Part 6

25.3K 1.3K 5
                                    

Cahaya pagi menyinari sebuah kamar presiden suit, menampakkan dua insan yang masih terlelap dalam tidur mereka. Dengan posisi saling berpelukan mereka masih bergumul didalam selimut. Mereka merasakan ketidaknyamanan pada sinar matahari yang menyinari kedua mata mereka. Mata kedua insan itu sama berkedip untuk menerapkan cahaya matahari yang masuk. Keduanya saling berpandangan dan terdiam tiba-tiba dari pintu hotel tersebut terbuka menampakkan dua orang pria berumur yang membawa kamera merekam kegiatan mereka berdua. Masih dengan kagetnya kedua insan tersebut terlonjak kaget dan berteriak bersama.

Ali pov

Siapa gadis ini dan siapa mereka. "kau siapa? Dan kalian siapa? Kalian keluar!" bentakku yang langsung menghubungi keamanan karna mereka membawa kamera yang merekam ku barusan. Gadis yang tadi disampingku melesat ke kamar mandi menutupi tubuhnya yang aku yakin tidak memakai sehelai benang pun begitu juga denganku. Siapa gadis itu kenapa bisa aku bersamanya. Kugedor pintu kamar mandi dengan brutal karna aku yakin gadis tersebut tau apa yang terjadi.

Prilly pov

Ya Allah ujian apa lagi ini. Siapa pemuda itu. Kenapa aku bisa melakukan hal nista ini. Aku memakai pakaian ku kembali dan menyeka air mataku yang mengalir tanpa bisa ku cegah. Percuma aku menangis semuanya telah terjadi dan aku tidak boleh menyalahkan siapapun karna ini pasti sebuah kecelakaan yang aku maupun dia tak pernah rencanakan. Dari arah luar pemuda itu masih berteriak dan menggedor pintu kamar mandi ini. Dengan segala keberanian aku akan keluar dan menghadapinya toh ini bukan salahku.

Autor pov

Prilly keluar dengan keadaan yang sama kacau dan kagetnya, begitupun dengan Ali. Ternyata diluar sudah ada beberapa pria berjas hitam . pria berjas hitam tersebut memanggilnya dengan sebutan tuan Ali. Dengan kasar Ali menarik tangan prilly membawanya ke suatu ruangan yang terdapat banyak monitor yang dia yakini sebagai ruang kendali.
"kau pasti tau apa yang sebenarnya terjadi kan?!"prilly tidak bergeming, dia ketakutan dan bingung karna setaunya semalam prilly berada di Club karna patah hati dikhianati kekasihnya dika.
Ali yang tampak tak tahan dengan ke terdiaman prilly mencoba mencengkeram bahu prilly untuk membuat dia mengeluarkan suaranya. "hey!! kau tidak tuli kan gadis murahan!!" dipanggil seperti ini menyulutkan keberanian prilly menatap nanar ali. Dia tau pemuda tersebut marah tapi tidak harus merendahkannya juga karna disini prilly juga korban. "maaf tuan saya bukan seperti apa yang anda pikirkan dan saya mohon tidak menyebut saya dengan panggilan seperti itu karna saya punya nama, prilly arinda."
Kini ali tampak melepaskan cengkeraman tangannya itu karna dari yang ali lihat gadis tersebut bukanlah gadis yang mengenakan pakaian kurang bahan seperti yang sering menggoda nya.
"baiklah nona prilly katakan apa yang sebenarnya kau ketahui?"tanya ali menekan emosinya. Sebelum prilly menjawab salah satu pria berjas hitam itu tampak membisikkan sesuatu di telinga ali dan memberikan selembar kertas. Setelah membaca surat tersebut ali kembali mengeram penuh emosi. Ternyata orang yang menjebak nya adalah warga Pulau kecil yang meminta ali untuk tidak menutup pabrik shampoo ditempat mereka.
"sial!!"umpat ali sambil mengacak rambutnya. Tiba-tiba pandangan ali beralih ke prilly meminta prilly menjelaskan kenapa prilly bisa bersamanya di kamar hotel tersebut. Prilly akhirnya menjelaskan semua kejadian yang menimpa dirinya tanpa mengurangi atau melebihkan termasuk perasaannya yang sedang patah hati. Ali akhirnya melepaskan prilly dan kembali ke kamarnya.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang