Rainy // 20. Apa yang lebih menyakitkan?

250 16 0
                                    

::Apa yang lebih menyakitkan?::





ALFIAN menutup pintu kamar rawat inap Dira pelan. Begitu dia keluar, ada lelaki brengsek yang berdiri disana memandang ke arahnya. Jika bukan di rumah sakit, Alfian akan menghabisinya kala itu juga. Sayangnya, Alfian terlalu patuh hari ini. Pesan Dira yang memintanya tak marah akan ia lakukan. Alfian berusaha ikhlas dan merelakan, walau hatinya ikut terluka.

Sayangnya naluri lelaki berkata kalau harus melanggarnya.

Alfian menarik kerah kemeja seragam Galang. Lelaki itu lalu menyudutkan Galang pada sisi tembok rumah sakit. Alfian mencengkram keras melampiaskan segala kekesalannya pada lelaki brengseng ini. Alfian terluka lebih dari apapun. Sudah cukup dia pengecut, dia tak mau lagi menjadi pengecut kedua kalinya.

Alfian menarik napasnya. Cengkraman itu semakin ia berikan keras.

"Brengsek!"desis Alfian penuh amarah.

Galang tak berkutik. Kali ini ia biarkan lelaki yang bernama Alfian ini meluapkan amarahnya. Galang mengetahui ada sesuatu yang beda dalam mata lelaki itu. Rasa marah bukan seperti Alfian memusuhinya kala itu, melainkan rasa marah karena Galang sudah merebut apa yang menjadi keinginannya.

"KENAPA HARUS DIRA?!"

Galang diam. Dia menelan ludahnya. Jika saat ini dia ikut menanggapi, tentunya akan berlanjut dalam pertengkaran yang hebat.

"KENAPA HARUS DIRA?! HAH!"

Galang menarik napasnya dalam. Dia perlahan melepaskan cengkraman kuat itu yang sedari tadi menyiksanya. "Saya minta maaf,"

"Udah begini, lo baru mau minta maaf?"balas Alfian yang mencoba menyadarkan.

Galang menunduk lemah. "Saya tau ini adalah kesalahan saya. Tapi jika saja Dira tidak ada disana malam hari, tentu semua ini tidak terjadi kepada dirinya."

"KAPAN?! KAPAN LO MELAKUKAN ITU?!"

"Saat kamu meminta saya datang ke gudang belakang sekolah, kamu sendiri yang mengancam saya kala itu lalu ketika saya terbangun, semuanya sudah terjadi."jelas Galang mengingat kejadian yang hampir ingin ia lupakan itu.

Lutut Alfian melemas. Hatinya mencelos. Sekilas dia mencoba mengingat kejadian itu. Dia memang menyuruh Galang datang, meminta lelaki itu agar tak bersikap angkuh di sekolah dengan ketenaran yang ia miliki, tapi bagaimana bisa perbuatan nya itu juga membawa Dira dalam jebakan takdir bodoh seperti ini.

Alfian menggaruk kepalanya bingung. Oh andai saja dia tak meminta Galang datang ke sekolah malam ini, tentu Dira tak akan berakhir seperti ini.

"Saya sudah berusaha bertanggung jawab dengan menikahinya. Kami sudah resmi menikah, meski awalnya sangat sulit menerima."kata Galang lagi menjelaskan segalanya.

Alfian tersenyum kecut. Menikah? Karena kecelakaan seperti ini. Alfian perlahan melunak. Dia memberi jarak antara nya dengan Galang. Alfian sempat terdiam sejenak. Dia salah satu penyumbang luka itu.

"Alfian, maafin saya. Saya sama sekali tidak--"

Alfian langsung menyela nya dengan cepat. "Gua nggak butuh maaf lo,"

"Kamu marah karena cinta?"

Alfian langsung tertawa kecil. Dia menatap tajam Galang tanpa ampun. "Tau apa lo soal cinta?"

"Saya bisa mengerti. Kamu kecewa karena keadaan merebut paksa impian kamu. Lagian saya juga---"

Alfian semakin kesal mendengar omong kosong dari lelaki sok baik seperti Galang ini. Langsung saja satu pukulan dilayangkan yang menyebabkan tubuh Galang sedikit terpental. Galang memegangi bibirnya yang perih terkena pukulan. Bibirnya sedikit terbuka karena robekan kecil. Galang bangun dari jatuhnya. Dia kembali berusaha menenangkan lelaki ini.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang