Ali sedang memandang teduh pada sosok perempuan yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai ibu dari anaknya. Dengan bertumpu pada tangan kirinya dia benar-benar sedang menikmati pemandangan yang selalu dapat membuatnya lupa diri, sedangkan tangan kanannya dia pergunakan untuk mengelus perut buncit sang istri. Waktu berjalan dengan sangat cepat bagi Ali. Dia tak pernah menyangka jika perempuan yang awalnya tidak pernah dia banyangkan menjadi belahan jiwanya. Sudah hampir tujuh bulan lebih beberapa hari dia dan Prilly mengarungi bahtera rumah tangga. Dan baru saja genap empat bulan dia benar-benar mencintai sosok wanita yang berada disampingnya. Walaupun awal pertemuan mereka benar-benar diluar ekspektasinya dan banyak hal yang mereka alami selama masa awal menikah. Tetapi dia benar-benar bersyukur karena wanita yang menjadi istrinya kini dan nanti adalah Prilly.
Jika mengingat kembali sikap dinginnya pada Prilly, Ali merasakan perasaan sesak yang benar-benar menikam jantungnya. Ali adalah manusia paling kejam yang tidak memiliki perasaan sama sekali. Walaupun atas dasar tanggung jawab tak seharusnya dirinya bersikap dingin pada istrinya. Dan yang paling parah pernikahannya sampai kini masih terkesan disembunyikan karena tidak banyak orang yang tau akan statusnya yang telah menikah.
Pandangan Ali beralih menatap foto besar yang hanya menampilkan foto dirinya. Ali menadang nanar fotonya sendiri. Seharusnya yang terpasang di dinding kamarnya adalah foto dirinya dan Prilly, foto pernikahan mereka. Sedagkan foto pernikahan mereka dengan latar belakang sebuah rumah kecil dengan Prilly yang nampak tersenyum cantik walaupun hanya memakai pakaian sederhana dan riasan yang tidak berlebih tapi lihatlah penampilan Ali, dia tampak tersenyum kaku seakan terpajang di meja ria Prilly dengan ukuran kecil.
Ali memandang sendu foto kecil yang terpajang apik di meja rias Prilly. Dia ingat saat Jessi menceritakan bagaimana kehidupan Prilly yang memang sudah mandiri sejak SMA karena ibunya yang hanya seorang penjual kue keliling karena kehilangan tulang punggung keluarga, karena ayah Prilly meninggal karena kecelakaan. Ali sangat menyesal dengan semua yang pernah terjadi di dalam kehidupan Prilly baik sebelum bertemu dengannya ataupun saat ini. Dia merasa belum banyak memberikan Prilly kebahagiaan.
Lenguhan kecil Prilly membuat Ali tersenyum menantikan saat mata kecil itu terbuka dan memperlihatkan iris hazel yang selalu dapat menghipnotis Ali. Dia mengelus pipi cubby itu dan mengecupnya singkat.
"Bangun sayang." Sapaan lembut Ali membuat Prilly yang masih betah menutup matanya mengulas senyum yang membuat kedua pipinya tertarik keatas. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pandangannya. Satu kecupan singkat Ali hadiahkan pada bibir cherry yang selalu memabukan itu.
"Morning kiss, baby."
Tangan kokoh Ali mengusap lembut perut buncit Prilly, merasakan gerakan jagoan mereka.
"Morning, Ayah." Ucap Prilly menirukan suara anak kecil. Enath kenapa setiap pagi saat Ali mengelus perutnya, baby dalam perut Prilly menendang kecang berusaha memberitahu kedua orang taunya jika baby boy mereka juga sudah bangun tidur.
-----
"Kenapa mendadak si harus keluar kota!? Nggak bisa ditunda ya? Kamu tau kan 2 minggu lagi prediksi dokter aku bakalan lahiran."
"Hey, aku Cuma sebentar sayang cuma sebentar. Dan aku janji bakalan pulang sebelum akhir pekan." Ali menangkup kedua pipi cubby itu kedalam tangan besarnya. Melihat Prilly yang memanyunkan bibirnya membuat perasaannya tak tenang. Tapi mau bagaimana lagi dia tak mungkin mewakilkan pertemuan penting itu pada Kevin karena Kevin juga sedang berada di luar kota. Walaupun Kevin akan kembali besak tapi Ali juga tak tega meminta Kevin untuk menghandel pekerjaan ini.
"Kalau aku nglahirin pas kamu diluar kota gimana? Kamu gak sayang sama kau?!" Prilly semakin menekuk wajah cantiknya. Ali menggelengkan kepalanya, pasalnya semenjak mereka memutuskan untuk memulai kembali semuanya Prilly berubah menjadi cerewet dan sangat manja padanya. Ali sampai tercengang saat istri pemalu dan tidak banyak meuntut itu berubah 1800 . Tapi Ali bersyukur karena hanya bersama dirinyalah dia bersikap seperti itu.
"Ih, kan prediksi dokter baby boy bakalan lahir 2 minggu lagi sedangkan aku akan pulang sebelum akhir pekan ini bunda." Hati Prilly menghangant saat suaminya itu memanggilnya dengan sebutan bunda. Prilly akhirnya mengangguk mengijinkan Ali untuk pergi jauh darinya. Walaupun hanya beberapa hari tapi Prilly yakin dia akan merindukan pelukan tubuh hangat suaminya itu.
"Udah ah, jangan cemberut. Aku janji bakalan selalu menghubungi istri cantikku ini dan juga baby boy kita." Ali mengecup kening prilly dan mengecup bibir charry itu lama yang menjadi semakin dalam. Dia mengecap, mengesap, dan melumat bibir itu lembut. Prilly mendorong tubuh Ali saat dirasakan pasokan udara pada paru-parunya semakin menipis.
"Udah ah, sana berangkat biar cepet pulang. Awas aja kalau sampe nggak ngabarin aku!" ucap Prilly penuh penekanan.
"Siap, Bos!"
Ali terlihat melambaikan tangannya pada Prilly yang masih setia berdiri di luar rumah sambil mengelus perutnya itu. Sebenarnya Ali benar-benar tak tega saat melihat perut Prilly yang buncit itu, tapi mau bagaimana lagi urusan ini lebih penting dan menyangkut kebahagiaan mereka.
"Tunggu aku sayang, aku bakalan menyempurnakan kebahagiaan kamu." Ujar Ali dalam hati.
Maaf ya lama update hehe
ekstra partnya nanti ada beberapa part jangan khawatir hihi tak selesein lah sampe mereka punya anak. Minta saran nama baby boy nya mereka siapa? ntar kalau ada yang sreg dihati tak jadiin nama anaknya Ayah Ali sama Bunda Prilly..
Makasih kakak-kakak yang mau komen dan vote minta ekstra part...
Awas typo bertebaran dan Happy reading semua...
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionTak pernah disangka liburan yang awalnya dikira menyenangkan membuat seorang gadis muda yang bernama prilly arinda ini terjebak dengan seorang CEO sebuah perusahaan ternama Syarif Company dalam kamar hotel yang sama dalam keadaan yang tdk bisa terba...