Rainy // 14. Teka-Teki

256 17 0
                                    

::Teka-teki::





"NYARI Dira Amira? Lo nggak salah orang?"

Galang sudah berada di depan kelas Dira yang letaknya tepat di sebelah kelasnya. Teman sekelas Dira nampak bingung ketika melihatnya datang dan bertanya dimana Dira. Salah? Tentu saja tidak, Galang hanya ingin menemui gadis itu.

Galang menyanggul tas miliknya. Dia berdiri mematung di depan kelas menantikan gadis itu keluar menghampirinya. Tak lama, keluarlah Dira dengan memegang sapu dan juga penghapus papan tulis kelas.

Dira mengulum bibirnya. Dia terkejut karena akhirnya lelaki ini menjemputnya di depan kelas bukan di parkiran seperti yang disuruh.

"Aku piket dulu, Lang. Kamu duluan saja,"kata Dira sambil menunjukkan benda yang ia pegang.

Galang mengarahkan pandangan pada jam tangan yang ia pakai. Dia menghembus napas pendek. "Masih lama?"

"Aku kebagian ngepel juga soalnya minggu kemarin aku nggak ikut piket, kalau kamu mau duluan juga tak apa,"

"Saya tungguin deh,"

"Ya?"

Galang mengulang ucapannya lagi. "Saya tungguin. Saya disini,"lalu lelaki itu sudah mengambil posisi duduk di kursi koridor lantai tiga ini.

Dira mengerutkan keningnya. Galang menjadi perhatian. Mungkin ini efek dari naluri seorang ayah kali ya? Itu yang sedang dipikirkan oleh Dira. Gadis itu kembali memasuki kelas untuk menyelesaikan piketnya secepat mungkin. Dia tak mau membuat Galang menunggu terlalu lama dan bosan disana sendirian.

Tapi belum juga mengerjakan tugasnya kembali, Emilia sudah berbisik di telinganya pelan. Teman sebangkunya itu seakan penasaran dengan sikap anak idola itu yang tiba-tiba saja menjadi baik dengan orang lain.

Emilia menunjuk Galang dari dalam kelas. Dari sini ia bisa melihat kepala bagian belakang Galang yang sedang menyender pada jendela kaca.

"GGP nggak mungkin bisa peduli gitu sama sembarangan orang,"bisik Emilia yang menyebutkan singkatan dari nama panjang Galang.

Dira menyengir. "Masa iya?"

"Dia Galang si anak artis. Gue denger dan gosip yang beredar dia itu sama sekali anti dengan lingkungan sekolah ini. Diem, sibuk sama hape nya sekaligus nggak peduliin omongan orang sama sikapnya juga. Lalu dia disana ngapain?"

Dira tersenyum singkat. "Ada kerjaan,"

"Kerjaan apa?"

Dira mencari alasan yang masuk akal. "Aku kerja di rumah Galang buat nambah penghasilan,"dustanya.

"Jadi apa, Ra?"

"Bantu-bantu dia, udah ah makanya buruan. Dia itu bos aku dan mama nya juga gaji aku,"kata Dira lagi sambil merangkul Emilia agar kembali mengerjakan tugas piket.

"Oh gitu,"

Dira kini memberikan penghapus papan tulis untuk digenggam oleh Emilia. "Apus papan tulisnya, abis itu pulang."

"Ra,"panggil Emilia lagi.

"Apa?"

"Enak dong bisa deket sama Galang, dari dulu tuh gue pengen liat dia dari jelas. Gue juga mau kalo kayak gitu,"

Dira terkekeh pelan. "Nggak ada yang enak, sama kayak kerja dengan Alfian aja. Bikin kepala pusing,"

Setelah pekerjaan yang ia lakukan selesai, gadis itu membawa tas sekolahnya dan tak lupa menenteng totebag hitam yang berisikan buku-buku milik Alfian. Bisa dikatakan totebag dan buku-buku milik Alfian itu seperti kipas milik Raja. Harus dijaga dan dibawa kemana-mana. Jika tidak, Alfian akan marah karena salah satu benda kepunyaannya hilang.

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang