~seventeen~

3.5K 256 2
                                    

Andrew POV

"Hunny, aku merindukanmu” Aku mendekati Maura, kekasihku

“Aku juga” Maura menempelkan tangannya di pipiku. Aku memeluknya dan menempelkan dahiku di dahinya.

Maura dan aku sudah lama berkencan, sekitar 2 tahun. Aku sangat menyayanginya, walaupun umur kami terpaut sangat jauh. Aku ingin sekali segera menikahinya, tetapi ini tak semudah yang kau bayangkan. Niall, anak Maura, tidak pernah menyukaiku. Maksudku, belum. Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan Maura.

Niall dan aku hanya berbeda 7 tahun. Aku lebih pantas jadi kakaknya, bukan? Tentu tidak, aku lebih pantas menjadi ayahnya. Maura bilang, Niall sedikit mengalami gangguan psikis. Ya, aku sudah sering melihatnya yang tiba-tiba marah lalu tiba-tiba menangis atau tersenyum dan bertingkah seperti anak yang berusia 10 tahun. Maura memang tidak menceritakan apapun lagi tentang sifat Niall dan apa penyebab Niall seperti itu. Tapi dari pengamatanku, dia tertekan dengan keadaan keluarganya. Ya, aku tahu bagaimana rasanya jika keluargamu tidak bisa berkumpul lengkap seperti dulu lagi. Walaupun aku tidak mengalaminya, tapi aku tahu bagaimana rasanya.

“Andrew!” suara Maura menyadarkanku dari lamunanku

“Kenapa kau melamun?” tanyanya

“Tidak. Siapa yang melamun? Ayo aku antar pulang” aku berjalan menuju mobilku dan mengemudikannya ke rumah Maura. Hanya butuh sekitar 13 menit perjalanan untuk sampai di rumahnya. Dia membuka pintu mobil

“Kau tidak ingin mampir dulu?” tanyanya lagi. Ia sudah berdiri

“Tidak. Niall sudah menunggumu di balkon kamarnya” Maura mendongak dan aku bisa melihat Niall melihat ke arah kami sambil menghisap rokoknya

“Aku pulang dulu. Happy weekend, Hun” Maura menunduk, mendekatkan wajahnya padaku dan mencium pipiku

Malam minggu ini aku tidak pergi ke rumah Maura. Aku sudah mempunyai janji dengan Ken dan Jason. Lantas aku mengemudikan mobilku ke sebuah club tak jauh dari rumah Maura. Aku duduk di salah satu sofa berwarna hitam yang sudah tersedia. Di sana sudah ada Ken dan Jason. Pada merekalah aku berbagi semua masalahku. Maklumlah, aku tidak mempunyai saudara kadung. Aku adalah anak tunggal

“Hai” sapaku

Whats up, budy?” tanya Ken sambil mengangkat tangannya

“Seperti biasa” jawabku

“Masih kucing-kucingan?” kali ini Jason yang bertanya

“Sepertinya kau harus lebih ekstra mendekati anaknya” saran Jason

“Aku rasa begitu” aku mengusapkan tanganku pada wajahku lalu menyandarkan punggungku di sofa

Tak lama kemudian aku melihat seseorang yang tak asing bagiku memasuki club. Meskipun di sini tidak cukup terang, tapi aku hafal betul kalau itu adalah putraku, oh iya calon. Dari postur tubuhnya dan cara berjalannya, aku yakin itu Niall.

Dia terlihat seperti mencari seseorang, lalu menghampiri seseorang berambut ikal. Aku tidak bisa mendengar apa yang sedang membicarakan sesuatu yang serius, terlihat dari raut wajah orang yang berambut ikal tadi.

“Andrew! Apa yang kau lihat?” tanya Ken

“Ada Niall di sini” jawabku

“Kenapa kau tidak ke sana?” tanya Jason

Cmon, Jas. Niall bisa menonjok Andrew dalam sedetik jika dia melihatnya di sini” kata Ken

Aku tidak mendengarkan pembicaraan mereka lagi. Aku masih memperhatikan Niall dan temannya. Aku lihat temannya mulai berdiri, sepertinya ia panik. Aku melihat Niall yang sudah sempoyongan.

Drunk Cupcake [Niall Horan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang