Setelah berbicara dengan Sakti, Alvaro memutuskan untuk keluar dari timezone bersama yang lain dan pergi menuju tempat dress.
Setelah sampai disana, para cewek langsung saja pergi dan sibuk memilih dress yang akan dipakai besok.
"Itu bentuknya nggak jelas," komentar Algis ketika melihat Kikan mengambil sebuah dress. Kikan yang mendengar komentar dari pacarnya itu lalu mengangguk, kemudian meletakan dress itu ke tempat semula.
"Potongannya terlalu rendah."
"Warnanya norak."
"Terlalu formal tau gak."
"Isi kelip-kelip, gak suka ih."
"Motifnya alay banget."
"Ketuaan kalau lo yang pake."
"Childish banget kalau itu."
"Masa udah besar make yang isi pita-pita gitu sih."
"Lo kayak mau pergi ke ultah anak SD tau gak."
"Ini yang mau pake dress, gue atau lo sih? Kok daritadi lo doang yang ribet? Pusing tau gak gue dengernya!" Marah Kikan. Bagimana tidak, terhitung sudah ada sepuluh dress yang dia ambil, tapi hanya komentar jelek lah yang keluar dari mulut Algis.
Algis kicep mendengar omelan pacarnya itu, akhirnya ia memutuskan untuk diam, sampai Kikan mengambil sebuah dress sederhana, yang sangat Algis sukai.
"Nah, itu baru bagus. Cocok deh sama pacar gue yang cantik, hehe," ucap Algis yang mendapat tatapan galak dari Kikan. Tetapi, dress itulah yang akhirnya dipilih oleh Kikan.
"Gue udah dapet nih, lo udah belum Div?" Tanya Kikan yang dibalas gelengan oleh Adiva.
"Gue bingung ish," jawab Adiva.
"Ya lo tinggal sesuaiin deh, sama warna kesukaan lo, sama modelnya yang lo suka," ucap Kikan.
"Alah, ngomong mah gampang Ki, lo aja yang bantu milihin Algis," sindir Adiva.
"Hehe, iyasih ya."
"Makanya sekarang gue jadi bingung."
"Kenapa nggak coba tanya Alvaro aja sih Div?"
"Apa? Tanya Alvaro? Yakali!"
"Loh, kok yakali sih? Kenapa emang?"
"Kikan, kita itu nggak ada hubungan apa-apa, nggak kayak lo sama Algis, lagian juga kita sekarang lagi berantem."
"Gak ada hubungan apa-apa, tapi mesra-mesraan?"
Adiva langsung diam setelah mendengar penuturan Kikan yang satu ini. Iya juga ya?
"Gimana? Bener kan yang gue bilang?"
"Ya, iya. Tapi, yang pasti, gue nggak ada hubungan apa-apa sama Alvaro!"
Setelah mengatakan itu, Adiva langsung pergi darisana. Karena terburu-buru, Adiva jadi menabrak Alvaro. Dress yang dipegang Alvaro jatuh, mengambil perhatian Adiva.
"Eh? Itu, em, lo udah nemu dressnya belum?" Tanya Alvaro.
"Belum," jawab Adiva.
"Oh ini, dress nya gue pilihin buat lo. Eh, bukan, tadi nggak sengaja liat, trus kayaknya sih cocok sama lo," ucap Alvaro sambil menyerahkan dress itu pada Adiva.
Mata Adiva langsung berbinar setelah melihat dress itu berada ditangannya.
"Ini serius buat gue?" Tanya Adiva.
"Iya, lo mau ambil?"
"Mau banget!" Teriak Adiva. "Gue bayar dulu ya."
Barusaja Adiva berjalan selangkah, Alvaro sudah menarik tangannya. "Udah gue bayar kok Div," ucap Alvaro lalu pergi darisana.
"Loh? Udah dibayar? Kalau tadi gue nggak nerima, mubazir dong, kasian kan udah dibayar Varo."
"Tapi eh, kok dia mau sih milihin gue dress? Dibayarin lagi."
"Au ah!"
Setelah Adiva, Kikan dan Nata menemukan dress yang akan dipakai besok, keenam anak manusia itu segera pergi meninggalkan tempat dress itu.
"Kita makan lagi aja yuk!" Ajak Sakti.
"Gila Sak! Tadi kita baruaja makan kan? Sekarang lo udah laper lagi?" Tanya Adiva dengan tampang tak percaya.
"Ya, kan gue kenyangnya tadi, sekarang ya udah laper lagi," sahut Sakti mengundang tatapan tak percaya dari Adiva dan Kikan.
"Udah ah! Kebanyakan omong, ayo cepet makan!"
Setelah mengucapkan hal itu, Sakti segera berjalan menuju tempat fast food, tak lupa, Sakti juga menggait tangan Adiva untuk berjalan bersamanya.
Sesampainya disana, mereka semua duduk dan memesan. Posisi duduk masih tetap seperti semula. Kikan disamping Algis, Sakti disamping Adiva, Alvaro disamping Adiva, dan Nata disamping Alvaro.
Sakti melambaikan tangan kepada waiters, dan mereka semua memesan.
"Var, lo pesen spagetthi aja ya? Lo suka kan? Lagian gue tau kok, kalau lo masih kenyang," celetuk Nata seolah-olah hanya dirinyalah yang paling tau tentang Alvaro.
Alvaro hanya mengangguk sebagai jawaban, karena tidak mungkin ia menolak saat ini, yang malah akan membuat Nata malu. Walaupun sejujurnya ia tidak suka dengan Nata, tapi menurutnya, mempermalukan seorang cewek adalah tindakan pecundang, dan dia tidak ingin menjadi itu.
"Kalau lo Div? Pesen minum aja ya? Lo juga kan tadi udah makan, nanti lo jadi gendut lagi," celetuk Sakti yang mendapat pelototan tajam dari Adiva.
"Terserah gue dong! Mau makan kek, mau engga kek, nggak ada urusannya sama lo tau ga!" Jawab Adiva dengan nada ketus.
"Elah Div, kok lo jadi marah sih? Kan gue cuma bercanda."
"Bodo!"
"Udahan sih, kasian tuh mbaknya nunggu kelamaan," ucap Algis.
"Yaudah, gue juga pesen spagetthi, trus minumnya air putih!"
Waiters itu pergi setelah mencatat pesanan Adiva yang statusnya adalah pesanan terakhir.
"Besok, acaranya jam berapa sih Var?" Tanya Sakti.
"Sekitar jam tujuhan lah, males juga kalau acara gue terlalau malem."
"Oh gitu, oh ya Div, besok gue jemput ya?" Tanya Sakti.
Adiva memandang Kikan sebagai tanda bahwa saat ini ia membutuhkan pertolongan. Mengerti akan hal itu, Kikan segera mengangkat suara. "Oh, Adiva bareng sama gue."
Setelah itu, hanya terdengar percakapan antara Alvaro, Sakti dan Algis. Sedangkan para cewek hanya diam. Pesanan mereka datang, mereka semua lalu makan dengan diam. Karena tidak hati-hati, Adiva jadi tersedak.
"Uhuk-uhuk."
Sontak, Alvaro dan Sakti kompak menggeser minuman mereka lebih dekat dengan Adiva. Adiva yang melihat itu menjadi bingung tiba-tiba.
"Kalau gue minum minuman Alvaro, kan gue masih marahan. Tapi kalau gue minum minuman Sakti, nanti dia kegeeran lagi," batin Adiva bingung.
Melihat Adiva yang tampaknya bingung, Algis dengan cepat menggeser air putih milik Adiva lebih dekat ke cewek itu, sembari berkata, "Minum Div."
Adiva dengan cepat meraih gelas itu, lalu meminumnya. "Makasih Gis," ucapnya.
"Makasih karna udah nyelamatin gue," sambungnya dalam hati.
Sedangkan Alvaro dan Sakti menjadi gondok seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...