Ending

21.9K 765 33
                                    

Awas Typo bertebaran..

Happy Reading^^

Tau kah kalian bagaimana perasaanku kali ini. Walaupun ini kali kedua aku masih sangat kalut dan takut. Saat subuh tadi tiba-tiba Prilly terjatuh dalam kamar mandi, padahal aku sudah memepringatkannya untuk tak beranjak dan meminta bantuan saat ingin sesuatu. Dikarenakan usi kandungannya yang sudah menginjak sembilan bulan. Padahal sebenarnya prediksi dokter masih sekitar 2 minggu lagi istriku itu melahirkan. Tapi gara-gara kejadian di kamar mandi sekarang aku harus menunggu kembali istriku berjuang di dalam ruangan itu.

Bukannya aku takut atau tak ingin menyemangati istriku. Tapi beginilah peraturan persalinan saat ini, tak ada yang boleh menuggui persalinan termasuk aku suaminya. Cemas? Tentu saja aku sangat cemas. Apalagi tadi saat aku melihat air keluar dari selakangan istriku saat dia berteriak meminta tolong padaku.

Untung saat ini aku sudah mengcancel semua jadwalku untuk bulan ini dan bulan berikutnya. Katakanlah aku berlebihan, tapi aku tak ingin membiarkan hal buruk terjadi pada kandungan istriku yang kedua. Berbicara tentang jagoan kecilku, Davin aku tinggal dirumah bersama buyutnya. Untung nenekku itu telah kembali dari acara berkeliling dunianya.

"Ya ampun, Li. Prilly dimana?" ibu mertuaku terlihat begitu khawatir dengan kondisi Prilly. Tentu saja aku langsung menghubungi beliau saat aku telah sampai di sini dan Prilly langsung mendapatkan perawatan. Ali langsung memeluk tubuh wanita paruh baya itu tanpa merasa malu. Walaupun Kinan adalah ibu mertuanya tapi Ali sudah menganggap beliau seperti ibunya sendiri. Begitu pula dengan Kinan karena memang dia tak memiliki anak laki-laki.

"Ali takut, Bun." Racaunya. Kinan hanya mengelus punggung tegap milik anak menantunya itu.

"Prilly itu wanita kuat. Kau tau kan dia bahkan pernah mengalami hal yang lebih dari ini?" ujar Kinan menenangkan. Walaupun sebenarnya dia juga amat sangat khawatir.

.

Sejam lebih Ali dan Kinan menunggu istri dan anak mereka dengan was-was. Sedari tadipun handphone Ali terus bergetar karena panggilan dari neneknya.

Dokter yang biasanya memeriksa Prilly keluar dari ruang operasi. Dokter cantik itu nampak menyunggingkan senyum lebarnya.

"Selamat Tuan Ali, Nyonya Prilly dan putri anda selamat. Akan ketapi kami mohon maaf karena putri anda masih harus diinkubator karena sempat menelan air ketuban yang pecah sebelumnya."

Bolehkah Ali sedikit bernafas lega?

"Bolehkah saya menemui istri saya dok?"

Ali memasuki ruang rawat istrinya itu dengan langkah besar. Hal pertama yang dilihatnya adalah tubuh lemah istrinya karena baru saja melahirkan. Ali menghampiri tubuh lemah istrinya dan mencium pucuk kepala istrinya dengan penuh rasa syukur.

"Terimakasih sayang." Ujarnya, Prilly hanya dapat tersenyum lemah.

"Aku ingin menemui anak kita Li." Kata Prilly pelan.

.

Setalah melewati perdebatan yang alot karena Prilly dengan begitu kekeh ingin segera melihat wajah putri cantiknya itu. Ali tentu saja melarang, bukan melarang hanya meminta istrinya untuk bersabar karena kondisi Prilly yang benar-benar masih lemah. Dan Ali harus mengalahkan rasa khawatirnya itu karena tak ingin melihat istrinya itu menangis.

"Dia sangat cantik." Nampak Prilly memeluk tubuh kecil anaknya dengan sangat hati-hati. Rasa haru menguar dari dalam hatinya.

"Sepertimu istriku, dia begitu cantik sepertimu." Ali mensejajarkan tingginya dan mencium pucuk kepala Prilly.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang