March POV
Aku meninggalkan rumah sakit lalu melajukan mobilku ke apartemaen Jonathan. Sosok yang telah mengisi sudut kosong di hatiku selama tiga bulan ini. Entah mengapa aku merasa selalu merindukannya akhir-akhir ini. Dia memang dua tahun lebih tua dariku, tapi dia masih seperti anak kecil, dia juga masih sering merengek padaku
Aku melangkahkan kakiku keluar dari lift. Aku masih memikirkan pembicaraanku dengan Briana tadi siang.
“He’s Niall”
Bayangan ketika Briana mengataka kalimat itu lalu menunduk, bayangan itu hadir lagi. Aku benci mengatakan ini. Tapi entah mengapa aku begitu peduli jika hal itu menyangkut Briana. Aku menggelengkan kepalaku lalu mengetuk pintu Jonathan
“Hey, Nate” sapaku begitu melihatnya membuka pintu.
“What time is it, huh?” Jonathan melipat tangannya dan meletakkannya di atas dadanya. Aku melihat jam tangan di pergelangan tangan kananku
“Sorry, I’m late” Jonathan menatapku tajam
“Aku akan memaafkanmu, tapi dengan satu syarat” dia mengalihkan pandangannya dariku
“What?” aku makin mendekatinya
“Aku ingin es krim green tea di seberang” jawabnya
“Kau mau berapa? Aku akan membelikanmu. Berapapun yang kau inginkan” aku memegang kedua bahunya
“Aku tidak ingin kau yang membelinya” dia menepis tanganku
“Lalu?” aku mengerutkan keningku
“Kita” jawabnya lalu menggandengku menuju lift
Tak lama kemudian kami sudah ada di taman yang ada di seberang apartemen. Jonathan dengan rakusnya melahap es krimnya. Tadi dia bilang dia ingin es krim green tea, tapi dia malah membeli es krim strawberry. Dia ini benar-benar tak sadar akan umurnya
“March, kau menyayangiku bukan?” tanyanya ketika es krim di tangannya baru saja habis
“Tentu” aku mengangguk
“Kau mau mengabulkan permintaanku?” tanyanya lagi
“Bukankah aku selalu mengabulkannya? Aku ini kan doraemonmu, Nate” aku mencubit pipinya gemas
“Aku ingin kau mengantarkanku pulang ke Bangkok” katanya sambil menggosok pipinya yang tadi aku cubit
“Kenapa kau memintaku mengantarmu? Bukankah biasanya kau pulang sendiri? Dan kenapa ke Bangkok? Bukankah ibumu sudah pindah ke Brisbane?” tanyaku. Dia menyandarkan kepalanya di pundak kiriku
“Kenapa kau bawel sekali? Ibuku memang berada di Brisbane, tapi aku ingin ke Bangkok” kini dia menciumi pundakku. Aku membelai rambutnya dengan tangan kananku
“Lalu kenapa harus aku yang mengantarmu?”dia mengangkat kepalanya lalu menatapku
“Bilang saja kau tidak mau” dia mengerucutkan bibirnya. Oh Tuhan... dia ngambek lagi
“Baiklah... Aku akan mengantarmu” dia tersenyum lalu memelukku
“Aku sudah mengantuk, March” ucapnya
“Sebentar..” aku menghentikan perkataanku karena Jonathan berlari begitu saja meninggalkanku yang baru saja akan berdiri. Tumben sekali dia tak sabaran seperti ini
Aku segera berdiri dan berjalan santai. Ku lihat Jonathan kini berhenti, dia membalikkan tubuhnya lalu melambaikan tanganku. Aku segera berlari dengan maksud menangkapnya. Tapi dia tersenyum licik lalu berlari kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Drunk Cupcake [Niall Horan]
Fanfiction"Aku lelah dengan semua ini" ucap Niall putus asa "Kau harus kuat, cupcake" Briana mencoba menenangkan Niall