::Tersadar dari mimpi::
PUKUL tiga dini hari.
Galang tersadar, dia merasakan sebuah tangan tengah memeluknya erat di perut. Perlahan dia melihat ke sana, saking terkejutnya dia bahkan menghempaskan diri lalu bangun. Keadaan yang membuatnya sangat tak mengerti. Disini aja juga wanita yang sudah berantakan. Galang berpikir sejenak. Mungkinkah dia yang melakukan ini?
Galang berdeham pelan. Dia kini merapikan dirinya sendiri. Dia memakai lagi seragam sekolah yang sempat ia lepaskan semuanya. Galang menggaruk kepalanya tak paham. Seingatnya dia ada disini hendak bertemu dengan Alfian, lalu kenapa bisa berakhir seperti ini.
Melihat cewek yang ada bersamanya dalam keadaan berantakan, Galang memejamkan mata nya berusaha merapikan cewek itu. Dia menelan ludahnya, berusaha menahan tarikan dalam dirinya.
"Darah?"pekik Galang ketika melihat sesuatu yang ada di depan matanya.
Tak mau memikirkan hal lain, Galang membuat wanita ini dalam pakaian tertutup. Dia memakaikan jaket yang ada di dekat tasnya untuk gadis itu gunakan. Tak lama berselang setelah selesai, gadis itu membuka mata. Ketika melihat Galang dia langsung ketakutan.
"Apa yang kamu lakukan?!"tanya Galang dengan nada suara dingin melebihi udara pagi buta yang membekukan ini.
Dira diam, dia masih mengalami rasa trauma.
"JAWAB!"teriak Galang lagi berusaha menyakinkan semua yang terjadi.
Melihat gadis di depannya yang sama sekali tak menjawab, Galang langsung merapikan tas miliknya. Dia hendak meninggalkan gadis yang menjebaknya di dalam gudang ini. Oh, Galang seakan ingat sesuatu, gadis ini adalah gadis yang ia temui di kelas. Dan Alfian, sepertinya sekarang Galang benar-benar berpikiran kalau ia sudah dijebak.
"Kamu wanita jalang! Berani melakukan hal kotor seperti ini untuk mendekati saya?"
Kalimat tanya itu sempat membuat Dira terkejut. Dirinya bahkan adalah korban keganasan dia semalam, lalu ketika dia tersadar, dia mengatakan kalau dia tak salah sama sekali?
"JAWAB SAYA!!!"
Dira menangis. Dia ketakutan, "A-aku... Nggak tau,"
"Bagaimana kamu bisa nggak tau? Kamu ada disini juga? Kamu sengaja? Iya? Disuruh Alfian menjebak saya hanya demi membela nya?"
Dira bergeming. Hatinya bahkan jauh lebih sakit dibandingkan mendapatkan tertawaan dari teman sekelas Alfian. Rasanya bahkan lebih menyakitkan dicap sebagai seseorang yang melakukan hal buruk. Dira bukan seperti yang lelaki ini pikirkan.
"Kamu sendiri yang melakukannya, bukan aku."jawab Dira jujur.
Galang terkekeh pelan. Omong kosong itu benar memuakkan dirinya. "Terus saya percaya?"
"Kamu sudah melakukannya! Kamu yang melakukannya, aku sama sekali tidak berkomplot dengan Alfian. Kamu yang melakukan ini kepadaku,"jelas Dira dengan suara tangis yang mulai pecah.
Galang berdiri, dia kini melirik smartphone yang sudah digenggamnya. Ada banyak sekali missed call dari Mama nya yang mungkin khawatir akan dirinya. Galang memijat keningnya pusing. Masalah ini akan terus menghantui dirinya. Tapi dia benar tak mau melakukan nya. Dia menganggap kalau dia adalah korban.
"Saya mau pulang,"ujar Galang dingin.
Dira menggeleng, dia meraih tangan Galang agar tak meninggalkannya disini. "Jangan pergi,"
Galang menghempaskan pegangan tangan dari Dira yang seakan tiba-tiba itu. Dia kini tersenyum kesal. "Tepat, kamu tak mengizinkan saya pergi karena kamu belum selesai melaksanakan tugas dari Alfian, iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.