Prilly melangkahkan kaki mungilnya seorang diri, memasuki ruangan yang sedang sangat padat oleh tenaga medis yang berlalu lalang. Dia hanya diperbolehkan masuk sorang diri karena memang jika terlalu banyak keluarga pasien yang masuk akan mengganggu kerja petugas medis dan mengganggu pasien lain.
Sedari tadi Prilly berusaha menahan isak tangisnya dengan menggigit bibirnya dalam sampai-sampai dia dapat merasakan rasa amis pada bibirya. Tangannya mungilnya terlihat menggenggam erat baju pasien yang sekarang dia pakai. Dokter memang telah berbicara padanya sesaat setelah memasuki ruangan yang bertuiskan UGD itu bahwa suaminya mengalami luka parah pada bagian wajah sehingga kemungkinan untuk mengenalinya agak sulit. Tapi Prilly tak begitu mendengarkan penjelasan dokter karena fokus utamanya adalah brangkar yang menampakkan tubuh tegap itu tertutup kain putih. Seketika pelupuk mata Prilly digenangi oleh air mata yang siap meluncur dari mata hazelnya.
Tubuh Prilly bergetar hebat, menatap tak percaya tubuh tegap nan hangat yang selalu memeluknya kala sebelum tidur itu kini sudah tak bernyawa. Dia tak ingin menangis, karena Ali nya pasti baik-baik saja. Dia berharap bahwa apa yang dikatakan dokter adalah sebuah kebohongan untuk membuatnya memaafkan Ali seperti halnya terjadi di film-film yang pernah dia tonton. Prilly mencoba tersenyum walaupun pandangannya mengabur karena air mata. Dia menggeleng pelan, masih berfikir bahwa semua ini hanyalah rekayasa agar membuat dirinya tidak meminta cerai dan meninggalkan Ali. Tubuh yang telah ditutupi dengan kain putih itu juga merupakan akting dari Ali agar dirinya dimaafkan. Tanpa menggunakan semua scenario ini Prilly pasti akan memaafkan Ali.
"Ibu, saya mohon jika ibu tidak kuat ibu bisa.." ujar dokter yang sedari tadi berada disamping Prilly. "G-gak apa-apa, dok. Suami saya sedang bermain peran kan? Dia sedang berusaha meminta maaf pada saya karena itu dia membuat semua drama ini kan?"
Dokter berusia 30an itu menatap Prilly prihatin. Dokter itu tau bagaimana perasaan Prilly sekarang yaitu tak percaya dengan keadaan sebenarnya bahwa dia telah kehilangan anggota keluarganya dengan mendadak. Dokter itu memberikan kekuatan pada Prilly dengan menepuk pundak prilly dan tanpa kata dokter itu meninggalkan Prilly yang berdiri kaku di depan mayat itu.
Tangan mungilnya yang semula akan membuka kain penutup itu terhenti diudara begitu saja. Walaupun sedari tadi pikiraannya mensugesti jika tubuh kaku bertutupkan kain putih di depannya itu adalah Ali yang sedang memainkan drama klasik. Tapi tak dapat dipungkiri jika pikirannya yang lain mengatakan jika Ali nya telah pergi mengadap sang Ilahi.
Prilly memeluk erat tubuh kaku tersebut dengan lembut, menyalukan kehangatan tubuhnya pada tubuh Ali berharap Ali akan tau jika dirinya tidaklah marah lagi. "Li, aku udah nggak marah kok. Kamu nggak perlu ngelakuin ini semua, aku bakalan maafin kamu. Kita mulai dari awal ya barengan sama baby kita. Ahk, aku belom bilang ya kalau sebenarnya kita akan mempunyai bayi kembar. Walaupun kakaknya lebih di sayang sama Sang Pencipta tapi adek masih bersama kita." Prilly terlihat meracau.
Kala tangannya memeluk erat tubuh kaku itu dan berusaha mencari tanda kehidupan dari tubuh itu yang ternyata nihil, seketika tangis yang sedari tadi Prilly tahan pecah begitu saja. Ali nya tidak lah sejahat itu, meninggalkannya begitu saja. Ali telah berjanji tidak akan melepaskannya dan tidak akan meninggalkan dirinya sampe kapanpun.
"Ali bangun, aku rindu pelukanmu. Maafin aku, Li. Maaf." Prilly menangis seraya melantunkan kalimat permohonan maaf pada tubuh kaku itu. Tangis yang awalnya haya berupa isakan kecil itu berubah menjadi tangis pilu yang membuah segala kegiatan yang dilakukan oleh tenaga medis mendadak berhenti begitu saja begitu sebuah nyanyian menyayat hati yang membuat mereka bersimpati. Orang-orang yang berada diruangan tersebut yang mendengar nyayian Prilly dapat merasakan bagaimana sedihnya kehilangan orang yang begitu berarti di kehidupannya.
"Ali bangun. Aku tak bisa hidup tanpamu Ali. Aku dan adek butuh kamu. Ali bangun!" prilly menjerit histeris. Tampak beberapa orang berpakaian serba putih menghampiri Prilly dan berusaha menenangkan Prilly yang ditolak mentah-mentah olehnya.
"Ibu harus ikhlas." Ujar seorang suster yang berada didekatnya.
"Nggak! Kalian bohong kan! Kalian bohong!" prilly kembali berteriak histeris. "Mereka bohong kan, Li. Kamu itu baik-baik saja kan? Kamu nggak papakah! Jawab Ali! JAWAB!" Prilly terlihat mengguncangkan bahu yang tertutup kain itu.
"Jangan tinggalin aku Ali! Aku tak bisa hidup tanpamu! Aku mencintaimu Ali. Aku sangat mencintaimu." Tubuh kecil itu seketika luruh kelantai. Tangis penyesalan da kehilangan orang tercinta begitu tergambar jelas dalam melodi kesakitan itu. prilly begitu menyesal kenapa dia tidak mendengarkan semua penjelasan Ali. Kenapa dirinya begitu egois dengan berfikir jika semua yang diberikan oleh Ali hanya bentuk dari rasa bersalahnya saja. Padahal Ali begitu mencintainya dengan tulus.
"Aku mencintaimu Ali. Jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu." Karena terlalu lama menangis dan kondisi Prilly yang memang belum stabil membuat kepalanya berputar hebat. Dia tak dapat lagi menopang tubuhnya sendiri seketika kedua kakinya limbungbung dan yang terakhir dilihat olehnya adalah wajah seorang yang dicintainya yang menampakan wajah khawatir yang begitu dalam.
-----
"Bangun, sayang. Hey, adek bilang sama bunda kalau tidur jangan lama-lama ya. Kasian sama Ayah yang udah kangen banget sama bunda dan sama adek juga." Ali terlihat sedang mencium tangan Prilly. Ali masih hidup, walaupun ada tangan sebelah kanannya retak, kakinya juga terkilir dan terlihat perban juga bertengger cantik di pelipis Ali. Ternyata tubuh kaku yang sedari tadi Prilly peluk itu bukanlah dirinya. Mungkin karena Prilly begitu kalut dia tidak mendengarkan dokter yang menyebutkan nama orang lain bukan dirinya- Ali.
"Bangun sayang. Kamu harus mendapatkan hukuman segera karena membuat suamimu ini harus menahan nafas ketika melihat dari kejauhan kalau kau memeluk pria lain. Aku tak suka sayang, aku cemburu." Ali memang melihat ketika Prilly memeluk tubuh pria entah siapa dan mengucapkan kalimat yang ditunujkan kepadanya. Saat itu Ali ingin menghampiri Prilly begitu tau jika istrinya itu sedang memeluk erat sosok tubuh tak bernyawa itu. dia ingin menarik tubuh wanitanya menjauh ketika suara Prilly yang menyebutkan namanya menghentikan keinginan Ali. Ali mendengarkan semua yang dikatan Prilly termasuk kata-kata cinta yang keluar dari bibir wanitanya itu.
Mau ending....
Horaiiiiiiii akhirnya ending juga...hihi aku pingin bikin cerita lagi tapi bingung genre apa? Pernikahan lagi? Anak sekolahan? Apa cinta ala-ala?
Udah ahk nanti aja...biarkan kisah mereka ini berakhir duluu..
Makasih yang udah komen dan vote sayang kalian semua deh...
Santai semua bakalan happy ending masalahnya aku nggak suka cerita sad ending...hihihi
Happy Reading ^__^
W
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionTak pernah disangka liburan yang awalnya dikira menyenangkan membuat seorang gadis muda yang bernama prilly arinda ini terjebak dengan seorang CEO sebuah perusahaan ternama Syarif Company dalam kamar hotel yang sama dalam keadaan yang tdk bisa terba...