Jalanan pagi ini macet. Kecelakaan barusaja terjadi di sekitar sana. Adiva yang saat ini sedang berada di dalam bus menatap cemas jam di pergelangan tangannya. Sekarang sudah jam enam lewat empat puluh lima menit, sedangkan jam masuk disekolahnya adalah jam tujuh, sudah dipastikan hari ini dia akan kembali membersihkan toilet.Setelah turun dari bus, Adiva disuguhi dengan pintu gerbang yang sudah tertutup. Ia berniat memanggil satpam yang menjaga untuk membuka pintunya, namun seseorang menahannya.
"Telat?" Tanya orang itu.
"Liat sendiri," jawab Adiva ketus.
"Kalau telat ngapain mau masuk? Mau dihukum?"
"Iya. Lebih mending gue dihukum, daripada bolos," sindir Adiva.
"Udahlah, mending lo ikut gue, daripada kena hukum," ucap orang itu tetap dengan nada datar.
Adiva menatap orang itu sebentar.
"Udah, lama lo!" Orang itu menarik tangan Adiva menuju mobilnya.
Sedaritadi tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Kedua orang yang ada di dalam mobil memilih bungkam, hingga akhirnya Adiva lah yang membuka pembicaraan. "Kita mau kemana Gis?"
Algis mengangkat bahunya tanda tak tau.
"Stop Gis!"
Algis yang terkejut langsung menepikan mobilnya. Belum sempat Algis bertanya, Adiva sudah keluar mobil dan akan menyebrang.
Tinnn.
Suara klakson membuat Adiva terkejut. Dengan cepat Algis meminta maaf lalu menggenggam tangan Adiva. "Kalau mau nyebrang, liat-liat!"
Adiva menatap Algis. "Lo khawatir sama gue?"
"Enggak. Gue cuma kasihan kalau pengendara yang nabrak lo jadi keganggu aktivitasnya," jawab Algis dengan datar.
Adiva terkekeh lalu menggeplak lengan Algis. "Sialan!" Sejenak, Adiva melupakan pertengkarannya dengan Algis. Akhirnya Adiva dan Algis menyebrang dengan saling menggenggam.
"Oh ya, lo tadi ngapain nyuruh berhen--" ucapan Algis terhenti setelah mengetahui Adiva sudah tidak disampingnya.
Algis mengedarkan pandangannya dan berhenti di pedagang sate yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Disana, Adiva tampaknya sedang memesan kepada pedagangnya.
Algis dengan cepat menuju ke Adiva. "Ngapain?" Tanyanya pada Adiva.
"Beli sate lah!"
Algis menatap Adiva dengan tatapan curiga. "Jangan bilang tadi lo nyuruh berhenti karna mau beli sate?"
Adiva mengangguk sebagai jawaban membuat Algis mengacak rambutnya sendiri.
"Kenapa Gis?" Tanya Adiva kalem.
"Enggak. Pesenin gue satu dong Div," suruh Algis pada Adiva.
Dengan senang hati, Adiva bangkit dan memesan. Setelah lama menunggu, akhirnya sate mereka berdua datang, mereka dengan cepat melahapnya. Karena mereka berdua memang belum sarapan.
"Div," panggil Algis.
"Ya?" Jawab Adiva sambi tetap memakan satenya.
"Lo marah ya?"
"Marah? Enggak kok," jawab Adiva
"Soal kemarin, gue minta maaf ya, gue engga bermaksud buat bentak lo."
Adiva berhenti memakan satenya dan memilih untuk memandang Algis. Dengan cepat Adiva tersenyum manis. "Enggak apa, gue juga minta maaf karna engga ngertiin lo," pinta Adiva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esperando
Teen Fiction𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘻𝘰𝘯𝘦. 𝘉𝘦𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘥𝘦�...