17🍂Semuanya

1.6K 108 1
                                    

Baru saja sampai di sekolah, Adiva dengan terburu-buru masuk kedalam kelas. Tujuannya hanya satu, yaitu menemui Kikan. Setelah sampai dan duduk disamping Kikan, Adiva mulai membuka pembicaraan.

"Ki, kenapa gue ngerasa kalau belakangan ini lo deket banget sama Algis? Kalian pacaran?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Adiva membuat Kikan terkejut setengah mati. "Ah, perasaan lo doang Div, mana ada gue deket sama Algis," elak Kikan.

Adiva memandang Kikan curiga. "Tapi kemarin gue liat lo sama Algis di taman."

Kikan diam. Tak tau lagi harus menjawab apa.

"Kenapa Ki? Kenapa diem?" Sambung Adiva.

Kikan terselamatkan karena bel masuk sudah berbunyi.

...

Kepanikan melanda Kikan. Akhirnya ia mengetikan pesan pada Algis agar menemuinya sekarang di kantin. Ia meminta izin ke toilet pada guru, dan membohongi Adiva.

"Algis!" Panggilnya.

Algis berbalik." Kenapa Ki? Kenapa ngajak ketemuan waktu jam belajar? Kangen ya?"

"Ini bukan waktunya buat bercanda, Gis. Gue mau ngomong penting sama lo."

"Yaudah, ngomong aja."

"Adiva, Gis, dia tadi nanya ke gue tentang hubungan gue sama lo."

"Ya, jawab aja kalau kita pacaran."

"Engga semudah itu Algis!"

"Kenapa? Lo takut Adiva marah karna engga ngasi tau tentang hubungan kita?"

"Bukan Gis, gue takut Adiva bakal kecewa sama gue!" Batin Kikan berteriak.

"Gue takut aja, Gis."

"Engga perlu takut Ki, gue yakin Adiva engga bakal maran, percaya sama gue."

Kikan diam. Algis, sebagai pacar berinisyatif untuk menenangkan kekasihnya. Algis merangkul pundak Kikan.

Suara dari arah belakang, membuat mereka berdua terkejut.

"Oh, jadi gitu ceritanya. Bagus banget akting kalian, cocok deh jadi pemain sinetron!" Ucap Adiva sambil bertepuk tangan ringan.

"Adiva?" Ucap Kikan tak yakin.

"Iya, ini gue. Kenapa Ki? Kaget? Lebih kagetan gue malah," sindir Adiva.

"Div, ini engga seperti yang lo bayangin, gue sama Algis--"

"Apa? Pacaran? Kan gue udah tau, engga usah dijelasin lagi deh Ki."

Algis yang tak mengerti hanya diam mendengarkan perdebatan antara sahabat dan kekasihnya.

"Gue bisa jelasin, Div," cicit Kikan.

"Engga usah Ki, makasi atas kejutannya. Gue terharu," ucap Adiva lalu berbalik, meninggalkan Kikan dan Algis.

Kikan berniat mengejar Adiva, namun Algis menahan tangannya. "Jangan Ki, kasih Adiva sendiri dulu," kata Algis membuat Kikan mengangguk tanda setuju.

EsperandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang