Rainy // 29. Satu Hari Ini

333 17 1
                                    

::Satu Hari Ini::

"Dari dulu, aku ingin sekali kembali bertemu dengan keluargaku."

Dira tersenyum sambil menatap langit yang sedikit menampakan mendung. Mata coklatnya menyipit. Arah pandangnya fokus ke atas sana seakan ada hal yang paling menarik perhatiannya disana. Bersamaan dengan itu, Alfian seakan mendapati objek terindah di bandingkan apapun. Bisa berasa di samping Dira, lalu memandanginya dalam diamnya.

"Udahlah, Ra. Kita itu sama. Sama-sama dibuang, sama-sama dianggap beban, dan sama-sama tak diharapkan."balas Alfian dengan menggunakan logika nya tanpa perasaan sedikitpun.

Dira mengulas senyum. Tentu tak heran jika Alfian menanggapi dengan respon seperti ini. "Biar mereka buang kita, mungkin mereka memiliki alasan."

"Apapun alasannya itu, pendapat gua tetap sama, kita sama-sama dibuang."

Dira membuang napasnya kasar. "Itu karena kamu memandang masalah hanya dalam satu sisi, coba kamu lihat dari sisi lainnya."

"Pandangan gua tetap sama lurus!"sahut Alfian menegaskan. "Nggak ada dua sisi, satu sisi, apalagi segitiga sama sisi. Kalo lagi begini jangan bahas pelajaran deh, gua muak."

Dira tertawa. Lawakan receh serta ocehan Alfian itu membuatnya tertawa seperti ini. "Sengklek,"

"Nah gitu dong, ketawa kalo sama gua. Bukannya nunduk sama gemeteran terus. Gua nya kan jadi enak."

Dira mengangkat sebelah alisnya. Senyumnya tak juga melepas meski seratus persen yakin kalau gadis itu sedang memiliki masalah. Terutama dengan anak artis yang paling Alfian tak sukai. Ah, bahkan menyebut nama dari laki-laki itu saja sudah membuat Alfian kesal bukan main.

Dalam tahap seperti ini, Alfian tak memiliki hak apapun. Dia hanya bisa melihat, tak mampu bertindak. Jikapun dia ingin bertindak, dia akan kalah karena Galang jauh lebih memiliki hak terhadap gadis ini.

"Kapan kamu bahagia, Al?"

Alfian mengulum bibirnya. Otaknya kini berjalan memikirkan jawaban. "Kapannya sih nggak tau, tapi hari ini gua bahagia."

"Karena?"

"Duduk berdua dengan lo, berjalan bersama lo, bahkan menari dengan lo. Itu juga kalo lo mau,"jawab Alfian tengil.

Dira lagi-lagi tertawa pelan. Lawakan Alfian benar-benar membangkitkan suasana hatinya yang tengah sedih seperti ini. Apalagi ketika pikiran Galang melintas, rasanya hal itu adalah hal yang paling menyesakkan.

"Lo sendiri gimana? Kapan lo bahagia?"tanya Alfian berbalik.

Dira menggeleng tak tahu. "Nggak tau,"

"Berarti gua masih ada kesempatan buat bikin lo bahagia dong. Eh, tanggapinnya sebagai bercandaan aja ya, kalo gua nggak mampu seenggaknya gua nggak sedih-sedih amat."

Dira diam. Bukan karena kalimat Alfian yang salah, melainkan waktu hingga detik ini seakan membawanya ke dalam kenangan manis bersama Alfian. Ketika keduanya masih bersama-sama tinggal di Panti ini.

"Gua salah ngomong ye?"sahut Alfian memastikan.

"Eh?"refleks Dira menjawab. "Bukan gitu, sama sekali nggak kok."

RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang