Rainy // 12. Kisah Baru

277 20 0
                                    

Dira tak bisa menahan degup jantungnya. Hari ini adalah dimana dia dan Galang akan berucap janji. Hari yang menjadi awal tindakan tanggung jawab lelaki itu kepada dirinya. Dira mematut dirinya di depan cermin. Rambut yang disanggul dengan rapi dan gaya make up natural memancarkan kecantikan Dira. Kebaya berwarna putih dan bawahan kain batik yang senada itu membuatnya menjadi cantik. Dira tersenyum getir ke arah cermin, jujur saja, dia bahagia sekaligus sedih.

Meski dia belum mengenal Galang terlalu jauh, dia berharap jika setelah ini dia bisa mengenal Galang. Dira berpikir sejenak, semalam kata Tante Stefani, ia akan kedatangan Bude Lasmi. Tapi Dira juga tak mau terlalu berharap, Bude Lasmi mungkin masih marah dan kecewa kepada dirinya, jadi meski Tante Stefani mengatakan itu dia tak mau berharap jauh.

Pintu kamarnya diketuk. Dira menyemangati dirinya, lalu dia berjalan membuka pintu.

"Sudah ditunggu di bawah, non."kata Mbo Sepka yang merupakan pembantu di rumah ini.

Dira mengangguk. Dia menaikkan rok kain batiknya agar tak tersandung ketika berjalan. Dira melongok dari lantai dua ini, suasana di bawah sudah ramai dengan orang-orang yang mungkin ia yakini adalah keluarga Galang.

Kata Tante Stefani, dia tak mengundang semuanya. Hanya beberapa orang saja yang ia percaya mengikuti acara akad nikah ini. Tentunya sanak keluarga yang sangat dekat agar pernikahan ini tak mudah tersebar di publik.

Dira berjalan menuruni tangga mewah ini dengan pelan-pelan. Tak sengaja, matanya bertemu dengan mata Galang yang kini sedang melihat ke arahnya. Dira gugup, kenapa Galang bisa setampan itu jika memakai jas?

Tunggu, bukankah ia pernah melihat Galang memakai jas ketika sedang diwawancarai di televisi? Lalu, mengapa Galang lebih tampan hari ini?

Dira tersenyum singkat. Salah seorang yang memakai kebaya merah kini menyuruhnya duduk di sebelah Galang. Dira menggigit bibirnya pelan seakan mengalahkan rasa gugup.

"Tenang aja, saya nggak gigit. Gausah grogi gitu,"bisik Galang pelan.

Dira tersenyum singkat. "Aku tau kok,"

Tak lama setelah Dira duduk di sebelah Galang, kini keduanya secara tak langsung disatukan menggunakan sehelai kain kebaya yang diletakkan di atas kepala keduanya. Tangan Galang kini mulai berjabat dengan penghulu yang ada di depannya. Mata Galang menatap lurus, Dira tau kalau Galang tak pernah segugup ini.

Helaan napas terdengar dari Galang. Ketika sang penghulu bertanya untuk memulainya,lalu dengan yakin Galang menganggukan kepalanya.

"Saya nikahkan dan kawinkan saudara Galang Genta Pradipta kepada Saudari Dira Amira binti Koeseno dengan mas kawin emas seberat 8 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai,"

Galang menjawabnya dalam sekali tarikan napas. "Saya terima nikah dan kawinnya Dira Amira binti Koeseno dengan mas kawin emas seberat 8 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai,"

Ketika kalimat itu terhenti, semua saksi dan orang yang mengikutinya langsung tersenyum lega.

"SAH!"

Saat itu untuk pertama kalinya Dira melihat senyuman Galang yang dengan tulus ditujukkan ke arahnya. Keduanya telah resmi menjadi suami istri meski karena suatu masalah.

Keduanya saling memakai cincin kawin mereka yang sudah disiapkan.

Dira mencium tangan suaminya, begitupun juga Galang yang mencium kening Dira. Keduanya nampak kaku, bayangkan saja, keduanya sama sekali tak melewati pacaran terlebih dulu tapi langsung menikah?

Ya, inilah takdir.

Setidaknya, Galang sudah membuktikan sikap nya sebagai seorang lelaki yang bertanggung jawab meskipun dia sudah mengatakan kalau dia tak bisa menyerahkan hatinya kepada Dira.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang