20🍂Jebakan

1.5K 97 0
                                    


Hari ini, Nata kembali menunggu Alvaro di depan kelas laki-laki itu. Membuat Alvaro mau tak mau harus menerima ajakan Nata untuk jalan-jalan di mall.

"Var, kesana yuk, kayaknya baju disana bagus!"

Nata menarik-narik tangan Alvaro. Sedangkan yang ditarik sedaritadi menggerutu diam, merutuki gadis di depannya ini nyatanya gila belanja.

"Kalau bukan karna mukak lo yang sok dimelasin, gak bakal gue nemenin lo belanja," batin Alvaro kesal.

"Var, kok lo daritadi diem aja sih? Bagusan yang mana nih? Kanan atau kiri?" Ucap Nata sambil memperlihatkan baju yang ada di kedua tangannya.

"Udahlah Nat, daritadi kan lo udah beli baju banyak banget."

"Banyak? Banyak Var? Itu semua masih kurang. Gue ke kampus setiap hari itu pake baju yang beda tau!"

Alvaro tau, Nata berasal dari keluarga kaya, wajar jika gadis itu gila belanja, tapi jika harus menghabiskan waktu Varo hanya untuk menemani gadis itu belanja, membuat Varo kesal setengah mati. Kalau tau begini, tadi dia pasti akan menjalankan jurus seribu alasan agar tidak jadi pergi bersama Nata.

"Nat, masih lama gak nih?" Tanya Varo untuk kesekian kalinya.

"Ish Var, lo udah nanya banyak loh daritadi, gak capek emang? Mending sekarang lo anter gue keatas, mau liat-liat sepatu."

Mati. Alvaro sudah memasang wajah tak bersahabatnya. Nata sangat parah, padahal dirinya kira Nata adalah perempuan yang tak suka berbelanja, tapi nyatanya keinginan perempuan itu berbelanja sudah mengalahkan waktu belanja tantenya yang ada di Lombok.

"Udah ah! Males gue jalan sama lo!" Ucap Varo lalu meninggalkan Nata yang sedang berteriak memanggil namanya.

...

Saat ini, Adiva sedang berada di cafe dekat kampus Alvaro. Ternyata, kemarin malam Sakti mengiriminya pesan kalau ingin bertemu,  jadinya disinilah dirinya sekarang. Akhirnya, orang yang ditunggu datang.

"Sorry Div, nunggunya udah lama ya?"

"Engga kok, baru aja dateng. Oh ya, kenapa kak?"

"Udah, panggilnya Sakti aja, biar akrab."

"Iya. Kenapa Sak?"

"Em, udah makan belum?"

Adiva menggeleng.

"Makan dulu ya!"

Adiva mengangguk.

Setelah memesan, dan pesanan mereka datang, mereka segera makan sambil berbincang ringan.

"Em, Div, gue boleh nanya sama lo?"

"Nanya apa?"

"Lo, suka sama Alvaro? Sayang sama Alvaro? Cinta sama Alvaro?"

Adiva yang sedang minum, hampir saja tersedak, beruntung dirinya bisa menelan dengan benar. "Ap-apa?"

"Gue yakin, lo pasti denger semuanya dengan baik."

Adiva terdiam. Bola matanya bergantian melirik kearah kanan dan kiri.

"Apa jawabannya Div?" Desak Sakti.

EsperandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang