Algis menghentikan mobilnya di depan rumah berpagar coklat. Ia menengok sebentar lalu menekan bel yang ada disana. Tak lama, pintu gerbang bergerak, pertanda sudah ada orang yang akan membukakan pintu untuk Algis.
"Cari siap-- Algis?!"
"Halo Kikan!" Sapa Algis riang.
"Kenapa?" Tanya Kikan langsung.
"Sibuk nggak?"
"Kalau sibuk kenapa, kalau engga kenapa?"
"Kalau engga sibuk, jalan yuk!"
...
Saat ini Adiva dan Alvaro sedang berada pada warung nasi goreng yang letaknya tak jauh dari taman. Semua ini akibat suara perut Adiva yang terlalu keras, pemiliknya saja sangat menyesali perutnya bersuara saat keadaan hening, tentu saja akan kedengaran.
"Gimana Div, mau nambah nggak?"
"Enggak."
"Nambah minum?"
"Enggak."
"Nambah kerupuk?"
"Engga Varo, ngapain sih daritadi nanya mulu?" Tanya Adiva akhirnya.
"Lagi ngetes aja, Adiva masih bisa ngomong panjang apa engga," sahut Alvaro dengan muka sok polos nya. Sedangkan Adiva menatap Alvaro dengan tatapan yang ingin meledak. Bayangkan saja siapa yang tidak kesal jika dijawab begitu.
"Div, gimana jadinya?"
"Jadi apa?"
"Jadinya mau tambah apa?"
"Jangan mulai lagi deh Var, gue tinggal nih ya."
Adiva baru akan bangun, namun dengan cepat dicegat oleh Alvaro. "Oke-oke, gue cuma bercanda, ini deh yang terakhir," ucap Alvaro sambil tertawa.
...
"Al, mau jalan kemana ini?" Tanya Kikan setelah berjalan kaki beriringan dengan Algis sekitar lima menit. Algis diam, bingung harus menjawab apa. Sejujurnya, dirinya juga tidak tau akan mengajak Kikan pergi kemana.
Niat awalnya akan mengajak Kikan jalan-jalan naik mobil harus diurungkannya, karena keadaan mobil Algis yang sakit secara tiba-tiba. Tidak mau menanggung malu, akhirnya Algis memutuskan untuk membohongi Kikan dengan mengajaknya jalan-jalan sungguhan.
"Kemana ya Ki? Gue juga bingung," jawab Algis.
Sontak Kikan mengentikan langkahnya lalu menatap Algis tajam. "Kalau engga tau, trus ngapain sok ngajak jalan?" Tanya Kikan ketus. Algis terkejut mendengar nada suara Kikan yang jutek. "Buset dah ni cewek, lagi pms kali ya," pikir Algis.
"Kita pergi ke taman aja deh ya?" Tawar Algis.
"Taman melulu, bosen gue. Yang lain kek," sungut Kikan.
Lagi-lagi Algis meringis. Kemarin, saat ia pergi bersama Kikan, rasanya perempuan itu manis-manis saja, tapi kenapa sekarang malah berubah? Algis menguras otaknya, berpikir kira-kira tempat apa yang akan membuat Kikan senang, namun letaknya tak jauh darisini.
"Oh ya, gue tau!" Ucap Algis cepat.
"Apa?"
"Ayo pulang!"
"Pulang?"
"Iya, pulang ke rumah lo! Bolehkan kalau gue bertamu disana?" Tanya Algis.
Sedangkan yang ditanya hanya menatap Algis dengan tatapan tak percaya. Algis mengajak pulang? Itu berarti sedaritadi kegiatan yang mereka lakukan tidak ada gunanya. Berjalan menyusuri perkomplekan, hingga diam di tengah jalan seperti orang gila.
Kini mereka berdua berjalan memutar arah, melewati jalan yang baru saja mereka lalui. Jika tidak karena rasa kasihan Kikan pada Algis, maka dia akan meninggalkan Algis saat ini juga. Algis sudah menganggu waktu Kikan untuk maskeran, jika Algis tidak datang, maka sudah dipastikan sekarang Kikan sedang duduk tenang menunggu maskernya kering.
Sesampainya dirumah, Kikan segera masuk tanpa menghiraukan Algis. Ia yakin, Algis pasti akan nyelonong masuk. Namun sampai dua menit di dalam, tidak ada tanda-tanda masuknya Algis. Karena penasaran, akhirnya Kikan keluar untuk melihat. Ternyata Algis masih setia pada posisi awalnya. "Kenapa engga masuk Gis?" Tanya Kikan.
"Itu, kan belum diajak masuk sama yang punya rumah," jawab Algis.
Kikan terkekeh kecil lalu mempersilahkan Algis untuk masuk. "Ulang nih ya Gis."
"Algis? Ayo masuk!" Ucap Kikan, seakan-akan Algis baru saja datang. Algis tersenyum lebar, lalu masuk dengan senang hati.
"Ki, Mama lo mana?" Tanya Algis setelah dipersilahkan duduk.
"Kenapa emangnya?"
"Itu, gue mau minta ijin, rumahnya di kunjungi calon mantu," jawab Algis pd, kelewat pd malah.
Algis tersenyum, sedangkan Kikan menatap Algis jijik. "Dasar alay!"
"Biarin, alay-alay gini banyak yang suka," bangga Algis.
"Iya, banyak yang suka. Sampe-sampe lo engga sadar sama perasaan sahabat lo sendiri," batin Kikan.
"Woi, kenapa malah bengong? Gue salah ngomong emangnya?" Tanya Algis.
"Engga, engga. Engga ada hubungannya kok sama lo," jawab Kikan.
"Yaudah kalau gitu, ambilin minum sana," suruh Algis pada Kikan.
"Idih! Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"
"Nyolot amat sih Ki, cuma minta minum juga."
"Iyasih cuma minta minum, tapi engga pake nyuruh-nyuruh bisa kan? Coba deh ngomongnya lembutan dikit!"
"Lah, emang selama ini gue kurang lembut ya ngomongnya sama lo?" Tanya Algis heran. Kikan diam, oh iya, selama ini Algis memang berbicara lembut padanya, ya kecuali kejadian di kantin saat itu.
"Yaudahlahya, lupain aja. Gue ke dapur ngambilin minum, lo disini dan jangan rusak barang di rumah gue!" Peringat Kikan.
"Siap bu bos!" Jawab Algis patuh.
Selama Kikan berada di dapur. Algis membuka ponselnya dan membuat sebuah insta-story dengan caption 'lagi ngunjungin camer.'
Tak sampai dua menit setelah ia mengirim insta-strory tersebut. Sekitar delapan pesan masuk pada inbox instagramnya. Tak mau mengahabisi kuota miliknya, Algis memilih untuk tidak menjawab setiap pesan yang masuk, dan mematikan ponselnya, karena Kikan yang sudah datang dari dapur membawa segelas air putih.
"Apa nih? Sprite ya?" Tanya Algis.
Kikan mencoba menahan tawanya. "Iya Gis, gue tau kalau lo lagi capek kan?"
"Kikan emang perngertian deh, siniin gelasnya," pinta Algis. Kikan memberikan gelas itu pada Algis yang langsung diteguknya.
Kikan menanti-nanti tanggapan yang akan diberikan oleh Algis. Namun, sampai isinya tandas, Algis masih belum bersuara, membuat Kikan semakin penasaran. "Gimana Gis?" Tanyanya.
Algis tersenyum menatap Kikan. "Makasih Ki, udah ngingetin gue kalau yang sehat itu air putih, bukan sprite," jawab Algis membuat Kikan mau tak mau terhenyak.
"Udah ah, engga usah malu gitu," sambung Algis mebuat Kikan yang terhenyak menjadi mengernyit heran. "Siapa yang malu coba?"
"Ya, kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...