Dengan sedikit tergesa-gesa Adiva melewati koridor sekolah untuk mencapai kelas Algis. Ketika sudah sampai, ia mamasukan kepalanya kedalam kelas, melihat apakah Algis sudah datang atau belum. Matanya melirik ke segala penjuru kelas dan tidak menemukan orang yang sedang ia cari.
"Woi Adiva!" Seseorang dari belakang menepuk pundak Adiva dan membuat Adiva menoleh.
"Eh, Kikan? Lo ngapain disini?"
"Gue mau ke kelas lah, nah lo ngapain disini?" Tanya Kikan.
"Itu, gue mau ketemu Algis," jawab Adiva.
"Emm, by the way kemarin lo udah nyamperin Algis kan?"
"Udah kok. Sesuai yang lo minta."
"Yaudah, yuk ke kelas," ajak Adiva pada Kikan.
"Loh? Engga jadi ketemu Algis?"
"Kayaknya Algis engga sekolah deh, atau mungkin nanti gue ke rumahnya aja."
"Oh, yaudah."
...
"Siang bunda," sapa Adiva pada bunda Algis, yah bunda Alvaro juga.
"Siang Adiva, tumben kesini Div? Nyari Algis ya? Tapi Algisnya dikamar, sakit."
"Jadi Algis sakit bunda? Kalau gitu Diva naik ya?"
"Iya, nanti bunda antarkan minum."
Adiva tersenyum lalu dengan cepat melewati anak tangga untuk mencapai kamar Algis yang berada diatas, lantai dua. Adiva masuk kedalam dan menemukan Algis yang sedang terlelap, Adiva mengurungkan niatnya untuk menjahili Algis. Jadi dia memutuskan duduk dan membuka beberapa akun media sosial miliknya.
Tapi tiba-tiba Algis bangun dan terkejut melihat Adiva yang sedang duduk di kursi belajarnya.
"Adiva? Lo Adiva kan? Bukan hantu?" Tanya Algis.
"Bukan. Ini hantu cantik," ketus Adiva.
"Oh bener toh. Kenapa Div? Tumben nyaperin sampe ke rumah?"
"Yang ada itu gue yang nanya. Lo engga sekolah karena sakit kan? Sakit apa emang?"
"Biasa. Engga tahan sama dingin, badan gue anget plus flu."
"Emm, soal kemarin gue minta maaf ya. Gue engga bisa dateng, karena emang ada urusan mendadak."
"Urusan mendadaknya itu Alvaro kan?"
Adiva terdiam, bingung harus menjawab apa. "I-iya. Lo marah?"
"Engga, gue engga marah. Lagian temen lo itu lumayan lucu."
Teman? Lucu? Siapa lagi kalau bukan Kikan, karena Adiva lah yang mengutus Kikan untuk pergi menemui Algis.
"Sekali lagi, gue minta maaf Gis. Oh ya, lo udah makan?"
Algis menggeleng.
"Yaudah, gue ambilin makanannya ya?" Tanpa menunggu jawaban Algis, Adiva sudah meluncur turun melewati tangga dan pergi menuju dapur.
"Adiva, Adiva," gumam Algis.
Adiva datang dengan nampan yang diatasnya sudah berisi semangkuk bubur, dan satu gelas susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...