Rainy // 21. Pijakan Tak Terlihat

246 13 1
                                    

::Pijakan Tak Terlihat::

ALFIAN sudah tak mau lagi memintanya mengerjakan segala tugas pekerjaan rumah milik lelaki itu. Dira bisa apa? Toh, seharusnya dia senang karena Alfian mau mengerjakannya sendiri dan dengan usahanya sendiri. Semenjak hari itu semua menjadi berbeda. Alfian tak lagi menganggunya juga, Alfian tak lagi datang ke kelasnya menyerahkan PR, dan Alfian tak lagi berusaha keras untuk membuatnya banyak kerjaan.

Lelaki itu seakan perlahan menjauh berharap bumi menelannya.

Ya, seharusnya Dira senang karena Alfian benar-benar menjauh dan berhenti mengerjainya. Tapi mengapa rasanya berubah menjadi kosong?

Emilia menggoyangkan telapak tangannya Membuat Dira terkesiap. Sedari tadi gadis itu melamun sendiri dan membuat Emilia penasaran dengan tanda tanya. Emilia hanya menghelakan napasnya kasar, setelah tau semua yang terjadi sebagai seorang sahabat seharusnya Dira tak perlu merahasiakannya. Lebih baik Dira terbuka kepadanya, jujur dan cerita segala keluh kesahnya.

"Ra, itu bubur ayamnya jadi nggak enak."tegur Emilia singkat.

Dira sama sekali tidak menggubrisnya, mata gadis itu lekat menatap lurus ke arah lapangan sana. Ada genk Alfian yang sedang memperebutkan bola basket diiringi tawa lelaki itu. Dira mematung, dia merasa Alfian membawa pengaruh besar.

"Dira, makan dulu ini buburnya."

Tak lama berselang, datang Galang yang juga ikutan datang membawa semangkok bubur. Lelaki itu duduk tepat di hadapan Dira. Memandang gadis nya yang sedang diam-diam mengarahkan pandangan pada orang lain penasaran. Mata coklatnya tak juga lepas dari arah lapangan, Dira malah semakin serius.

"Dari tadi gue tegor tapi kayaknya dia lagi melamun deh."sahut Emilia ketika alis Galang bertaut menanyakan kenapa dengan gadis ini.

Galang tersenyum kecil. Dia kini memegang dagu Dira lalu memutarnya agar menghadap dirinya. "Makan dulu, Ra."

"Eh, lupa."

Galang menggeleng pelan sambil senyum kecil. "Perhatiin apa sih emangnya?"

"Nggak merhatiin apa-apa kok."dusta Dira yang terlihat sekali di wajahnya.

"Pulang sekolah, saya mau mampir ke mall. Bentar lagi kan sekolah ulang tahun, dan ada acara gitu. Kamu mau ikut beli kostumnya?"

Dira berpikir sejenak. Benar, sebentar lagi akan ada pesta sekolah merayakan ulang tahun. Osis sekolah ini memang mengadakan acara perayaan yang diikuti oleh seluruh murid. Dan acara itu memang memerlukan penampilan kostum, karena ditentukan dresscode nya.

"Kamu gemar melamun ya?"tegur Galang sekali lagi.

Dira terkekeh pelan. "Apaan sih,"

"Ikut saya mau nanti sore?"

"Kemana?"

"Ke mall. "

Dira mengangguk setuju lagian dia tak perlu lagi mengerjakan tugas milik Alfian karena lelaki itu menghindarinya. Dira pelan-pelan melihat ke arah lapangan lagi, sudah tak ada Alfian.

Dari arah belakang sana suara berisik mulai menganggu sekitarnya. Alfian dan genk nya datang membuat keributan di kantin. Padahal mereka hanya memesan air minum dan beberapa ada yang memesan makanan tapi ramainya parah sekali. Salah satu dari temannya Alfian melihat Dira, seperti biasanya mereka menertawai Dira tanpa sebab serta alasan yang pasti.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang