"Silahkan turun tuan puteri," ucap Algis sambil membukakan pintu untuk Adiva."Terimakasih pengawal," balas Adiva dengan senyuman merekah.
"Kok pengawal sih Div? Pangeran harusnya," kesal Algis.
"Udahah, lo cocok nya jadi pengawal."
"Algiss!!"
Suara menyerupai teriakan membuat Algis terkejut, ia lalu menoleh kearah samping dan menemukan Gisel yang sedang menghentakan kakinya kesal.
"Kamu kenapa berangkat bareng dia! Kan kamu bilang kamu sekolahnya dianter, jadi engga bisa jemput aku," tutur Gisel.
"Gis, gue kok ngerasa lo berubah ya? Sebelum kita pacaran, gue selalu liat lo sebagai cewek manis yang baik, tapi setelah pacaran, kenapa lo malah jadi nenek sihir? Bikin gedeg tau ga!"
Wajah Gisel memerah karena malu dan amarah. Bagiamana tidak malu, perdebatan mereka di tonton dari awal oleh anak-anak yang berlalu lalang.
"Oke, kita putus!" Bentak Gisel.
"Yaudah, makasi aja karna gue udah bisa lepas dari jeratan nenek sihir kayak lo!" Balas Algis, malah lebih pedas dari kalimat yang pertama.
Gisel memandang Adiva benci. "Dasar cabe, perusak hubungan orang!" Ucap Gisel pada Adiva.
Adiva yang dibentak Gisel langsung membuka mulutnya. "Heh! Ngacak dulu kalau lo mau judge orang!" Ketus Adiva.
Gisel semakin malu, apalagi banyak anak yang tertawa setelah mendengar ucapan Adiva. Dia menghentakan kakinya kesal lalu pergi darisana membawa rasa malu.
"Adiva," panggil Algis.
"Kenapa?"
"Gue sekarang udah jomblo," ucap Algis.
"Ya trus?"
"Gue boleh nempel sama lo lagi, kayak dulu kan?"
"Algis!"
Algis lalu berlari setelah mengetahui Adiva yang akan mengamuk.
"Iyakan Adiva sayang!" Algis berteriak sambil tetap berlari.
"Ish Algis! Awas lo ya!" Adiva juga turut mengejar Algis. Jadilah sekarang mereka kejar-kejaran di koridor sekolah yang sedang ramai.
...
Pelajaran saat ini masih berlangsung. Sejarah. Pelajaran mumet dan membuat menguap alias mengantuk, itu menurut Adiva. Untuk apa kita harus menghapal raja-raja Majapahit, memang nanti saat bekerja kita disuruh menyebutkannya? Tidak kan. Yah, itu hanya pemikiran Adiva.
"Ki, istirahatnya kapan? Lama amat?" Tanya Adiva.
"Aduh Adiva, lo itu nanya begituan dari tadi sampai sekarang udah mau yang ke-5, engga bosen apa?"
"Justru gue bosen belajar Sejarah Ki, mumet banget otak gue," jawab Adiva.
Namun Kikan tidak menjawab, karena sekarang ia sedang fokus mencatat.
"Ish Kikan bikes deh."
Adiva lalu membuka ponselnya dan membuka roomchatnya bersama Alvaro, setidaknya, chat dengan Alvaro dapat menghilangkan rasa bosan Adiva.
Adiva : oi
1 menit.
5 menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...