::Rasa Ini::
"KAMU cantik sekali, Ra."
Dira senyum-seyum sendiri. Dia kehabisan kalimat usai Galang mengatakan kalau dia cantik. Sebenarnya jika diubah sedikit, tampilan Dira bisa berbeda sehingga tak mengenali. Seperti sekarang. Tata rias wajah yang natural dengan lipstick matte diberikan beberapa blush on merah membuat wajah Dira nampak beda. Tak hanya Galang, pemilik wajah itupun juga pangling.
Tidak hanya itu, balutan dress selutut yang gadis itu gunakan juga menambah pesona nya. Apalagi warna hitam seolah menunjukkan kesan kemewahan sedikit ditambah aksesoris gemerlap yang akan menyala ketika disorot oleh cahaya. Dress ini adalah pilihan Galang, dan benar saja. Tebakan Galang selalu tepat, Dira menjadi sangat cantik dengan pakaian ini.
"Saya udah bilang mama, katanya kamu bisa masuk ke backstage nanti. Tapi kamu harus pakai nametag dulu."jelas Galang sekali lagi sambil menunjukkan panggilan terakhir di layar ponselnya itu.
"Asik hehe,"gumam Dira senang.
Galang kemudian meletakkan ponsel miliknya di atas nakas lalu lelaki itu mengambil pakaian jas yang akan ia gunakan. Pakaian formal berwarna hitam akan ia pakai dengan dalaman kaos putih polos. Sebagai seorang lelaki tentunya ia sama sekali tidak berlebihan dalam menata wajah ataupun gaya rambut. Cukup yang simpel saja lalu selesai.
Dira diam bersamaan dengan Galang yang meletakkan pakaian resmi itu di atas kasur kamar lelaki itu.
"Saya mau ganti baju dulu, kamu bisa berbalik?"pinta Galang pelan.
Dira terkesiap. "Apa?"
"Berbalik dulu, saya mau ganti baju. Saya masih pakai kaos rumah jadi mau ganti dulu. Berbalik aja nggak kenapa-kenapa kok. Atau nggak merem,"
Dira mengangguk patuh. Kini dia berbalik lalu menutup kedua matanya itu dengan telapak tangannya agar yakin tak melihat apapun. Dalam hati Dira berbicara. Dia merutuki keadaan seperti ini, keadaan dimana dia dan Galang harus seperti ini.
"Udahan, buka aja nggak kenapa-kenapa."perintah Galang ketika telah selesai mengganti pakaian.
Dira terkekeh pelan. Ketika berbalik, Galang sudah rapi mengenakan pakaian yang tidak terlalu resmi itu. Dira sedikit protes ketika Galang sama sekali tidak menggunakan kemeja melainkan kaos polos. Tentu saja hal itu sedikit menganggu penampilan Galang menurut Dira.
"Kok bukan kemeja,"
"Gerah, enakan ini."jawab Galang singkat.
"Kenapa gitu?"
"Enakan ini, kalo pake kemeja saya nggak betah. Lagian kan disana siapa juga yang mau menyorot wajah saya."
"Cowok emang aneh,"
"Selera cowok emang begini,"
Dira berdecak pelan. "Padahal kamu sedikit tampan jika pakai kemeja,"
Galang lalu menoleh sambil terkekeh pelan. "Kamu suka?"
"Ti-tidak, bukan begitu maksudnya,"
Galang terkekeh lagi melihat Dira yang mendadak gugup. Dirangkulnya pundak gadis itu lalu Galang berbisik pelan di telinga Dira. "Saya seneng kamu suka,"
"Apa? Si-siapa yang bilang, aku tidak bilang itu."
Galang melepaskan rangkulan usil itu, dia kini melirik Dira lalu mencubit gemas pipinya. "Mau tau satu rahasia?"
"Rahasia?"
"Pipi kamu memerah karena ucapan saya barusan."
Ketika Galang mengatakan itu, Dira langsung membuang mukanya. Dia malu karena salah tingkah akan sikap Galang. Apalagi lelaki itu memang selalu saja bisa membuat jantungnya berdegup lebih cepat hanya dengan hal-hal kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.