seumpama Single Parent aku cetak jadi buku gimana? Setelah ini ending, bakal ada special chapter yang hanya bisa dibaca sama yang beli bukunya. gimana? apakah ide ini cukup menarik atau kalian malah ngebenci aku karna ikut-ikutan author lain nerbitin buku dari cerita yang semula dipublish cuma-cuma?
ga maksa kok gengs. kalo enggak suka ya nggak, udah. aku nerbitkan sendiri untuk arsipku & orang-orang yang mau beli. kalo nggak beli nggak akan di hapus/unpub/private kok ceritanya. kalian tetep bisa baca tapi tidak dengan special chapter wkwkwk.
bukan special chapter J-hope btw. special chapter masa depan Yoongi-Sena-Yoonjung-Jimin-Taehyung.
***
"Appa!"
"Uh? Wae?"
Yoongi yang baru saja menutup kulkas untuk mengambil sebutir apel, terlihat sedikit terkejut mendapati Yoonjung yang menghampirinya dengan sedikit tergesa-gesa.
"Ada yang ingin kukatakan padamu."
"Oh? Kebetulan. Ayah juga berniat ingin mengobrol denganmu. Tunggu di ruang tengah. Biarkan ayah mengupas apel untukmu."
Yoonjung menggeleng tapi Yoongi sudah duluan beranjak. Mau tak mau Yoonjung harus menyusul ayahnya.
"Appa, bisakah kau memajukan jadwal keberangkatanku?"
Yoongi yang sedang menarik ke atas kain kedua lengannya pun reflek terhenti. Kepalanya menoleh dengan cepat pada sang putri. "Wae? Kau harus fasih berbahasa Inggris dulu baru bisa berangkat."
"Aku sudah fasih kok! Untuk percakapan sehari-hari aku sudah bisa. Pokoknya aku ingin berangkat besok."
"Besok?!" Kedua mata Yoongi membelalak heboh. Dia pun menaruh apel itu di atas pantry, lantas menaruh kedua tangannya di bahu Yoonjung. "Nak, jangan gila. Banyak hal yang harus kau persiapkan sebelum berangkat."
"Tapi aku ingin berangkat secepatnya!" Yoonjung tampak merajuk dengan menghentakkan kedua kakinya secara bergantian. Tingkahnya ini mengundang rasa penasaran Yoongi.
"Ada apa, hm? Coba, ungkapkan pada ayah."
"Memangnya tidak boleh berangkat secepatnya?" kesal Yoonjung dengan mata memerah.
"Apa ada masalah?" Nada suara Yoongi melembut, disertai dengan satu tangannya yang mengelus lembut rambut Yoonjung. "Ceritakan saja pada ayah."
Meskipun ia mewarisi bakat Yoongi yang pintar akting, sebenarnya Yoonjung itu tidak bisa bohong pada Yoongi. Sejak kecil ia sudah dididik untuk menjadi anak yang jujur. Jadi ingin berbohong seperti apa pun, Yoonjung tidak bisa jika menghadapi Yoongi.
"Aku benci Jimin dan Sena ... aku tidak mau melihat mereka lagi...."
Yoongi terluka. Bukan karena Yoonjung tidak menyukai Sena lagi. Tapi ia terluka melihat air mata putrinya. Yoonjung jarang sekali menangis di depannya. Melihat anak yang selalu tegar mendadak menjadi rapuh, itu sangat menyakitinya. Yoongi rela melakukan apa pun supaya air mata itu berhenti mengalir.
Ia pun lantas membawa anak itu ke pelukannya. Memberikan tepukan menenangkan di punggung.
"Mau bicara sambil tiduran?"
—
Yoongi mengelus lembut surai hitam milik Yoonjung. Ia duduk dengan bersandarkan kepala ranjang, sedangkan Yoonjung berbaring sambil memeluk kakinya. Hanya tersisa sepatah dua patah isakan dari Yoonjung, menandakan jika inilah saatnya Yoongi bicara.
"Hari ini, ayah mengikuti persidangan ayah Sena."
Yoonjung diam. Tak mau mengatakan apa pun dan lebih memilih mendengarkan.
Yoongi sendiri menghela napas. "Sudah ditetapkan, ayahnya akan ditahan di penjara selama sepuluh tahun."
Pria itu menunduk, memilin sejuntai rambut putrinya yang terasa begitu lembut mengenai kulit tangannya. "Tidak hanya itu, Jungkook juga harus masuk penjara anak selama dua bulan karena kasus pembunuhan secara sengaja. Kau tahu bagaimana nasib Sena sekarang?"
Yoonjung langsung berdecak setelah mendengar nama Sena disebut. Tapi sekali lagi dia memilih diam, membiarkan sang ayah melanjutkan bicara.
"Kalau sampai orang luar tahu bagaimana kondisi Sena, dia akan dikucilkan oleh masyarakat. Sementara di sisi lain, dia belum bisa mengandalkan Jimin karena mereka masih sama-sama di bawah umur. Jadi sebagai orang terdekatnya, kita tidak bisa meninggalkannya sendirian, Yoonjung-a."
"Jadi maksudnya ayah akan tetap menikahi dia meskipun hamil anak orang?"
Yoongi menghela napas. Berusaha bersabar dengan sikap putrinya. "Itu bukan keinginan mereka sendiri, Sayang."
"Tapi sama saja 'kan, mereka yang melakukannya sampai seperti itu! Disengaja atau tidak, merekalah yang melakukannya!"
"Kau tidak kasihan pada mereka?"
Yoonjung tersenyum kecut. "Aku justru kasihan pada ayah." Ia lantas mendongak. "Gadis yang kau sukai menghianatimu dan malah bermain api dengan lelaki lain."
"Yoonjung, Sena itu tidak—"
"Appa, bisakah kau mengerti situasinya? Jangan terbutakan oleh cinta, dia itu sudah menghianatimu! Kau tidak seharusnya membela jalang!"
"Yoonjung!" Yoongi akhirnya tak bisa menahan amarahnya lagi. Tidak sampai Yoonjung menyebut Sena dengan sebutan seperti itu. Baginya itu sudah sangat keterlaluan. Bahkan urat lehernya sampai muncul ke permukaan.
"Ayah tidak pernah mengajarimu berbicara seperti itu. Kau bukan orang yang tahu segalanya untuk menyebut Sena begitu."
Yoonjung yang sempat dibuat terpaku dengan bentakan Yoongi pun, perlahan menunjukkan perubahan wajahnya. Ia tersenyum kecut. "Appa, kau tahu? Kau tidak pernah membentakku selama ini...."
Yoongi pun menyesali perbuatannya barusan. Ia panik melihat Yoonjung yang sepertinya akan menangis lagi. "Yoonjung, maaf, ayah—"
"Aku tahu kau sangat mencintainya. Tapi apa harus dengan merubah dirimu?"
Dugaan Yoongi benar, Yoonjung menangis lagi. Air mata anak itu lolos, kembali membasahi wajahnya yang belum sepenuhnya kering.
"Yoonjung...."
Mungkin Yoonjung sudah tak bisa menahan gejolak perasaannya sendiri. Ia kembali menyembunyikan wajahnya di kaki Yoongi, menangis sepuas-puasnya. Yoongi sendiri pun kehabisan kata-kata. Dia memutuskan untuk ikut berbaring dan membiarkan Yoonjung menangis dalam pelukannya.
Sambil mengusap rambut dan punggung Yoonjung, Yoongi membisikkan sesuatu di telinganya. "Maafkan ayah. Kalau itu memang maumu, ayah tidak akan menikahinya."
Entah bagaimana suara tangis Yoonjung makin keras. Yoongi pun makin mengeratkan pelukannya.
"Ayah, maaf. Aku hanya terlalu pengecut untuk memberitahumu bahwa aku mencintai keponakanmu. Akulah yang berubah di sini, maaf."
tbc
makin singkat = tanda-tanda ending haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [myg]
FanfictionSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE Kau tahu bagaimana sulitnya mencintaimu yang bahkan pantas kupanggil sebagai ayah?