Kepala Jimin sudah berubah warna. Untungnya hanya di bagian dahi, jadi dia bisa menutupinya dengan poni dan topi. Sementara gadis di sampingnya, dengan tidak tahu rasa bersalah malah asik menjilat es krim. Es krim miliknya! Sudah kurang ajar, tidak tahu diri pula. Sekarang dia menyesal telah mengajak Yoonjung kencan –meskipun sebenarnya itu bohongan.
Iseng, ia pun menyikut lengan Yoonjung sampai es cone gadis itu terlempar dan jatuh bebas di lapangan paving. Ia reflek menutup mulutnya, menahan tawa yang ingin menyembur.
Rasakan itu. Kau pikir kau bisa bermain-main dengan Park Jimin, hm?
Yoonjung sendiri terdiam kaku seperti gambar jpg. Lalu ia pun menolehkan kepalanya dengan cepat pada Jimin.
Jimin langsung membuang pandangan, pura-pura bersiul pada anak-anak burung yang ada di pohon yang menaungi mereka. Sesekali mata kecilnya melirik keberadaan Yoonjung. Karena Yoonjung tak kunjung bicara, dia pun menoleh dengan ekspresi tidak terima.
"Wae?! Mwol?! Kenapa melihatku seperti itu?! Naneun aniya!"
Kebiasaan Jimin saat berbohong adalah bicara dengan nada tinggi. Dan itu kentara sekali di mata Yoonjung meski mereka baru kenal selama 2 bulan.
Sekali lagi dia melayangkan pukulannya pada kepala belakang Jimin. Bunyi 'pak' terdengar keras di situ, membuat beberapa pasang di sekitar mereka menoleh, termasuk anak-anak burung yang digoda Jimin barusan.
"Yaa! Sudah kubilang itu bukan aku!" Jimin mencicit tak terima. Dia mendelik seakan-akan menakuti Yoonjung.
Tapi Yoonjung sangat mewarisi muka datar Yoongi saat marah. Ekspresinya biasa saja, tapi tangannya tidak biasa saja. Sekali lagi dia memukul kepala belakang Jimin.
"Tutup mulutmu, manusia pendek."
Jimin sudah tidak bisa menerima perlakuan ini lagi. Dia pun mengangkat tangannya, ingin balas memukul Yoonjung.
Tapi Yoonjung malah menyerahkan wajahnya dengan sukarela. Ekspresinya mengatakan, "Silahkan pukul, itu kalau kau berani."
Jimin pun mengepalkan tangannya, memejam sejenak sambil menggigit bibir bawah, lalu menghela napas sekalian menurunkan tangannya.
Oke Jimin, ini bukan karena kau tidak berani. Tapi pria sejati tidak boleh memukul seorang wanita. Ya, kau melakukan ini karena kau adalah pria sejati. Kau bukannya tidak berani.
"Hah, dasar pengecut."
Jimin langsung mendelik. "Mwo?! Yaa neo! Aku bukannya tidak berani ya, aku ini adalah pria sejati. Pria sejati tidak boleh memukul seorang wanita. Apalagi orangnya tengik seperti dirimu ini. Kau harusnya berterima kasih padaku, arra?"
Yoonjung memutar bola matanya jengah. Mengorek kuping. Mengupil. Lalu menirukan gaya bicara Jimin. "Ya, ya, terserah. Sekarang belikan aku es krim lagi."
"Wae naya?! Yaa! Yang kau makan barusan itu es krimku. Kau sudah makan empat es krim, 'tau?!"
Sekarang Jimin merasa seperti seorang gadis metropolitan yang kerjaannya hanya berteriak sana-sini karena tidak dituruti keinginannya. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Tapi Yoonjung ... gadis itu ... ugh, Jimin menyesal mengenalnya.
"Katanya kau ingin mengajakku kencan. Ya ini kencannya. Bukankah sebagai pihak pria kau ini harusnya banyak memberi daripada marah-marah? Tch, pantas kau masih jomblo sampai saat ini. Tidak heran, memang siapa juga yang mau dengan orang pemarah sepertimu? Tampan saja tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [myg]
Fiksi PenggemarSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE Kau tahu bagaimana sulitnya mencintaimu yang bahkan pantas kupanggil sebagai ayah?