18🍂Akan Berpaling?

1.5K 105 0
                                    


Adiva : kak, bisa jemput gue di sekolah, sekarang?

Alvaro yang baru sempat membaca chat Adiva, langsung mengetikan balasannya.

Alvaro : otw sayang!

Firasat Alvaro menjadi tidak enak setelah membaca chat dari Adiva. Tidak biasanya gadis itu akan meminta dirinya untuk menjemput, Alvaro jadi khawatir kalau sebenarnya sedang terjadi sesuatu dengan Adiva.

Alvaro mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, agar ia bisa lebih cepat menghampiri Adiva. Benar saja, setelah sampai disana, Alvaro melihat Adiva yang duduk sendiri di halte, dengan mata sembab dan hidung memerah, tanda bahwa ia barusaja habis menangis. Alvaro bergegas menghampiri Adiva.

"Diva? Lo kenapa?"

Mendengar suara orang yang dinanti. Dengan cepat Adiva bangkit dan menghambur ke pelukan Alvaro. Alvaro yang mengerti keadaan Adiva, langsung membalas pelukannya.

"Var, gue sakit!"

"Gue sakit hati!"

Alvaro hanya diam mendengar dua buah gumaman yang keluar dari mulut Adiva.

"Gue mungkin engga tau, apa masalah lo saat ini, tapi gue tau, kalau lo sedang dalam masalah, kalau lo mau, lo bisa cerita sama gue semuanya!"

Adiva mengangkat wajahnya dan memandang Alvaro lekat. "Thanks!" Ucapnya lalu kembali memeluk Alvaro erat, seperti sedia kala.

...

"Jadi? Lo ninggalin Adiva gitu aja? Lo kan bilangnya sama gue kalau mau ngomong sama Adiva, bukan malah ninggalin Adiva!" Bentak Kikan pada kekasihnya.

"Lo engga tau Ki, apa yang Adiva bilang!" Sentak Algis.

Kikan terdiam, lalu kembali berbicara. "Diva, ngomong apa?"

"Dia bilang, kalau dia sayang sama gue!"

Kikan membulatkan matanya terkejut. Tak percaya jika Adiva begitu saja menyampaikan perasaannya.

"Kenapa? Lo juga kaget karna tau kalau Adiva sayang sama gue, lebih dari seorang sahabat?"

Kikan menggeleng sebagai jawabannya. "Gue. Gue udah tau semuanya dari dulu, sebelum kita pacaran. Itu alasannya, kenapa gue takut waktu Adiva nanya hubungan kita!"

Algis tercengang. Tak percaya pada semuanya, termasuk pacarnya. Namun, dengan cepat ia tepis rasa ketidakpercayaannya itu. Kikan adalah pacarnya, Algis akan selalu berusaha agar Kikan nyaman di dekatnya.

Melihat wajah Kikan yang kelelahan, Algis menarik kepala Kikan, membawanya bersandar pada pundaknya. "Udah sayang, semuanya pasti baik-baik aja kok," ucap Algis sambil mengusap sayang rambut Kikan.

Mendapat perlakuan manis dan mendengar nada bicara Algis yang lembut, membuat hati Kikan berdesir. Rasanya, rasa cintanya semakin tumbuh.

...

"Sekarang, udah lebih tenang?"

Adiva mengangguk, walau wajahnya masih tetap murung.

EsperandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang