"Var, lo bisa anter Nata pulang?"
Alvaro menatap Sakti bingung. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja Sakti mengajukan pertanyaan itu, membuat Alvaro memandangnya bingung.
"Tadi, waktu gue baru balik dari toilet, ternyata Nata udah engga ada jam, dia udah nunggu lo diluar daritadi, dia bilang mau sekalian numpang di lo," jelas Sakti.
"Kenapa harus sama gue? Kenapa bukan lo aja yang nganter Nata?"
Sakti kembali menatap Varo. "Lo, engga lupa kan sama omongan panjang lebar gue kemarin?"
Alvaro menggeleng malas, membuat Sakti tersenyum lega. "Ini, ini salah satunya lo ngasih perhatian lebih ke orang yang suka sama lo, Var."
"Iya-iya," jawab Alvaro malas, dan langsung keluar, mendapati Nata yang benar menununggunya.
"Hai," sapa Nata.
"Hai," sahut Alvaro membuat senyum Nata merekah.
"Var, gue numpang di lo engga apa-apa kan?"
"Sebenernya apa-apa banget, ini semua demi Sakti deh," batin Alvaro.
"Iya."
Barusaja akan melangkah. Nada dering ponsel Varo berbunyi, menandakan ada telepon masuk. Alvaro menghentikan langkahnya, otomatis Nata juga.
Adiva sayang is calling...
Nata bisa melihat, siapa yang melepon.
Alvaro langsung mengangkat telepon itu.
"Halo."
"Halo kak."
"Kenapa sayang?"
Nata jengkel mendengarnya.
"Ish, sempet-sempetnya ya."
Alvaro terkekeh.
"Lo, bisa jemput gue di sekolah gak kak?"
Alvaro diam, lalu melirik Nata yang saat ini masih setia memperhatikan dirinya. Terpaksa, Alvaro tidak bisa menjemput Adiva, padahal jika bisa memilih, Alvaro sangat lebih menilih untuk menjemput Adiva. Dirinya malas, jika nanti Nata menganggap dirinya memberi harapan.
"Sorry Div, gue engga bisa. Ini temen gue ada yang mau ikut nebeng."
Alvaro melirik Nata yang saat ini tersenyum.
"Yahh. Yaudahdeh, Adiva naik angkot aja."
"Eh, gimana kalau lo ke toko buku duku? Entar abis nganter temen gue, gue jemput lo kesana, gimana?"
Perlahan senyum Nata luntur, setelah mendengar itu.
"Ngga ah, lo lama!"
"Engga kok, gak lama. Entar gue ngebut deh, demi lo."
Lagi-lagi. Nata hanya tersenyum sinis.
"Yaudah deh, jangan lama-lama tapi ya?"
"Siap sayang! Bye!"
"Iya, bye!"
Klik. Sambungan terputus. Alvaro kembali menoleh kearah Nata. "Yuk, pulang."
"Iya."
Nata naik ke boncengan motor Alvaro. Setelah itu, motor Alvaro melesat, meninggalkan pelataran parkir kampus.
"Emm, Var, lo sama Adiva pacaran?"
"Lo tau Adiva?"
"Ya sebenernya engga tau, cuma tadi gue engga sengaja liat, nama orang yang nelepon lo, itu Adiva kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...