38

19.9K 1K 91
                                    

Dara mengutuki dirinya sendiri, mengapa kemarin malam Dara tidak diam saja dirumah, jika dia tidak ke mall pasti dia tidak bertemu dengan Aufa dan dia tidak harus emosi seperti semalam. Nanti apa yang difikirkan Aufa tentang dirinya? Bisa saja Aufa mengira bahwa Dara korban kebaperan remaja sekarang ini.

"ayolah Ra, kita keluar ke cafe kek kemana kek nyalon kek daripada dikamar gini yang ada lo makin galau" rengek Karin seraya menarik-narik lengan Dara

Saat ini mereka sudah berada dikamar Dara

"gue males, kalian bertiga aja deh ah"kata Dara yang masih memeluk guling kesayangannya

"ah gak asik!" gerutu Karin

"Ra, kenapa sih gak lo duluan aja nyatain cinta lo ke Aufa?" kata Anya

Dara berfikir sejenak

"eh nggak yah! Nggak ada aturannya cewek duluan"kata Shila

"kenapa sih? Gak ada salahnya tau ngungkapin perasaan, semua orang kan berhak punya perasaan" ucap Anya

"aduh udah deh, gue lagi gak mau bahas itu" Dara sedikit kesal

"masih aja Aufa, kemarin kan gue udah kenalin sama sepupu gue atau mau gue kenalin sama temennya kaka gue Ra? Ganteng kok!" kata Karin dengan semangat

Shila menoyor kepala Karin "yang ada diotak lo Cuma ganteng doang? Ganteng doang gak cukup kali"

"gue gak bisa lupain Aufa" kata Dara lirih membuat ketiga temannya menatap Dara dan menghela nafas

"gue gak nyangka Ra, lo punya perasaan sebesar ini sama Aufa" kata Anya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya

"Ra, ini kan cinta pertama lo yah susah sih dilupain tapi lo coba lagi buat jatuh cinta sama orang jangan Cuma satu orang aja" ucap Shila

"hm gue juga gak tau kenapa bisa sebegitu cintanya sama Aufa yang jelas-jelas gak ada kejelasannya sampai sekarang. Dia gak maju untuk berjuang tapi, dia juga gak mundur untuk menjauh" kata Dara

"udah ih lo sama sepupu gue aja udah coba gih jadian" pinta Karin dengan semangat yang lagi-lagi dibalas Shila dengan menoyornya

"eh lo kira pacaran tuh gampang? Kita aja nih cari sepatu dimall harus ngelilingi beberapa toko dulu baru ada yang pas, sama halnya kaya pacaran harus sama yang pas gak bisa langsung gitu aja" kata Shila

"ah gue tau! Kenapa gak lo coba aja buat deket sama kak Dion?" kata Anya

Dara mengacak-ngacak rambutnya frustasi "udah dong gue bener-bener pusing nih, yang jelas gue bakal lupain Aufa cepat atau lambat"

"Yakin?" tanya Shila, Karin dan Anya

Dara mengangkat bahunya dan ke-tiga sahabatnya itu hanya memutarkan bola matanya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu kamar Dara terdengar dan tenyata dia adalah Devan.

"Devan? Ngapain lo kesini?" tanya Karin

"mau ngajak jalan" jawab Devan

"oh mau jalan sama Dara? Yaudah kita balik deh" ucap Shila

"apa an deh? Bukan jalan sama gue kok tapi sama Anya" jawab Dara

Anya membelalakan matanya terkejut.

"iya Nya, gue mau ngajak lo jalan" ucap Devan

Anya menatap Dara, lalu Dara memberi kode untuk Anya agar pergi dengan Devan akhirnya pun mereka pergi bersama.

***

Aufa masih berbaring dikasurnya, rasanya hari ini dia enggan untuk melaksanakan aktifitas diluar rumah. Seketika terlintas Dara dibenaknya. Aufa bangun dan duduk dikasurnya.

"apa Dara kira gue php in dia yah?" gumam Aufa

"gue harus akhirin semuanya" Aufa terdiam dan mulai berfikir bagaimana caranya agar dia bisa menjauhi Dara.

"aaah sial! Sebenernya hati gue maunya gimana sih? Gue gak bisa bersama Dara tapi, gue juga gak bisa kalau jauh sama dia!" Aufa mengacak-ngacak rambutnya gusar.

"YA, Vania!!" ucap Aufa

***   

"Dev gue mau ngomong" kata Aufa

Devan menoleh lalu mematikan kran air di wastafel toilet sekolah "apa?"

"apa Dara sangat berarti buat lo?" tanya Aufa

Devan tersenyum "ya, dia sangat berarti dan gue gak akan pernah ngebiarin dia sedih"

"apa lo bakal ngerelain Dara untuk bahagia bersama orang lain?" tanya Aufa lagi yang membuat Devan heran

Devan mengerenyitkan dahinya "kenapa lo nanya gitu?"

"ya, ya gue mau nanya aja sih"

Devan mengangguk "iya lah gue bakal ngerelain dia selama dia bahagia dengan siapapun"

Sebenarnya Devan ingin membahas perasaan Dara pada Aufa namun, Dara sudah memintanya untuk tidak mencampuri urusan percintaannya. Maka dari itu, Devan tidak dapat berbuat apa-apa..

Aufa mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan Devan "setidaknya, gue yang bakal ngerelain dia buat lo Dev" gumam Aufa di dalam hatinya

***

"lo mau ngomong apa?" tanya Dara.

Aufa dan Dara saat ini sedang duduk di taman komplek rumah Dara, sore tadi Aufa mengajak Dara untuk ketemuan.

"lo cocok sama Devan" ucap Aufa

Dara menoleh datar "omongan lo sama sekali gak penting" kata Dara seraya berdiri namun tangannya di tahan oleh Aufa

"gue mau ngakuin sesuatu"

Dara menoleh ke arah Aufa

"lo bener, Vania berarti banget buat gue" ucap Aufa datar

Tangan dan bibir  Dara mulai bergetar "terus?" kata Dara pura-pura acuh

"lo juga bener, yang ada di hati gue adalah Vania. Dia yang gue jaga dalam doa selama ini. Gue cinta sama Vania" kata Aufa

Dara memalingkan wajahnya lurus kedepan, dia mengigit bibir bawahnya. Rasanya sangat sakit mendengar orang yang kita cintai mencintai orang lain. Jantung Dara seperti melemah, dadanya sesak. Pelupuk matanya sudah digenangi air mata yang hendak tumpah namun masih Dara tahan. Tangannya mengepal, sungguh ini benar-benar sakit. Akhirnya Dara tau, siapa dia yang ada di hati Aufa. Dan ini Aufa sendiri yang mengatakannya.

Tidak ada alasan lagi untuk Dara bertahan. Sudah cukup selama 2 tahun Dara memendam rasa ini sendirian. Dara benar, Aufa hanya penasaran kepadanya. Setelah Vania datang, Aufa memang menyerahkan seluruh perhatiannya pada Vania.

Kenangan manis yang dialami Dara dengan Aufa itu karena hanya selingan waktu ketika bersama saja. Pada akhirnya Aufa memilih Vania yang dia kenal sejak lama. Dara terlalu bodoh, kenapa dia mudah terbawa perasaan dengan apa yang sudah Aufa lakukan terhadapnya. Ya, itulah cowok dengan semua misteri didalamnya, makhluk yang dengan mudahnya membawa kebahagiaan dan kesakitan sekaligus dalam satu waktu.



Sakit nggak sih jadi Dara :( hiks

The Sweetest Memories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang