"Lepas! Apa-apaan si Lo!" Jessi berusaha melepaskan pegangan Kevin yang sangat kencang. Mau tak mau Kevinpun berbalik menghadap Jessi dan melepaskan tangannya pada lengan gadis itu.
"Kenapa Lo ngejauhin gue dari keparat itu!" sungut Jessi lagi.
"Jangan membuat masalah semakin runyam, nona." Mendengar nada bicara Kevin yang seolah melihatnya sebagai pembuat onar membuat Jessi membrengut tak suka.
"Ali sedang benar-benar menahan emosinya. Aku tak akan menjamin keselamatanmu nona setelah menjadi sasaran kemarahannya. Aku sebagai sahabatnya saja tak ingin menjadi sasaran amukan si kunyuk satu itu. Sepertinya Prilly sudah membuatnya benar-benar emosi."
Sebenarnya sedari tadi Jessi sangat penasaran Kevin-kevin ini sebenarnya berada dipihak mana. Dan masalah Prilly yang membuat brengsek itu emosi, bukankah seharusnya Prilly yang emosi. Meluapkan segala perasaan yang sudah ditahannya lama itu.
"Gue mau menemani, Prilly!" Jessi yang ingin berbalik dan pergi menuju ruang rawat Prilly tersentak kala sebuah tangan menghentikan jalannya.
"Lo, nggak lihat. Ali sedang dalam keadaan emosi dan aku yakin dia tak akan membiarkan siapapun menemui istrinya." Kevin berusaha menyakinkan Jessi yang sangat keras kepalan itu. walaupun baru beberapa jam mereka saling mengenal tapi Kevin dapat melihat jika sahabat dari istri sahabatnya itu sangatlah keras kepala dan pemberani.
"Gue nggak takut sama si brengsek Alibaba. Prilly butuh teman sebagai sandarannya, walaupun si brengsek itu akan mengusirku. Gue nggak takut!" Jessi berlalu begitu saja dengan langkah lebarnya. Yang membuat Kevin benar-benar berdecak tak percaya menatap punggung gadis yang perlahan menjauh itu. "Ck gadis keras kepala."
-------
Ali yang sedang duduk di depan pintu ruang rawat istrinya seketika berdiri melihat gadis menyebalkan yang sempat tadi membuat emosinya hampir meledak. Tapi sekarang Ali sudah terlihat sedikit tenang dan untuk menghadapi gadis ini dia tidaklah akan menggunakan urat kembali. "Jika kehadiranmu ingin memprovokasi kedaan, saya pikir anda sebaiknya pulang nona." Nada suara dingin Ali tak lantas membuat Jessi menciut bahkan sekarang dia sedang membalas tatapan Ali dengan santai.
"Saya kesini bukan untuk memprovokasi anda, tuan. Saya kesini untuk menemani sahabat saya yang sedang sangat hancur karena penghianatan su-a-minya."
"Kau!" Ali berdesis tak suka.
"Ah kenapa? Apakah ada yang salah dengan kalimatku itu? Maaf apakah anda bisa meinggir dari pintu ruangan rawat sahabat saya? Dan asal anda tau seberapapun saya membenci anda, saya tak akan pernah memprovokasi apapun keputusan dari sahabat saya. Walaupun sebenarnya saya benar-benar ingin dia meninggalkan suaminya yang brengsek." Ujar Jessi tenang tapi menusuk. Ali bergeser karena bagaimanapun istrinya itu memang butuh sandaran. Dan pada saat bersamaan dia merasa menjadi suami yang benar-benar tidak berguna karena tak bisa berada di samping istrinya pada saat-saat seperti ini. Yang lebih parahnya lagi dialah yang membuat semua masalah ini terjadi. Jika dari awal Ali bisa bersikap lebih tegas dan jujur pada Gina pasti semuanya tidaklah seperti ini. Jika saja dia tidak terbayangi dengan janjinya pada kedua orang tua Gina untuk menjaga dan selalu membuat Gina bahagia pastilah semua tidak seperti ini. Dia memang lelaki brengsek yang tidak berguna.
"Ingat jangan pernah memprovokasinya untuk pergi dariku." Ucap Ali tepat ditelinga Jessi saat gadis itu melangkah masuk keruang rawat Prilly.
-----
Ketika dia membuka pintu ruang rawat yang tidak terlalu besar itu, dapat dilihatnya sebuah bahu rapuh yang sedang bergetar membelakangi pintu. Tanpa menunggu lagi dia langsung berlari memeluk tubuh rapuh itu.
Prilly tau tangan siapa yang dengan lancang memeluknya. Dia sangat hafal dengan parfum beraroma vanila yang selalu dipakai oleh Jessika- sahabatnya itu. "Gue bingung, Jes. Apa yang harus aku lakukan? Aku nggak mau egois dengan mempertahankan dia disisiku, tapi aku juga sebenarnya tidak dapat kehilangannya dan juga membuat anakku yang lain tak memiliki ayah."
Tubuh ringkih itu semakin bergetar hebat. Jessi juga dapat merasakan jika lengannya kini juga basah terkena air mata. "Jangan menangis lagi ya, Pril. Lo, harus ingat masih ada baby lain yang sedang berada diperutmu. Jaga kesehatan dan emosi Lo, ingat apa yang dikatakan dokter tadi kalau Lo nggak boleh terlalu bersedih. Lo nggak kasian sama baby?" Prilly membalikan tubuhnya dan mengangguk mengiyakan perkataan Jessi. Prilly memeluk Jessi erat walaupun meminta kekuatan pada sahabatnya itu. Prilly berjanji pada dirinya dan juga calon baby nya yang lain untuk tidak menangis lagi.
-----
"Lo tau, Prill. Gue sebenarnya waktu Lo ilang nggak ada kabar itu si Max benar-benar aneh banget. Dia itu nyari Lo nelvon setiap orang yang kenal sama Lo. Dia juga sempet tanya ibu Lo tapi ibu Lo itu nggak ngasih informasi apapun." Prilly hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rata menempelkan kedua tangannya dan mengeluarkan kata-kata maaf lewat matanya. Sekarang Jessi sedang bercerita kala Prilly hilang ditelan bumi tiba-tiba. "Maaf-maaf."
Ketika mereka sedang bercanda gurau, ada sepasang mata yang sedang memandang miris melihat pemandangan itu. Dia sedang memandang intens pada istrinya yang tengah tersenyum bahagia ketika bersama sahabat baiknya itu. Walaupun dia tak tau apa yang sedang dibicarakan keduanya. Perasaan bersalah yang kian menjadi membuatnya meneteskan setitik air mata dari mata tajam itu. apakah dia egois dengan tetap mempertahankan Prilly di sampingnya. Tapi jika dia melepaskan istrinya itu apakah dia sanggup hidup tanpa adanya Prilly disampingnya. Tidak akan pernah dia memang harus egois karena sekarang dia tak dapat hidup tanpa Prilly.
hihi....
Ntar ya kakak-kakak semua akan ada sesi dimana penjelasan apa yang dilakukan Ali dan Gina di belakang Prilly ntah siapa yang menjelaskan. Aku si pinginnya ada konflik lagi tapi kok kayanya panjang banget ya...#mikirkeras
udah ahk dipikirin nanti aja tapi kalau gak ditambahin ya kok ada yang mengganjal tapi kalau ditambahin konfliknya ga selesai-selesai T.T
happy reading semuaaa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated
FanfictionTak pernah disangka liburan yang awalnya dikira menyenangkan membuat seorang gadis muda yang bernama prilly arinda ini terjebak dengan seorang CEO sebuah perusahaan ternama Syarif Company dalam kamar hotel yang sama dalam keadaan yang tdk bisa terba...