03🍂Ruang BK

2.5K 174 4
                                    

Pagi ini Adiva terlambat masuk ke sekolah. Pertama karena malam harinya ia tidak bisa tidur akibat satu kecupan dari Alvaro, pipinya selalu saja memanas saat memikirkannya. Kedua karena Algis yang biasanya menjemput plus membangunkan Adiva, hari ini tidak datang. Untung saja tadi Alvaro datang disaat yang tepat, jadi Adiva bisa sampai disekolah hanya terlambat delapan menit, Adiva juga bisa menikmati rasanya kebut-kebutan.

"Kok bisa telat sih Div?" Adiva dan Kika sedang dalam perjalanan ke kantin.

"Semalem gue enggak bisa tidur Ki."

"Kenapa? Habis nonton film horror?"

"Enggak, tapi karna Alvaro," gumam Adiva pelan.

"Apa? Lo ada ngomong Div?"

"Eh-eh enggak kok, mending pesen mie aja langsung yuk!" Adiva berhasil mengalihkan pembicaraan.

Setelah mendapat mie dan es teh, Adiva dan Kikan duduk dimeja paling pojok. Tak berselang lama, Algis dan Gisel juga ikut bergabung disana. Pertamanya Adiva akan pergi, namun ditahan Kikan. Kikan membisikan sesuatu pada Adiva yang membuat gadis itu menurut. "Kita tes sampai mana Algis bisa cuekin lo."

"Gis, kamu enggak makan? Sini aku suapain!" Dengan suara yang di imut-imutkan Gisel mulai menyuapi Algis. Algis menerima suapan itu dengan canggung, karena Adiva daritadi terus saja menatapnya, bukan tatapan kesal yang biasa ia lihat, namun tatapan tajam.

"Adiva, lo enggak makan? tuh mie udah dingin," ucap Algis sambil melirik kearah mie Adiva.

Adiva mendengus, lalu mulai memakan mienya dalam diam. Selanjutnya Kikan lah yang menatap Algis dan Gisel dengan tajam. Karena tak tahan, akhirnya Gisel menggebrak meja, membuat seluruh perhatian berpusat di meja Adiva.

"Kalian kalau enggak suka gue sama Algis gabung disini, bilang dong! Jangan malah diem kayak orang bisu!" Bentak Gisel pada Adiva dan Kikan.

"Hello? Seharusnya lo pikir sendiri, lo pantes gak gabung sama Adiva," bentak Kikan.

Sedangkan Adiva dan Algis hanya menjadi penonton.

"Pantes lah, gue itu pacarnya Algis!"

Kikan terkekeh sinis. "Mau pacar kek, mau mantan kek, yang penting gue enggak suka lo deketin Adiva!"

Algis menatap Adiva, Adiva juga menatap Algis. Secara perlahan tangan kanan Algis menggapai tangan kiri Adiva diatas meja, Algis merubahnya menjadi genggaman. Gisel dan Kikan masih bertengkar, Algis memberi kode lewat matanya pada Adiva.

"Satu," ucap Algis tidak bersuara.

"Dua," masih tetap tak bersuara.

"Tiga," teriak Algis lantang. Bersamaan dengan itu Algis dan Adiva berlari keluar kantin, sedangkan yang lain termasuk Kikan dan Gisel hanya memandang bigung, tak mengerti.

"Al, kita mau lari kemana ini," ucap Adiva sambil tetap berlari bersama Algis.

"Gue juga enggak tau Div."

Mendengar jawaban Algis, secara spontan Adiva berhenti dan melepaskan tangannya dari genggaman Algis. "Bego!"

"Loh Div? Kok lo malah ngatain gue?" Tanya Algis heran.

"Kalau lo enggak tau harus lari kemana, ya jangan ngajak gue lari lah!" Ketus Adiva.

"Hehe, gue cuma mau sama lo Div, belakangan ini gue terlalu fokus sama Gisel."

"Nah itu nyadar!"

Adiva berjalan menuju taman dan duduk dibangku panjang yang disediakan. Baru saja Adiva duduk, Algis tiba-tiba merebahkan dirinya dengan paha Adiva menjadi bantal, Algis langsung memejamkan matanya.

"Algis! Bangun gak! Berat tau, ck."

"Engga mau!"

"Bangun!"

Algis diam.

"Algis? Bangun!"

Algis tetap diam membuat Adiva menghela nafas gusar. Bagaimana jika nanti ada guru yang melintas? Bisa-bisa mereka akan masuk ruang BK.

Karena Algis yang terlihat nyenyak, Adiva menjadi mengantuk. Ia menjatuhkan kepalanya disenderan kursi, dengan Algis yang masih berbaring di pahanya.

"Adiva? Algis?"

...

Disinilah mereka sekarang. Duduk didepan sebuah meja besar yang didepannya sudah duduk seorang Guru perempuan yang sudah berumur, dengan memakai kacamata, Guru itu menatap Algis dan Adiva secara bergantian.

"Jadi? Kenapa kalian bisa tiduran di taman sekolah?"

"Ngantuk bu," jawab Algis asal.

"Saya terima jawaban kalian, tapi kalian harus jawab pertanyaan saya, 1. Kenapa kalian tidur berdua saat jam pelajaran? 2. Kenapa ditaman yang sepi? 3. Dan kenapa Algis sampai tidur dipaha Adiva?"

"Kita ngantuk bu, karna cuma taman yang bisa dipake tidur, engga ada bantal," jawab Algis berurutan dengan santai.

"Ibu beri kalian hukuman. Sekarang, pergi ke toilet, bersihkan semuanya!"

Adiva dan Algis berjalan dengan ogah-ogahan menuju toilet. Toilet disekolah mereka tidak bisa dibilang kotor, tapi tidak bisa juga dibilang wangi. Salah satu toilet menjadi toilet yang paling kotor dan bau, entah karena apa, yang terpenting tidak ada seorang pun yang kuat berada didalam sana.

"Ini gara-gara lo Gis!"

"Loh kok gara-gara gue sih Div? Salah lo juga, ngapain ikut-ikutan tidur."

"Emang situ aja yang boleh tidur?"

"Udahlah, mending kita bersihin aja deh toiletnya."

Akhirnya Adiva dan Algis mulai membersihkan toilet. Dengan keringat bercucuran, mereka menyiram toilet dari satu ke lainnya.

Pekerjaan mereka baru selesai setelah jam pulang. Sebenarnya bisa saja selesai saat istirahat kedua, namun mereka malas jika harus belajar dalam keadaan berkeringat, jadi mereka sengaja memperlambat pekerjaan.

"Balik bareng gue kan Gis?" Tanya Adiva setelah menggendong tasnya di punggung.

Algis menggaruk tengkuknya, "iya Div."

Adiva dan Algis berjalan beriringan ke tempat parkir. Didepan mobil Algis, sudah ada Gisel yang menunggu.

"Gis, jadikan anter aku ke mall?" Tanya Gisel.

"Jadi dong sayang!"

Setelah mendengar ucapan Algis, Gisel segera masuk kedalam mobil Algis. Sedangkan Adiva menatap Algis gondok.

"Emm, sorry ya Div? Gue lupa kalau ada janji sama Gisel, atau lo ikut aja sama kita?"

"Enggak usah! Gue bisa pulang sendiri!" Ketus Adiva.

"Enggak perlu, kan gue kesini buat jemput lo." Suara orang lain membuat Algis dan Adiva menoleh.

"Alvaro?" Ucap Algis.

"Iya, gue kesini mau jemput Adiva sayang, yuk Div!"

Adiva yang memang kesal dengan Algis akhirnya hanya menurut. Mendekati Alvaro, mengambil helmet yang diberi Alvaro, naik keatas boncengan Alvaro dan memeluk erat pinggang Alvaro, sama sekali tak menatap Algis yang saat ini sedang bingung.

"Kakak duluan ya dek." Setelah mengucapkan itu, motor Alvaro berjalan meninggalkan area sekolah dengan kecepatan tinggi. Algis masih bisa melihat wajah Adiva yang sedikit was-was, mungkin karna kecepatan motor Alvaro yang tinggi.

...

jadi kalian tim siapa? Adiva-Alvaro? atau Adiva-Algis?

EsperandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang