POV Ali

19.4K 912 3
                                    



Maaf ya kalau part kali ini jadinya aneh...

Aku baru kali ini buat cerita dengan sudut pandang pertama....

pokoknya maklum ya kalau aneh bin ajaib...

Eh.. sebelumnya makasih ya semua yang udah mau vote ataupun komen maaf g bisa bales hp q lemot ini aja update harus pakai PC hihi sekali lagi makasih bangetttttt


Berawal dari saat aku melihatnya tanpa busana yang berada di atas tempat tidur bersamaku. Tak ada makian, tamparan, ataupun kalimat yang memojokanku. Wanita itu – Prilly hanya tersenyum kaku tanpa menyalahkanku bahkan dia berkata bahwa ini sebuah kesalahan karena kita sama-sama mabuk dan tidak mengenal satu sama lain. Bahkan saat aku ingin bertanggungjawab dan menikahinya dia dengan halus menolaknya karena dia tau aku sebenarnya berada di tempat itu karena akan melamar kekasihku.

Ngomong-omong tentang kekasih, aku tak pernah memikirkannya lagi semenjak aku menikah dengan Prilly. Dia seperti mencuci otakku untuk hanya memikirkan dan mengkhawatirkannya. Aku bukannya bermaksud jahat saat awal pernikahan kami. Aku hanya tak ingin menjadi pria brengsek yang akan menyakitinya jika nanti gadisku itu kembali kepadaku lagi. Tapi apa yang aku lakukan, setiap hari aku selalu menempatkan satu orang bodyguard yang mengikuti segala kegiatannya. Aku tau jika dia tak pernah mau menggunakan mobil dan supir yang sudah ku siapkan khusus untuknya. Hal itulah yang terkadang membuatku geram, apakah dia tidak tau jika dia naik bus umum akan banyak hal buruk bisa terjadi padanya.

Aku juga tau tatapan sendunya yang membuatku benar-benar merasa tercekik saat melihatnya. Wanita itu selalu menatap sendu pasangan-pasangan pada umumnya yang bersenda gurau bersama disekitarnya. Bahkan aku sempat meberbohong mengatakan bahwa meeting pentingku diundur karena aku ketahuan mengintip dibalik dinding bercat putih itu saat dirinya melakukan pelatihan menjadi orang tua yang baik. Padalah saat itu aku meminta ahk tepatnya memaksa Kevin untuk menunda rapat itu keesokan harinya.

Saat pertama aku mendengar detak jantunya tadi membuatku merasakan perasaan yang amat sangat bahagia. Aku ingin berteriak kepada seluruh dunia bahwa aku akan menajdi seorang ayah. Dan aku juga berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan menjaga istri berserta calon buah hati kita. Tak akan ku biarkan mereka sedih dan aku akan selalu memberikan mereka dengan kebahagiaan. Mungkin terdengar aneh dengan sikapku yang terkesan tiba-tiba ini. Aku juga sejujurnya tidak tau jenis perasaan apa yang ada dalam diriku.

Aku juga tak tau jika melihat senyumnya mengembang karena aku mengiyakan ajakannya untuk membeli bubur ayam yang menjadi keinginannya membuatku sangat senang. Aku tau jika itu bukan dari Prilly sendiri tapi keinginan dari anak yang sedang dikandungnya yang juga merupakan anakku anak kita ya anak kita.

Saat aku melihat tangan lancang itu memeluk istriku dengan erat aku merasakan perasaan marah, amat sangat marah. Aku tak terima jika milikku itu dengan seenak jidatnya dipegang oleh orang. Dia milikku hanya milikku!

Aku ingin memukul muka sok tampannya itu yang dengan tidak sopannya membuat istriku tertawa dengan lebarnya. Senyum itu hanya milikku! Aku tak suka apa yang menjadi milikku. Aku sudah tak bisa mentolerir lagi sikap sok tanpan milik laki-laki itu. Rasanya aku ingin memutilasi tubuh tinggi setinggi tiang itu dan membuangnya ke muara sungai agar menjadi santapan buaya-buaya sungai.

Aku menarik tubuh istriku dengan cepat, aku tak ingin ada keributan karena aku adalah CEO terkenal dan aku belum juga memperkenalkan Prilly sebagai istri sahku. Ku lihat, Prilly hanya menatapku bingung dan tak ada bantahan dari bibirnya itu. Dan aku tak perduli dengan tatapan mata Pria yang tadi memeluk istri orang dengan sembarang. Aku sekilas melihat pria itu menatapku tajam dan kaget. Setelah dia berhasil ku masukkan secara paksa masuk ke dalam mobil ku dengar dia mulai bereaksi tapi aku hanya diam. Karena memang begitulah caraku untuk meredakan emosi yang sedang menguasaiku. Akhirnya setelah merasa emosiku sudah mereda aku menepikan mobilku karena sedari tadi Prilly juga mendiamkanku.

Saat kulihat pipi cubby itu basah, hatiku mencelos sakit. Seperti ada banyak paku tak kasat mata menghujami jantungku. Aku hanya dapat meminta maaf padanya, saat aku ingin mengakui alasan kenapa aku melakukan itu semua suaraku tercekat otakku akhirnya bisa berfikir kembali. Apakah aku seperti abg labil yang sedang cemburu? Tapi aku bahkan belum memiliki rasa cinta pada Prilly hanya sebuah rasa tanggungjawab.

"Hiks aku tau kalau pernikahan ini hanya bentuk tanggung jawabmu pada anak ini. Aku juga gk seharusnya berharap lebih pada pernikahan ini, gak seharusnya aku meminta hal sepele yang bisa aku lakukan sendiri. Aku tau Ali, kalau kamu hanya ingin memper...."

Entah kenapa mendengar kata-kata yang keluar dari bibir cherry itu membuat jantungku benar-benar berhenti berdetak. Tolong jangan lanjutkan lagi semua itu karena aku tak akan sanggup mendengarnya. Katakanlah aku gila, aku menghentikan kata-katanya dengan bibirku. Saat bibirku menempel dengan bibirnya dadaku berdesir hebat dan ternyata rasa bibir cherry itu manis. Akupun tak bisa mengontrol diriku dan kecupan itu berubah menjadi ciuman dalam tidak ada nafsu yang ku rasakan tapi aku tak tau rasa apakah ini?

���������:J��

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang