::Sesuatu yang disesali::
USAI membuntuti Galang yang baru saja sampai di parkiran sekolah, mau tidak mau Dira menariknya ke daerah yang sepi untuk membicarakan ini. Galang menghempaskan tangan Dira yang secara sengaja menariknya. Ketika dia tau siapa yang berani mengajaknya ke tempat seperti ini, Galang malah membuang wajahnya.
Sebulan sudah berlalu, tapi Galang tetap saja mengabaikan dirinya.
Dira menunduk. Dia bingung mengatakannya kepada lelaki ini. Apalagi lelaki ini terlihat sama sekali tak menyukai dirinya dan sudah mengancamnya agar tak menemuinya lagi.
Galang berdecak pelan. Dia menatap tak suka kearah Dira.
"Ada apaan lagi sih? Kamu lupa kalau saya sudah memperingatkan tempo hari?"kalimat pembuka itu sukses mengurungkan niat Dira.
Dira memegangi rok abu-abu nya. Dia bingung memulai darimana, padahal sebelumnya dia sudah melatih dirinya berbicara dalam hati apa yang akan ia katakan ketika melihat Galang ada depannya.
Galang juga nampaknya muak. Cewek ini terlalu membuang waktunya terlebih lagi cewek ini diam sedari tadi.
"Kalo tidak ada yang mau dibicarakan, saya ingin ke kelas,"sahut Galang dengan nada suara yang tegas.
Dira menelan ludahnya. Perlahan dia mengeluarkan benda yang semalam sempat membuatnya terkejut sekaligus menangis semalaman. Benda yang berhasil merubah pandangannya untuk berhenti menggapai impiannya. Benda yang berhasil membuatnya berani mengikuti dan menarik seorang Galang agar mau berbicara dengannya.
Benda itu tercetak dua garis merah. Siapapun akan mengerti garis itu. Apalagi kejadian memilukan malam itu tak juga menghilang dari ingatan Dira maupun Galang.
"Aku hamil, Lang."lirih Dira pelan disertai sedikit rasa takut.
Galang kini tertawa keras. Reaksinya malah dianggap tak serius. Dia menertawakan pernyataan dari Dira yang sudah setengah mati menahan gugupnya.
"Ini akal-akalan kamu kan cuman untuk menarik perhatian dan terkenal. Itu kan jalan pikiran kamu?"tebak Galang.
Dira menggeleng lemah. "Bukan itu, aku sama sekali tidak pernah berniat ingin tenar dengan menyertakan kamu. Aku hanya mau kamu bertanggung jawab,"
"Saya tidak melakukannya,"
Dira kini mencoba menahan rasa kesalnya. "Kamu melakukannya! Kamu yang melakukan ini."
"Saya tidak percaya,"
Dira kini berlutut meminta pertanggungjawaban dari Galang. Dia tak meminta banyak hal, dia hanya ingin janin yang ada di perutnya ini memiliki ayah. Sekarang hidup Dira memang sudah hancur, untuk itu dia tak mau menambah kehancuran yang lebih menyakitkan lagi kepada anaknya. Biar dia saja yang menderita.
Dira bahkan menunduk lemas menghadap kebawah. Ia tak peduli dengan rasa malunya jika harus berlutut seperti ini di hadapan Galang. Dira hanya ingin lelaki ini bertanggung jawab atas luka yang sudah diberikan.
"Aku mohon, tolong, setidaknya setelah bayi ini lahir kamu bisa pergi tinggalkan aku."pinta Dira dengan sangat tulus.
Galang bergeming. Dia hanya bisa diam menyaksikan gadis yang tak ia kenal sebelumnya berlutut seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.