:: Mencoba Mendekat ::
GALANG menempatkan semangkok bubur ayam di sebelah tumpukan buku. Kakinya kini mencari jalan untuk duduk di kursi kantin. Galang menyunggingkan senyumnya, sementara seseorang yang ada di sebelahnya hanya membiarkan. Dira mematung selama beberapa saat, Galang dengan sengaja mencari tempat tepat di sampingnya. Dira kembali melanjutkan menghabiskan mie goreng yang ia beli. Dia tak ingin lama-lama dalam keadaan canggung seperti ini.Galang menggeser mangkok bubur ayamnya. Dia juga ikutan menggeser tumpukan buku yang dibawa oleh Dira agar tak terkena noda.
Setelah itu, Galang mengaduk bubur ayam nya hingga mencampur menjadi satu tak terbentuk lagi. Seperti itulah cara Galang menikmati bubur ayam kantin sekolahnya. Diaduk menjadi satu agar semua bumbu terasa.
"Apa enaknya makan mie goreng nggak diaduk?"
Dira langsung menoleh. Galang sedang menyindir atau mungkin berbicara dengannya. Ah, lihatlah. Galang memang menyindirnya karena cara makan mie goreng nya yang aneh tak diaduk.
"Oh, ini sengaja."jawab Dira pelan.
"Enak makan tanpa bumbu begitu?"tanya Galang lagi basa-basi.
Dira kembali menjawabnya. Dia juga tak enak jika mengabaikan lelaki di sebelahnya ini. Apalagi Galang akhir-akhir ini sepertinya sudah mulai menerima keberadaan dirinya di rumah besar itu. "Ibaratnya hidup, kita harus merasakan hambar dulu baru merasakan rasa lain,"
"Apaansih,"ketus Galang diiringi kekehan.
Dira berbalik menyindir lelaki itu. "Kenapa itu diaduk? Kan tampilannya jadi jelek,"
"Ini sudut pandang saya. Kalo saya tidak memandang dari tampilan. Biarpun tampilannya kurang bagus, tapi rasanya yang paling penting."
Dira mendengus tanpa sadar. "Ngikutin kamu mah, sok puitis."
"Dih, kok malah saya yang dibilang ngikutin?"
"Dasar,"
Galang terkekeh sambil memandang Dira dalam diamnya.
Memang aneh, akhir-akhir ini sepertinya keduanya sudah saling mengenal. Dimulai dari hal perhatian dari Galang ketika pagi hari tiba, dia mengetuk pintu kamar Dira untuk membangunkan walaupun gadis itu sudah terbangun sebelumnya. Dilanjutkan dengan Galang yang akhir-akhir ini suka meminta Dira menyiapkan dasi serta keperluan sekolah lelaki itu.
Ya, hubungan mereka nampaknya mencoba berdamai dengan keadaan. Masalah yang mereka temukan diawal perlahan luntur karena saling mengalah.
"Terus nanti bumbu nya dimakan belakangan tanpa mie?"tanya Galang penasaran.
Dira mengangguk pelan. "Iyalah,"
"Asin kan?"
"Daripada pahit,"
"Aneh,"gumam Galang lagi.
Dira menunjukkan bumbu mie yang ia gado sendiri tanpa mie. Asin? Tentu saja, tapi anehnya malah Dira menyukai seperti ini. Dari dulu dia kalau makan mie goreng memang seperti ini. Orang-orang dulu bilang kalau nanti akan bodoh, tapi Dira tidak bodoh juga dalam peringkat kelasnya padahal dia selalu makan mie dengan cara berbeda yang menurut pandangan orang lain akan membuat 'menjadi bodoh'.
Dira mengembalikan piring kantin kepada tempat ia beli. Dia balik lagi dengan membawakan air mineral dua buah untuknya dan juga Galang.
"Minum nih biar nggak seret,"kata Dira sambil meletakkannya di dekat mangkok Galang.
Galang tersenyum singkat. "Makasih,"
"Kamu tumben keluar kelas?"
"Saya bosan disana, Alfian dan komplotan nya selalu bikin keributan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy
Teen FictionHari ini berharap hujan tak datang, namun aku tak menginginkan langit yang menampilkan warna nya.