::Sisa Kenangan::
"KAMU serius, Lang?"sahut suara antusias itu dengan jelas.
Galang senyum sambil mengiyakan sebagai jawaban dari pertanyaan Dira. Di tangan gadis itu terdapat sebuah undangan untuk dua orang. Dira senang bercampur terkejut, sedangkan Galang terkekeh pelan melihat tingkah gadis itu.
"Aku bisa ketemu sama artis-artis dong?"
"Iya, Dira."balas Galang lagi.
"Beneran aku diundang?"tanya Dira lagi yang masih tak percaya dengan apa yang ia pegang.
Galang mengangguk pelan. "Itu kamu megang undangannya. Nanti bisa datang kesana."
"Ah, ini mimpi kan ya?"
"Bukan,"
"Ah, ini pasti mimpi tau. Mana mungkin aku juga ikutan diundang."
Galang menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Berkali-kali sudah ia jelaskan kalau undangan ini sesuatu yang nyata, tapi Dira bersih keras menganggapnya ini adalah mimpi. Undangan itu baru sampai tadi sore. Dari stasiun televisi yang mengadakan acara ulang tahun. Galang dikirimkan undangan untuk dua orang, oleh karena itu dia langsung meminta Dira menemaninya.
Tapi bukan ajakan Galang yang menarik perhatian Dira, melainkan artis yang diundang datang kesana. Ada boyband kesukaan Dira yang ikut menjadi pengisi acara disana.
"Lang, aku nggak mimpi kan?"
Galang menghelakan napasnya sejenak. "Harus berapa kali saya harus mengiyakan?"
"Kalo Galang marah, berarti ini bukan mimpi."
"Udah? Puas?"sahut Galang menguji.
Dira menampilkan senyumannya yang girang itu. Dia mencubit pipi Galang gemas karena wajah lelaki itu sudah terlihat kesal. "Tapi kan, ini atas nama kamu."
"Kamu kan bisa datang sama saya,"
"Ah, ini mimpi deh kayaknya."
Galang diam. Dia malah menajamkan matanya seakan bosan dengan kalimat yang entah sudah berapa kali diulang oleh gadis itu.
"Galang jangan ngambek, yaelah."keluh Dira meledek.
Galang berdeham pelan. Dia merapikan sampah kacang kulit dan juga beberapa bungkus bekas makanan ringan yang berserakan di atas meja. Keduanya sedang belajar bersama. Saling bertukar ilmu satu dengan lainnya. Dira yang jago bahasa, dan juga Galang yang jago IPA. Dira sebenarnya heran, kenapa juga ia tidak tahu kalau sebenernya Galang adalah tipe cowok yang pintar.
Padahal sudah beberapa bulan tinggal dalam satu rumah yang sama, tapi hal itu belum cukup membuat Dira mengenal Galang.
Dira senyum sendiri melihat Galang membereskannya tanpa diminta. Jika diteliti, sampah itu semua dihasilkan oleh Dira yang gemar sekali mengemil.
"Baiknya si kamu,"ujar Dira cengengesan.
Galang berdecak pelan. Dia memasukkan bekas bungkus makanan ringan yang banyak itu ke dalam kantong plastik diikuti suara bantingan sedikit kesal. "Emang saya selalu baik kok,"
"Baik, apaan? Dulu aja ketus."
"Kamu aja belom mengenal saya sepenuhnya, sekarang ayo ngaku kalo saya ternyata lebih baik dari siapapun."
Dira memutar bola matanya sambil tersenyum masam. "Sama aja,"
"Dasar,"cibir Galang.
Dira melanjutkan lagi mengerjakan pekerjaan rumahnya itu. Akhir ini tugas memang jarang diberikan, tapi ada begitu banyak latihan soal yang menunggu diberikan jawaban. Ya, soal saja memiliki jawaban, masa pernyataan status kamu sama doi, engga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.