::Membaik dari kemarin::
GALANG terbangun dari jam empat pagi. Dia diam-diam keluar dari ruang inapnya lalu menemui Wilona. Sejak dua hari yang lalu, dia tak bertemu dengan Wilona. Usahanya tak sia-sia, dia berhasil melihat orang yang dia sayang ada di ruangan sana. Terbaring lemah dengan peralatan medis yang menemani kekasihnya.
Galang meletakkan tangannya menempel di atas kaca, matanya berair tak tega, jantungnya mencelos, dia terluka dan juga merasakan sakit, lututnya melemas. Segala kemungkinan buruk sudah ada di depan matanya sekarang. Tentang hatinya yang tak siap kehilangan, tentang kisahnya yang tak ingin usai sampai disini.
Galang menangis, dia tak sanggup melihat orang yang dia sayang berada disana bertahan akan hidupnya sendiri.
"Maafin aku, Wi. Aku gagal menjaga kamu, aku malah membuat kamu ada disana, terbaring lemah."
Galang dan Wilona.
Sejak mereka kecil, mereka sudah bersama. Dimulai dari kepindahan Galang ke rumah kosong yang terletak di tepat sebelah rumah Wilona. Dari sana, Galang mengenal gadis itu. Setiap pagi tentunya Galang selalu mendengar gadis itu bernyanyi. Galang masih ingat, dia menertawai Wilona bernyanyi balonku. Kala itu Wilona langsung menangis karena tak suka ada orang lain yang menganggu dirinya.
Sejak itu keduanya saling bertemu satu dengan yang lain.
Saat ulang tahun Galang, Wilona dengan senang menodorkan tangannya untuk berteman. Galang sempat terkejut, pasalnya sebelumnya mereka saling bertengkar dan bermusuhan ketika bertemu. Tapi hari itu menjadi hari terbaiknya. Karena saat itu, hari-hari Galang menjadi tak kelabu lagi.
"Kamu harus sadar, Wi. Aku akan tunggu kamu sampai kapanpun. Dan sesuai janji kita, aku akan terus bersama kamu, selamanya."
Lalu lelaki itu tenggelam dalam rasa haru yang begitu besar. Dia kecewa dengan dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Galang menangis, tubuhnya merongsot menyentuh lantai rumah sakit yang masih dingin karena udara pagi. Dia terlalu pengecut.
Galang menelungkupkan wajahnya. Dia sedih, tanpa sadar perlahan matanya terpejam.
👣👣👣👣
Matahari sudah menampilkan dirinya.
Kicauan burung seakan menyambut pagi ini. Embun bekas semalam perlahan mengering tak sebanyak sebelumnya. Angin berhembus hingga masuk ke dalam ruangan ini. Kaca jendela sengaja dibuka, tujuannya agar membuat suasana menjadi segar. Dibalik selimut itu, sepasang mata lelaki belum juga terbuka. Setelah sempat kecolongan karena lelaki itu kabur menemui kekasihnya, dia ditemukan dalam keadaan tertidur.
Stefani tak juga berpindah dari jendela. Matanya menatap kosong ke arah gedung-gedung tinggi yang dibangun disana. Jalan raya pun juga terlihat dari sini, kemacetan sudah terjadi. Seperti biasa kota ini akan selalu menjadi kota terpadat.
"Mama?"sahut suara berat itu dengan sedikit terkejut.
Stefani berbalik dia tersenyum hangat. "Galang udah bangun?"
"Kok Galang bisa ada disini? Bukannya tadi ada di depan ruang ICU?"
Stefani terkekeh pelan. Dia memegang pundak anaknya. "Kamu nakal, ketahuan kan diam-diam kesana. Kan bisa bilang sama Mama biar mama antar,"
"Galang cuman mau lihat keadaan Wilona aja, Mah."
"Boleh kamu lihat, tapi jangan bertingkah aneh-aneh. Biarkan dia istirahat disana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.