Suara dingin itu berhasil membuat tangan Ali bertahan di udara. Secepat kilat Prilly berbalik dan menepis tangan Ali dengan kasar. Tatapan tajam Prilly membuat ALi bungkam, pasalnya tatapan yang istrinya perlihatkan itu sangat berbeda dari biasanya. "Pril, A-"
"Aku bilang pergi." Penolakan Prilly membuat Ali membelalakan matanya tak percaya.
"Pril, maafin aku. Aku mohon." Ali masih berusaha untuk merengkuh tubuh rapuh Prilly yang diterima oleh Prilly. "Tak ada yang perlu dimaafin, Ali."
Prilly masih berusaha menahan tangisnya, di pelukan Ali walaupun dia tak membalas rengkuhan Ali. Prilly hanya diam sibuk berkutat dengan pikirannya sediri. Bahu lebar ini adalah bahu yang biasa dia gunakan untuk menyandarkan tubuhnya saat menutup dan membuka matanya. Pelukan itu juga yang selalu di nantikan Prilly ketika Ali brangkat maupun pulang kerja. Tapi itu dulu sebelum dia kehilangan satu buah hatinya, walaupun Ali belum mengetahui jika anak mereka kembar dan tentu saja dia sudah meminta semua orang yang tau akan hal tersebut menyembunyikannya. Katakanlah dia jahat tapi Prilly tak mau lagi terbelenggu dengan rasa bersalah memisahkan Ali dengan wanita yang dia cintai. Tidak Prilly tak akan melakukannya.
Lama mereka terdiam, Ali memandang Prilly lama berusaha melihat kedalam bola mata yang selalu memabukannya. Ali tertegun ketika melihat sorot mata itu ada rasa marah, kecewa, sakit hati dan yang paling benar-benar membuat Ali merasakan sakit pada hatinya adalah sorot mata terluka. Ali sekarang sadar apa yang diinginkannya yaitu membuat sorot mata itu kembali penuh dengan tatapan sayang, dan polos. Ali benar-benar merasa jika jiwanya direnggut paksa saat melihat air mata Prilly mengalir karna dirinya ataupun apapun. Prilly nya tak boleh menangis, Prilly-nya hanya boleh bahagia. Ali bertekat untuk membuat Prilly bahagia dengannya. Ali membawa tangan Prilly dan menciumnya dalam.
"Pril mari kita." Sebelum Ali menyelesaikan kalimatnya sebuah suara dingin nan tegas itu membuat Ali benar-benar kehilangan seluruh nyawanya. "Ayo kita akhiri semuanya sampai disini, Li."
Huaaaaaa aku minta tolong ngasih ide donks ini mentok banget aku ada dua ide tapi bingung milih yang mana. Ini kan ceritanya Prilly benar-benar sosok wanita sabar dan gak suka marah2 ya. Disini aku ngrasa sedih kalau Prilly diem aja kan kasian masak dia jadi wanita nerimaan banget garis hidupnya disisi lain kalau aku bikin Prilly marah2 brarti nanti Ali jadi orang jahat bagets....
Huuuuaaaaa.......
Sumpah aku bingung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionTak pernah disangka liburan yang awalnya dikira menyenangkan membuat seorang gadis muda yang bernama prilly arinda ini terjebak dengan seorang CEO sebuah perusahaan ternama Syarif Company dalam kamar hotel yang sama dalam keadaan yang tdk bisa terba...