3 minggu sudah Niall berada di panti rehabilitasi. Dia memang mengikuti semua kegiatan yang ada di sana. Baiklah, tidak semua. Dia juga sudah mengenal Connor dengan baik. Sampai saat ini semua berjalan dengan mulus. Tetapi tidak seperti yang terlihat. Niall mempunyai maksud tersembunyi di balik ini semua.
Niall bahkan sebenarnya sering kabur dari panti, hanya untuk sekedar mendapat rokok atau bermain ke tempat hiburan. Tentu dengan mengajak Briana. Briana awalnya menolak. Dia tidak ingin Niall seperti ini lagi. Tapi apa boleh buat. Dia tidak punya pilihan. Dia pernah tidak mengijinkan Niall pergi, tapi Niall mengancam akan bunuh diri di depan mata Briana saat itu juga.
Flashback on
"Ni, ku mohon jangan lakukan itu" ucap Briana dengan suara bergetar. Di depannya sudah ada Niall yang sedang memegang pisau dapur dan sudah siap memotong nadinya
"Kau tidak perlu menangis, Bri. Kau tidak ingin melihatku menderita lagi bukan? Jadi sebaiknya aku akhiri saja semua ini. Dan kau tidak perlu repot-repot mengurusku lagi"
"Ni, ku mohon! Jangan seperti ini" Briana mendekati Niall, tetapi Niall semakin mundur
"Ni, pleaseee" mohon Briana. Tetapi Niall tidak menghiraukannya
"Oke.. Baiklah. Aku akan mengantarmu keluar" Niall tersenyum mendengar perkataan Briana
"Benarkah?" Briana hanya menangguk, Niall melepaskan pisaunya
Flashback off
Niall POV
Air ini begitu menyegarkan. Aku tidak tahu kenapa aku bisa berbuat baik selama 3 minggu ini. Baiklah, itu hanya topeng. Kalian pasti bertanya kenapa aku bisa baik-baik saja? kenapa aku tidak sakaw seperti yang dialami pengguna narkoba kebanyakan? Tidak ada hal yang mustahil bagiku. Harry, sahabatku yang paling baik itu, dengan senang hati memenuhi pasokan obatku. Awalnya dia menolak. Dia bilang dia tidak berani. Tapi, mempengaruhi Harry itu sangatlah mudah. Kau tinggal memasang wajah semanis mungkin, dan Harry akan mengabulkan semuanya.
Jadi berapa lamapun aku berada di sini, itu bukan masalah selama Harry masih ada. Tetapi yang jadi masalah, aku merindukan botol vodka dan whisky ku di kamar. Terkadang aku bertanya, apa mom sudah membuangnya? Tapi aku yakin, mom tidak akan membuangnya. Dia tidak akan menemukannya.
Mandi selesai, tinggal memakai kaos dan mengikuti jadwal menjijikkan yang aku peroleh dari tempat sialan ini. Tetapi, aku melihat seperti paket di kasurku. Aku membukanya perlahan
"Wow! Thanks God. Iphoneku kembali" dengan cepat ku buka kontak dan pesan "Shit! kenapa kosong?"
"Kenapa, Ni?" Aku menoleh ke arah suara itu
"Dad?" Dad menyeringai dan berjalan mendekatiku
"Ada apa?" dad duduk di kasurku
"Kenapa kontak di iphone ku kosong?"
"Oh ya? Dad yang menghapus semua kontakmu, cupcake" enteng sekali dad menjawab pertanyaanku?
"Kenapa?"
"Kau perlu suasana yang baru"
"Dengan menghapus semua kontakku?"
"Ya, itu salah satunya. Nomormu juga sudah berubah"
"Kenapa?"
"Dengan begitu kau tidak bisa menghubungi teman-temanmu itu. Cepat pakai kaosmu, aku menunggumu di kantin. Ada yang perlu aku bicarakan" Aku melihat punggung dad yang semakin menjauh. Apa dia pikir semudah itu? Tidak dad! Semuanya akan menjadi lebih mudah jika kita semua bersama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drunk Cupcake [Niall Horan]
Fanfiction"Aku lelah dengan semua ini" ucap Niall putus asa "Kau harus kuat, cupcake" Briana mencoba menenangkan Niall