31

1.6K 185 7
                                    

Taehyung sebenarnya sangat tidak ingin masuk sekolah. Lebih tepatnya dia tidak siap bertemu dengan Yoonjung dan Jimin. Kenapa juga Sena sakit di saat-saat seperti ini? Ah, padahal dia berharap sekali jika dialah yang sakit.

Lift yang sejak tadi terbuka lebar di depannya, hanya diberinya helaan napas panjang. Padahal dia tidak perlu menunggu lift ini datang. Dia juga tidak perlu berdesak-desakan dengan banyak orang. Tapi kenapa kakinya sulit sekali digerakkan?

Nyaris saja dia berbalik ke apartemen Sena jika dia tidak teringat ancaman Sena yang tidak akan makan seharian. Taehyung mengacak rambutnya frustasi. Akhirnya dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai dasar.

Lift pun bergerak pelan. Kepalanya mendongak mengamati layar angka di atas pintu lift. Saat angka di layar berubah ke angka 2, lift tiba-tiba berhenti dan pintunya terbuka, mempertemukan kedua mata Taehyung dengan mata sipit sosok berseragam sama sepertinya di seberang sana.

Keduanya hanya saling melempar pandang dalam diam. Seperti ada percikan listrik tak kasat mata dari pertemuan mata mereka. Taehyung bisa merasakan kemarahan yang menyelimuti diri Jimin. Sementara Jimin sendiri dapat merasakan suatu semangat persaingan dari kedua mata Taehyung.

Pintu lift mulai bergerak menutup. Jimin menahan kedua pintu itu dengan tangannya, lalu melangkah masuk dan berdiri di sebelah Taehyung. Pintu akhirnya benar-benar menutup.

Ini adalah suasana tercanggung yang pernah ada dari kedua sahabat ini. Tidak ada yang saling bicara, bahkan melihat satu sama lain saja hanya dengan lirikan-lirikan sinis. Jika kalian tidak mengenal mereka, pasti kalian akan mengira mereka sebagai musuh.

Dua menit yang terasa seperti dua abad –bagi keduanya- akhirnya selesai sudah. Pintu lift terbuka lebar. Keduanya bergantian keluar dan melangkah tergesa-gesa menuju halte, menunggu bus.

Waktu sudah makin siang. Saat bus yang datang adalah bus yang penuh dengan penumpang, mau tak mau keduanya menaikinya. Tidak ada lagi tempat duduk yang tersisa, bahkan tempat untuk berdiri saja sangat terbatas. Mau tak mau juga mereka harus berdiri bersebelahan, berpegangan pada bagian atas bus.

Bus itu pun melaju pelan.

Efek laju bus membuat tubuh mereka bergoyang ke kanan kiri. Sehingga menyebabkan keduanya semakin berdempetan dan kelihatan seolah Taehyung memeluk Jimin. Oh!! Orang-orang bisa salah paham.

"Yaa, geser sana," seru Taehyung agak berbisik sambil mendorong kaki Jimin menggunakan tempurung lututnya.

Jimin berdecak sebal seraya menyikut dada Taehyung. "Diam kau."

"Rambutmu bau seperti *** aish!"

"Kau bau ketiak 'tau."

"Jugullae?"

"Kau itu yang akan mati kubunuh duluan."

"Geser sana ah!" Sekali lagi Taehyung mendorong paha Jimin dengan lututnya. Niatnya hanya sedikit bercanda tapi yang ada malah membuat sedikit kekacauan karena Jimin membuat orang-orang di belakangnya nyaris jatuh.

"Joesonghammida, joesonghammida," ujar anak Park itu dengan penuh penyesalan sebelum menyikut dada Taehyung lebih keras. Bahkan dia melotot saat Taehyung mendesis kesakitan.

"Kau mencari gara-gara denganku, huh? Tidak usah begini, ayo kita selesaikan secara jantan."

Taehyung membalas tatapannya lebih tajam. "Keurae, siapa takut. Rooftop jam makan siang, jangan lupa."

Bus pun akhirnya sampai di halte SMA Young Forever. Mereka pun segera turun. Jimin yang berjalan di depan, harus pasrah saat tubuhnya didorong dengan tidak manusiawi oleh Taehyung. Dia hanya melotot sementara Taehyung sendiri melengos seolah tidak berdosa.

Single Parent [myg]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang