Alvaro menghentikan mobilnya di sebuah supermarket yang memang sering dikunjungi bundanya. Ia masuk meninggalkan Adiva yang masih bingung.
"Woi, ayo cepetan!" Teriak Alvaro pada Adiva.
Adiva yang terkejut hanya mampu mengangguk lalu berlari mengejar Alvaro yang sudah lumayan jauh. Sesampainya ia disamping Alvaro, Alvaro menyerahkan lipatan kertas yang diberi bundanya pada Adiva, sedangkan dia mengambil sebuah troli untuk menampung belanjaan yang akan dibeli.
Alvaro langsung meninggalkan Adiva menuju tempat pertama. Adiva memiih milih tepung dan menyesuaikan merknya sesuai dengan permintaan bunda Alvaro. Setelah membeli tepung, Adiva kemudian membeli bahan yang lainnya. Namun saat Adiva akan meletakan belanjaannya pada troli, ternyata Alvaro tidak ada dibelakangnya. Dia menengok kanan-kiri berusaha mencari Alvaro, namun nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan dari kakak sahabatnya itu.
Tiba-tiba mata Adiva menangkap Alvaro yang sedang berbincang dengan seorang gadis agak jauh dari tempat Adiva berdiri sekarang. "Ternyata lagi asik-asikan sama cewek lain!" Gumam Adiva kesal.
Karena kesal, Adiva memutuskan untuk mengambil beberapa bahan yang belum sempat dimasukan ke troli lalu menitipkannya pada mbak-mbak penjaga untuk di beri ke Alvaro. "Mbak, tolong ya, nanti mbak kasihin semuanya sama orang yang lagi ngomong sama cewek disana."
"Memang kenapa mbak?"
"Oh, saya tau. Mbak cemburu ya? Karena suaminya ngobrol sama cewek lain?" Sambung mbak-mbak itu.
Adiva terkejut setengah mati. Cemburu? Suami? Masa sih mereka berdua terlihat seperti sepasang suami-istri, padahal sudah jelas kalau mereka berdua masih sangat muda.
"Ngawur mbak, bukan suami saya," elak Adiva.
"Sudah nggak papa mbak, saya tau. Nikah muda ya?"
"Yaudah, saya tinggal dulu ya. Inget mbak, dikasihin ke orangnya, dah mbak," ucap Adiva lalu pergi darisana.
Mbak-mbak yang tadi dititipi barang oleh Adiva langsung mendekati Alvaro yang tengah asik mengobrol.
"Mas," panggilnya.
Alvaro menoleh. "Iya, kenapa ya mbak?"
"Ini mas. Tadi istrinya nitipin barang-barang, kayaknya istri mas cemburu deh," ucap mbak-mbak itu.
Sama seperti Adiva, Alvaro juga terkejut setengah mati. Apalagi sekarang gadis di depannya sedang memandangnya dengan terkejut. "Istri, mbak? Saya belum menikah," jawab Alvaro.
"Ah mbak yang tadi dan masnya sama-sama engga mau ngaku kalau sudah berkeluarga, engga apa-apa kok mas, saya maklum, nikah muda kan lagi trend sekarang," ucap mbak-mbak itu sambil tersenyum.
"Yasudah, saya tinggal dulu ya mas. Kejar itu istrinya mas, keburu ngambek entar, lagian engga baik deket-deket sama perempuan lain saat mas sudah menikah."
Mbak tersebut berlalu dari hadapan Alvaro. Alvaro masih belum bisa mencerna dengan baik setiap perkataan yang dilontarkan oleh mbak-mbak tadi.
"Jadi Var, lo udah nikah?"
Alvaro tersadar. "Gue tinggal dulu ya, ada urusan, bye."
...
Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Alvaro masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa.
"Bunda, Adiva mana?"
"Nah itu Varo. Tadi Adiva sempat pamit sama bunda, katanya dia ada urusan mendadak, trus belanjaannya dibawa kamu," jelas bundanya.
"Aduh!" Ringis Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...