"What? L-lo serius, Pril? Kenapa lo nggak cerita sama gue! Dan kenapa lo milih ngilang begitu aja?! Lo anggep gue ini apa?!" Prilly sudah memprediksi jika situasinya akan menjadi seperti ini, oleh karena itu Prilly lebih memilih bercerita di rumah sahabatnya ini daripada di cafe. Prilly tak mengatakan apapun , dia hanya menunduk takut saat respon sahabatnya ini lebih dari yang dia bayangkan.
Jessika yang melihat tubuh temannya itu bergetar menahan tangis menarik nafas dalam guna meredakan emosinya yang sedang naik. Jika dilihat lagi memang ini bukan sepenuhnya kesalahan Prilly yang lebih memilih menghilang daripada melaporkan kejadian yang menimpa sahabatnya itu. Jessi tau bagaimana sifat keras kepala sahabatnya jika menyangkut hal-hal penting seperti ini.
Sebuah pelukan hangat menjalari tubuh kecilnya. Dia tau siapa orang yang sedang memeluk erat tubuhnya itu. "Maafin gue, Pril. Nggak seharusnya gue ngomong kaya gitu sama elo. Maafin gue, Pril."
Prilly merasakan bahunya basah oleh air yang dia tau jika air tersebut berasal dari air mata sahabatnya – Jessi. Rasa takut yang menjalarinya tadi berubah menjadi rasa bersalah yang dalam saat mengetahui jika sahabatnya itu menangisi nasibnya. Dia memang tak mau jika sahabatnya sampai menanggung kesedihannya juga maka dari itu dia memilih pergi daripada bercerita.
"G-gue yang seharusnya minta maaf, Jess. Gue egois! G-gue..
"Nggak, Prill. Gak ada yang salah disini yang salah adalah lelaki yang berani kurang ajar menghamili Lo!" Jessika merasakan kembali panas tubuhnya yang membara akibat emosi karena memikirkan laki-laki sialan yang berani menghamili sahabat karibnya yang polos itu. "Gue bakalan cari cowok sialan itu sampe ke ujung dunia pun! Bakalan gue habisin dan gue bunuh saat itu juga!"
Bulu kudu Prilly meremang mendengar nada sarat akan ancaman itu. "Ja-jangan Jess!"
Jessika mengernyit tertahan, apakah otak bebal sahabatnya ini sedang konslet? Sebaik-baiknya orang jika sudah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya pastilah akan marah dan kecewa. Tapi apa, Prilly melarangnya mencari laki-laki yang harus bertanggung jawab karena telah menghamili sahabatnya itu. Kecuali jika?
"Gue rasa cerita yang tadi itu belum selesai nona Prilly dan masih ada cukup waktu untuk menceritakan semuanya?!"
----
Ali berdehem pelan seraya menghilangkan kecanggungan pada dirinya semenjak Gina datang dengan tiba-tiba. Perasaan canggung dan bersalah lebih mendominasinya, bagaimana dia dia lupa akan kekasih yang hampir menjadi istrinya itu.
"Apakah kau tak merindukanku baby? Atau kau masih marah karena aku yang pergi begitu saja saat kau akan melamarku?" Gina berujar lirih.
Seketika kedua bola mata Ali melebar, bagaimana kekasihnya ini bisa tau jika saat itu Ali ingin melamarnya. Dan bagaimana bisa setelah tau akan hal sepenting itu Gina bahkan tak pernah menghubunginya hanya untuk menanyakan keadaannya waktu itu.
Seakan tau hal yang sedang dipikirkan oleh kekasihnya, Gina dengan gerakan cepat memeluk tubuh tegap Ali dengan erat,"Aku minta maaf, baby. Forgive me, please."
Melihat tatapan memelas Gina mau tak mau Ali menganggukan kepalanya seranya tersenyum hangat. Dalam masalah ini Gina juga tak dapat disalahkan, dia hanya ingin mengejar kariernya – impian yang memang dia cita-citakan sedari dulu.
Seulas senyum terbit membingkai wajah cantik Gina. Gina memang sangat cantik dengan tubuh semampainya yang bisa dibilang sexy. Gina juga tak pernah memulas wajahnya dengan berlebihan. Kegigihannya dalam mencapai apapun yang dia inginkan menjadikan Ali tertarik padanya.
Gina mencium pipi Ali degan tiba-tiba membuat Ali teringat akan istri yang sedari tadi dia rindukan. Mengingat Prilly membuat Ali merasakan perasaan bersalah sekaligus. Dia bingung bagaimana cara memberitahu Gina tentang kejadian yang menimpanya selama Gina pergi dan tanpa kabar.
"Kamu kenapa, baby? What wrong with you? Are you okay?" Gina nampak curiga melihat kelakuan kekasihnya yang sedari tadi nampak bingung.
"Nothing! Hm- ayo kita makan sepertinya kita butuh banyak bercerita setelah kekasihku yang cantik ini menghilang entah kemana." Ujar Ali menyeringai dan menarik tangan halus kekasihnya itu.
---
"Jadi seperti itu?" Prilly hanya mengangguk meng'iya'kan respon dari sahabatnya itu.
"Lo udah nikah sama si brengsek itu?"
"Namanya Ali, Jes." Ujar Prilly malas. Sedari tadi sahabatnya ini mengatakan lelaki brengsek setiap dia menyebutkan nama Ali. Taukah Jessi jika lelaki brengsek itu sekarang adalah suaminya.
"Lo punya hutang sama gue!" Prilly melongo mendengar Jessi menyebutkan jika dirinya memiliki hutang. Tapi hutang apa?
"Maksud Lo apa? Hutang apaan?"
"Lo, hutang mempertemukan gue dengan si breng- ahk maksud gue Ali atau siapalah."
Tiba-tiba saja sosok Ali yang sedari tadi tak menghubunginya membuat perasaan Ali bimbang. Tak biasanya suaminya itu tak menghubunginya untuk sekedar menanyakan hal-hal yang sepele.
Maaf ya dikit banget hehe....
Lagi mentok moodnya lagi terjun bebas banget...Doain ya kakak2 semoga masalah aku ini ceper selese.....
Happy reading ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionTak pernah disangka liburan yang awalnya dikira menyenangkan membuat seorang gadis muda yang bernama prilly arinda ini terjebak dengan seorang CEO sebuah perusahaan ternama Syarif Company dalam kamar hotel yang sama dalam keadaan yang tdk bisa terba...